Ngaji di Hari Kedua Ramadlan
Hal tersebut dikatakan sama, bila seseorang dapat disebut memiliki ilmu yang luas, namun tidak meningkatkan nilai-nilai ibadah kepada Allah, bahkan semakin menambah jauh dari Allah, maka nampak dalam diri orang tersebut sebenarnya telah dikuasai pemikiran-pemikiran syetan ( Nafsu Amarah).
Karena dalam teori keimanan, orang yang ilmunya luas, akan berbanding lurus dengan peningkatan keimanan. Namun bila orang yang memiliki ilmu yang tinggi, kemudian nilai-nilai ibadah tidak meningkat, maka sesungguhnya orang tersebut jauh dari Allah SWT.
Perlu diingatkan kembali, ketika seseorang mau belajar (ngaji), kemudian tidak aktif dalam sholat jamaah, ahli shodaqoh, maka dapat dikatagorikan ketidak7manfaatan ilmu yang dimiliki. Maka ketika sudah tahu ilmunya, yang ada pada seseorang seharusnya semakin dekat dengan Allah, dan tidak ketergantungan terus menerus pada urusan dunia. Ingat sbda Nabi Muhammad SAW.
( )
"Orang yang paling keras siksanya di hari kiamat adalah orang alim yang ilmunya tidak Allah berikan manfaat padanya".
Ilmu sendiri menurut Imam Malik dalam Al-Muwatha, terbagi menjadi dua, yaitu ilmu hati dan ilmu lisan. Ilmu di dalam hati yaitu ilmu yang bermanfaat dan ilmu lisan yang digunakan hanya untuk berdebat.
Usahakan kita berdoa, sebagaimana yang diajarkan Nabi SAW dalam doanya :
( )
`Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari amal yang tak diterima, dan dari doa yang tak didengar.`
Di akhir catatan ngaji kedua di Bulan Ramadlan 1440 H bersama KH. Subhan Ma'mun mengatakan "Semakin seseorang bertambah ilmunya maka akan
semakin zuhud, tidak terbelenggu oleh urusan dunia, cinta Akhirat, memiliki sopan santun dan
semakin takut kepada Allah".
Wallahu 'alam bishowab.
(Lukman Nur Hakim)