Ruth Lana Monika
Ruth Lana Monika Wiraswasta

Penulis lahir di Jakarta. Seorang ibu rumah tangga yang sedang berusaha kembali mengasah talenta menulis dan belajar blogging.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Musik Kombat

22 April 2021   05:15 Diperbarui: 22 April 2021   05:20 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Sebenarnya rasa tidak suka saya terhadap kak Altaf sudah sejak satu tahun lalu pak. Ketika saya melihatnya sedang mendorong dan mencaci seorang wanita di lobi apartemen. Melihat kejadian seperti itu, saya merasa tidak terima bila kak Altaf memperlakukan wanita dengan kasar.”

Pak Gunawan menanggapi penjelasanku tanpa ekspresi dan melontarkan pertanyaan yang sama kepada kak Altaf.

“Ya, satu tahun yang lalu kami sudah pernah bertemu di lobi apartemen saya, pak. Ketika itu saya sedang memarahi seorang penguntit dan saya mendorongnya karena wanita itu ingin memeluk saya. Wanita penguntit itu sudah sejak 3 bulan mengganggu saya. Sehingga ketika saya memergokinya sedang memfoto diri saya, maka saya menangkapnya dan memarahinya. Tetapi bukan rasa sesal yang wanita itu tunjukan, dia bahkan semakin berani untuk mendekati saya. Dan Tara datang membela wanita itu saat kejadian itu. Tetapi beruntungnya saya memiliki bukti yang cukup untuk memperkarakan wanita itu di pengadilan. Saya sadar, saya salah dengan tidak pernah membahasnya dengan Tara secara personal, sehingga perkara ini tidak diketahui Tara secara benar dan terperinci serta menimbulkan berbagai spekulasi tidak mendasar”

Aku tersentak mendengar penjelasan kak Altaf tentang kejadian satu tahun lalu.

“Jadi selama ini pikiran saya salah” ucapku lirih dengan memandang bawah meja.

“Saya juga salah, Tara. Saya minta maaf atas segala ucapan dan tindakan saya yang menyinggung kamu.” ucap kak Altaf sembari menundukkan badan kepadaku.

“Saya juga meminta maaf karena telah berprasangka buruk terhadap kak Altaf.” ucapku menyesal.

“Ok, sudah jelas duduk permasalahannya. Kalian saling memaafkan dan kita mulai spirit kerja yang baru.” terang pak Gunawan memberi kesimpulan dan kami mengangguk lega dan senang.

“Musik kalian masih mau diputar ini?” tanya pak Gunawan menggoda kami.

“Boleh, pak.” jawabku sembari tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun