Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster
Ketika Shopaholic Terbelenggu, Meski Lebaran Sebentar Lagj
Kalau ada emak-emak yang enggak doyan tawaf di mall, itu saya. Kalau ada emak-emak yang malas-malasan pilih-pilih baju lebaran karena harus desak-desakan, itu juga saya. Lah ,terus ini tulisan menceritakan siapa? Hehehe ini tulisan menceritakan suami saya.
Judul dunia terbalik memang terjadi pada saya dan suami di urusan belanja baju. Dia ahli memilih baju lebaran, saya ahli mengangguk-angguk saja pada setiap baju pilihan . Dia itu kuat muter-muter toko untuk mencari baju yang pas, saya memilih mencari tempat selonjoran untuk menungguinya. Dia memiliki hasrat belanja yang selalu meluap, saya memiliki keinginan shoping yang selalu menguap, meskipun tak lajim tapi itulah yang terjadi. Tak ada alasan bagi kami selain mensyukuri perbedaan ini.
Percaya enggak, akhirnya setiap tahun saat akan membeli baju suami saya yang berangkat ke mall, saya disarankan di rumah saja karena dianggap tak memberikan kontribusi banyak dalam pilihan malah rewel pengen cepet pulang.
Ini tahun kedua dia tak berdaya untuk pergi belanja. Padahal dulu, 2 atau 3 hari menjelang lebaran , acara perburuan baju lebih menguras adrenalinnya. Bersama para bocah dia pergi pagi pulang saat berbuka sambil menggondol sekantong baju lebaran.
Lebaran sebentar lagi ,namun tak bisa ke mall atau toko baju saya sih enggak menggerutu. Biarlah baju tahun lalu juga masih bagus untuk membuat tampilan menawan.
Tapi tidak demikian bagi para bocah. Memiliki baju baru jadi salah satu hal yang membahagiakan mereka selain tamat berpuasa. Maka tentu saja tak tega mengeliminasi rasa itu, karena dulu juga saat kecil kami selalu menunggu masa pakai baju lebaran .
Jadilah beberapa hari ini terjadi pengukuran badan. Panjang tangan, lingkar badan bahkan lingkar pinggang. Untunglah suami saya ini anaknya mantan penjahit sehingga meteran baju tersedia.
Cara mengukur badan dia bisa. Cara menentukan lingkar dada dia ok. Cuma mengukur pinggang dan pinggul saya yang bikin dia protes karena katanya tak jelas ketaknya dimana tersamarkan lemak.
Hingga hari ini baju para bocah sudah tersenyum riang karena sudah dikirimkan baju meskipun baru satu. Kalau masih bisa pengen beli juga baju koko atau gamisnya.
Emak dan Bapaknya juga dah siap mengirimkan pembayaran nanti siang, meskipun pasti pengiriman akan padat merayap, semoga baju lebaran bisa sampai sebelum hari H.
Bagi saya adanya anjuran untuk sowan ke toko atau mall sebenarnya membahagiakan, secara saya memang paling malas berbelanja dan pengennya tinggal pakai saja. Meskipun larangan ini mungkin menyiksa bagi orang yang biasa mondar-mandir di lantai toko atau para shopaholic di luar sana.
Ah, masanya mengantuk saat menunggunya mengacak-acak isi toko bisa terlewat kali ini. Meskipun begitu toh belanja on line tetap seru buat suami saya. Membuka toko satu , sambung menyambung ke toko lain, hajar terus dari dzuhur sampai ashar. Kalau saya? Ya seperti biasa tinggal menyumbang suara ok saja pada pilihan yabg ditunjuknya.