Arsitek yang Terapis, Fotografer, menyukai menulis, eksperimen masak, tanaman, anabul, senang belajar hal baru. Buku : The Miracle of Doa, The Wonderful Sedekah
Menikmati Keindahan Arsitektur Kolonial Kota Lama Semarang dari Hotel Santika Premiere
Bulan Maret lalu dalam rangka mengikuti Koteka Trip Kudus, saya mampir di Semarang. Saya mengelilingi kota Lama Semarang sambil hunting foto.
Kawasan yang dulu disebut Oude Stad, tampak seperti terpisah dari sekitarnya, sehingga dijuluki Little Netherland.
Di tempat ini terdapat lebih kurang 50 bangunan kuno yang masih berdiri kokoh dan memiliki sejarah kolonialisme di semarang. Karakter bangunannya berciri detail bangunan khas Eropa sekitar tahun 2700-an. Ornamen bangunan identik dengan gaya eropa, seperti ukuran Pintu dan jendela yang besar, penggunaan kaca berwarna, bentuk atap yang unik, ada ruangan bawah tanah.
Dikutip dari Kompas.com perjuangan penetapan Kota Semarang Lama menjadi kawasan Cagar Budaya sejak 2017, akhirnya resmi ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan menjadi Cagar Budaya.
Bisa intip Reels saya ya
Kompasianer Anna Nawaning yang asli Semarang menjelaskan pada saya, bahwa konsekuensi dari penetapan Kota Lama sebagai kawasan Cagar Budaya, adalah revitalisasi atau restorasi tak boleh dilakukan dibagian depan atau tampak muka bangunan.
Saya pribadi menyukai bangunan-bangunan khas di setiap daerah di Indonesia, karena pasti semuanya punya kisah, punya telling story.
Jika bangunan-bangunan bersejarah ini di rawat sesuai aslinya, di padukan dengan telling story masing-masing, tentu akan menjadi aset wisata daerah tersebut. Dan tentu saja dapat menjadi pemasukan bagi daerah tersebut dan tentu berpotensi menjadi sumber nafkah bagi penduduk lokal di berbagai bidang terkait.
Saat ini, bangunan-bangunan yang ada sudah beralih fungsi seperti gedung De Javasche Bank, kini menjadi Semarang Kreatif Galeri. Gedung Statschouwburg dulu gedung komedi, sekarang menjadi gedung pertemuan Marabunta. Dan masih banyak lagi.
Sementara Gereja Blenduk yang dibangun abad 18, dan Jembatan Berok (Gouvernementsbrug)yang dibangun abad 17, masih berdiri kokoh, indah, unik, khas, menjadi saksi bisu sejarah kota Semarang.
Ada juga bangunan yang mempertahankan kondisi interior seperti aslinya saat pertama dibangun, meski saat ini menjadi sebuah rumah makan. Di dalam terdapat ruang tahanan dan ruang penyimpanan. Uniknya, saat saya dan Anna ke sana, kami diantar dan dijelaskan telling story ruang-ruang tersebut. Seolah tidak berhubungan dengan fungsi rumah makan, tapi menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan.
Selain menyusuri Kota Lama, Anna juga mengajak saya mengunjungi Kampung Batik dan Museum Kota Lama.
Buat saya masih kurang banget, karena saya masih ingin tahu lebih detail cerita di balik bangunan-bangunan tsb.
Hotel Santika Premiere yang terletak di Simpang Lima Semarang tujuan yang pas jika saya akan kembali ke kota Semarang. Hotel ini hanya membutuhkan 16 menit berkendara dari Stasiun KA Tawang dan hanya 5,6km dari Bandara. Dari Hotel Santika Premiere hanya 12 menit berkendara ke kawasan Kota Lama.
Jika mau lanjut wisata kuliner pun dekat banget di Simpang Lima.
Fasilitasnya pun okeh banget lah. kolam renang, Ruang rapat, resto dengan menu yang dijamin membuat lidah menari dan lain sebagainya.
Dan masih banyak bangunan sejarah lainnya yang ingin saya kunjungi di Semarang. Pas lah jika nginapnya di Hotel Santika Premiere, strategis kemana-mana.
Kuy lah...packing dulu...
Salam jalan-jalan...
Putri Soonard