Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Guru

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

De Javu Kebangkitan Nasional

20 Mei 2020   17:22 Diperbarui: 20 Mei 2020   17:22 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Kebangkitan Nasional tiba. Tiba di masa yang tepat. Tepat karena saat ini bangsa kita sedang terpuruk. Terpuruk diserang Covid- 19. Covid -19 telah melululuh lantahkan seluruh aspek kehidupan.

Kehidupan harus tetap berjalan. Berjalan meski mungkin terseok-seok. Terseok-seok seperti halnya kaki yang sedang terluka.

Kaki yang terluka membuat kita sulit berjalan. Berjalan ditengah hidup yang penuh dengan ketidak pastian.

Ketidak pastian akan kesempatan tuk hidup normal. Hidup normal untuk kembali beraktifitas.
Aktifitas mungkin terbatas. Tapi roda waktu terus berputar. Berputar dan kembali ke atas .

Meskipun iya terpuruk,tapi mau tidak mau kita harus bangkit. Menyesali nasib takkan merubah keadaan. Apalagi cuma  mengeluh dan mengaduh. Meskipun sambil nungging keadaan tetap begitu.


Yang keuangan terganggu karena berkurang job atau mungkin dirumahkan,bisa putar otak untuk mencari recehan. Berjualan salah satunya. 

Menyediakan barang yang dibutuhkan saat kondisi pendemi. Kekuatan jualan on line sekarang sedang booming kenapa tak dicoba.

Yang merasa penghasilannya jadi berkurang tinggal sesuaikan gaya hidup dengan jumlah uang yang dimiliki sekarang. 

Kondisi sulit keuangan menurut saya tertolong dengan Ramadan, kan jadwal menyediakan makan yang biasanya 3 kali sekarang bisa dikurangi jadi 2 kali lumayan berkurang dana untuk satu kali makan. Jiwa hemat emak-emak saya terbantu.

Tapi yang paling penting dari semua itu adalah bangkit kekuatan secara mental. Mental itu penting. Ketika mental kita terkikis, sulit untuk bisa berdiri. 

Stress tingkat tinggi membuat kita hanya bisa berdiam diri. Kalau sudah begitu jangankan bangkit yang ada malah memilih bunuh diri. 

Sekedar mengingatkan tentang Hari Kebangkitan Nasional  dikutip dari wikipedia:

"Kebangkitan Nasional Indonesia adalah periode pada paruh pertama abad ke-20, di mana rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia". Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli."


Kebangkitan nasional tahun ini terjadi ditengah masa yang sulit layaknya masa perjuangan dulu. Rasanya kita De Javu di Kebangkitan Nasional . Sama-sama berjuang dengan masalah dan kesulitan berbeda.

Pendiri dan anggota Budi Utomo. Sumber kemdikbud .go.id
Pendiri dan anggota Budi Utomo. Sumber kemdikbud .go.id
Digawangi oleh Boedi Oetomo Para pemuda mencoba bangkit untuk menghidupkan perjuangan dengan mengorbankan apa saja yang mereka punya.  

Kaum intelektual itu pada akhirnya berusaha untuk memandu persatuan untuk berjuang melawan penjajahan Belanda. 

Tak jauh beda dengan sekarang. Di Kebangkitan Nasional tahun 2020 kita sedang berjuang juga untuk melanjutkan kehidupan.

Beberapa dari kitapun mulai menjual harta yang dipunya untuk bertahan hidup. Namun bersyukurlah banyak juga yang mau bahu membahu menolong orang lain yang untuk sekedar makan.

Banyak yang juga mengumpulkan rezekinya untuk membantu rekan medis atau orang-orang yang terdampak covid -19. Gotong royong ini nyaris sama dengan kebangkitan nasional dulu. Jatuh bangun bertahan hidup,hampir serupa dengan kondisi masa penjajahan dulu.

Kebangkitan nasional 2020 juga berasa pas karena terjadi di ujung Ramadan. Nyaris sebulan kita ditempa oleh godaan haus lapar dan hawa nafsu. Godaanya di tambah lagi enggak boleh jalan-jalan.  Diam dirumah saja menjadi keharusan bukan pilihan.


Jika kita anggap itu siksaan,maka jelas semuanya menyiksa . Tetapi jika kita anggap ujian maka lepas Ramadan plus masa pendemi kita akan lulus dengan nilai yang harus memuaskan. Kelak,ketika kita bertemu dengan kondisi yang serupa kita akan terbiasa menghadapinya.

Ramadan nyaris usai. Semoga masa pendemi juga segera pergi. Semoga ending dari masa sulit ini adalah kita mampu meneruskan  hidup normal  setelah mengalahkan rasa haus,lapar, hawa nafsu dan kepatuhan untuk diam di rumah saja selama masa pandemi InsyaAllah selepas Ramadan usai nanti,karena Lebaran sebentar lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun