Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Meneladani Abdurrahman bin Auf, Menjadi Kaya dengan Matematika Allah

27 Mei 2019   22:12 Diperbarui: 27 Mei 2019   22:13 10799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meneladani Abdurrahman bin Auf, Menjadi Kaya dengan Matematika Allah
ilustrasi | http: nu.or.id

Karena Matematika-Nya, tidak ada yang tidak mungkin.

Beberapa waktu lalu saat mengetahui terdapat tema mengenai 'ulasan tokoh Islam favorit', saya langsung berbicara dengan bapak. Sebab memang ada banyak sekali tokoh Islam yang pantas difavoritkan. Hingga kemudian dari pembicaraan kami, hari ini saya memutuskan untuk mengambil satu nama yang akan menjadi bahan tulisan, salah seorang sahabat Nabi yang cukup banyak dikenal kisahnya. Beliau yang bernama Abdurahman bin Auf.

Selain dari cerita Bapak mengenai sosoknya, beberapa hari ini saya mulai mencari tahu mengenai Abdurrahman bin Auf di internet terutama lewat youtube. Maklum, bagi saya sendiri beliau masih terdengar asing. Namun kata Bapak, sosok beliau sudah lama dikenal terutama bagi mereka yang berbisnis. 

Ya, ternyata memang ada banyak sekali kisah-kisah Abdurrahman bin Auf yang bisa saya temukan disana. Mulai dari versi film atau dakwah dari para ustaz tersohor. Dari banyak cerita yang saya dengar, saya jadi paham mengapa beliau jadi sering dihubungan dengan dunia dagang atau dunia bisnis. Pantesan.

Mengenal Abdurrahman bin Auf

Singkat cerita, Abdurrahman bin Auf adalah salah satu orang yang hijrah ke Madinah. Sebagai seorang miliader di Mekah kala itu, ia tidak lalu membawa semua harta bendanya. Semua kekayaannya beliau tinggalkan. Yang beliau bawa hanyalah baju yang beliau kenakan waktu itu. Sudah. Masya Allah.

Sesampainya di Mekah, Nabi Muhammad saw. lalu mempersaudarakan kaum muhajirin (mereka yang berhijrah) dengan kaum Anshar (kaum yang menerima hijrah Nabi dari Mekah ke Madinah). Abdurrahman yang kala itu sudah tidak memiliki apa-apa dipersaudarakan dengan seorang yang kaya raya, pemilik hampir setengah perkebunan kurma di Madinah, Sa'ad bin Rabi namanya.

Mendengar dipersaudarakan dengan Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Rabi  dengan senang hati memberikan setengah dari apa yang sudah dimilikinya seperti kebun kurma yang boleh dimiliki oleh Abdurrahman bin Auf juga. Hingga dapat dikatakan bahwa persaudaraan keduanya menjadi salah satu contoh sebuah persaudaraan karena Allah, menjadi salah satu wujud sahabat sampai akhirat.

Ketika Beliau Memulainya dari Nol Kembali

Mendapat tawaran yang bisa menjadikannya kembali autokaya dari Sa'ad bin Rabi ternyata tak lantas langsung beliau iyakan. Yang terjadi beliau justru menolak dengan lembut dan memilih bertanya dimana letak pasar.

Ya, meski kekayaan sudah ada didepan mata, beliau tetap memilih melakukannya dengan usahanya sendiri. Dengan pergi ke pasar, berjualan. Dari cerita yang saya dapat, kala itu beliau mencoba untuk berjualan cangkul.

 Walau tidak memiliki modal, beliau tidak lantas berhutang. Yang beliau lakukan adalah sistem jatuh tempo, dimana di hari berikutnya baru dibayarkan. Tidak perlu menunggu lama, dalam sebulan Abdurrahman bin Auf sudah memiliki kios sendiri.

Julukan "Sahabat Bertangan Emas" dan Sosok yang Suka Bersedekah

Semenjak itu, kehidupan Abdurrahman bin Auf makin sejahtera. Beliau bahkan sempat menikahi wanita kaum Anshar -yang waktu itu bisa dianggap prestasi karena tidak mudah bagi kaum muhajirin untuk menikahi kaum anshar--dengan mahar emas sebesar biji kurma.

Keberkahan yang Allah berikan pada Abbdurhaman bin Auf memang begitu besar. Sampai-sampai jika beliau mendapat sebongkah batu, maka dibawahnya terdapat emas dan perak. Tak heran jika kemudian beliau mendapat julukan sebagai 'sahabat bertangan emas'.

Kekayaan yang beliau miliki tidak lantas membuatnya menjadi gelap mata. Beliau dikenal sebagai seorang kaya yang juga dermawan, bersedekah. Semakin banyak keuntungan yang beliau dapat, semakin besar pula sedekah yang diberikan. Yang bukan menjadikannya menjadi miskin, tetapi justru menjadi kaya. Sudah orang kaya , ternyata pandai pula untuk bersyukur.

Menjadi seorang kaya raya dengan banyak membantu hampir penduduk Madinah kala itu tidak juga beliau manfaatkan untuk mendapatkan kekuasaan. Menjadi penduduk biasa saja. Coba  tengok apa hari ini masih ada orang yang seperti ini? Yang benar-benar memanfaatkan kekayaan hanya di jalan Allah bukan karena urusan dunia yang lain.

Ya, namanya Abdurrahman bin Auf, salah satu dari sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasullulah karena akan masuk surga. Masya Allah, smoga kita bisa meneladi sosok beliau dengan tidak melupakan bersedekah. Tidak  perlu menunggu menjadi kaya untuk bisa bersedekah cukup percaya kepada perhitungan matematikanya-Nya. 

Pun semoga kelak kita bisa bertemu beliau di surga-Nya. aamiin

Salam,

Listhia H. Rahman

***

Jika ada salah kata/cerita dalam tulisan ini mohon dimaafkan, karena kesalahan datangnya dari saya dan kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun