Pulang Mengaji Kecipratan Air Hujan
Karena hujannya semakin deras dan membuat suara KH. Subhan terdengar kurang jelas, sehingga beliau berhenti sesaat. Namun saya tidak menyangka, bahwa berhentinya beliau karena sedang berdoa. Melihat KH. Subhan mengadahkan kedua tanganya keatas, jamaah yang hadirpun ikut mengakat tangannya ke atas, sambil memgucapkan "amin.. amin.. ya Allah".
Setelah membaca doa, KH. Subhan menjelasakan, bahwa doa yang dipanjatkan tadi, adalah doa memohon kepada Allah, agar setelah ngaji hujannya berhenti".
Subhanallah, kataku dalam hati. Ternyata KH. Subhan sangat memperhatikan dan menyayangi para jamaahnya yang ikut ngaji. Beliau sepertinya tidak tega, melihat peserta ngaji pasanan pulang kedinginan, karena kehujanan sepanjang jalan.
Setelah para jamaah ngaji tenang kembali, dan mendapatkan tempat duduk yang tidak terkena air hujan. KH. Subhan bertanya kepada para jamaah. "maaf, bapak ibu kemarin enggak ngaji, apa ada yang kemarin datang kepondok?.
Ibu-ibu menjawab "ada!", mendengar jawaban ibu-ibu, saya senyum-senyum sendiri. Wajarlah mungkin karena mereka tidak membaca penguman lewat media sosial atau dapat info dari pengurus pondok.
KH. Subhanpun mengatakan kepada para peserta pasanan, bahwa kemarin saya hanya kecapaian saja, dan perlu istirahat. Bapak Ibu enggak usah khawatir. Mendengar jawaban langsung dari KH. Subhan, saya semakin yakin bahwa beliau tidak apa-apa, hanya perlu istirahat saja.
Tak terasa waktu menunjukan jam 17.15 WIB. dan ternyata hujan sudah berhenti. KH. Subhan kembali mengatakan "Al-hamdulillah doa Bapak Ibu dikobul oleh Allah SWT. Hujan sudah berhenti dan isnyaAllah pulang tidak kehujanan", para jamaahpun langsung menjawab " amin." Tidak ketinggalan sayapun ikut menjawab amin.
Setelah ngaji selesai, saya tidak langsung pulang, tetapi ikut baris bersama jamaah lain yang mau salaman dengan KH. Subhan. Dalam benak hati kecil saya mengatakan, "mumpung ada kesempatan menayakan kabar langsung pada beliau."
Karena saya duduk dibarisan depan, sehingga saya tidak terlalu lama antri salaman dengan beliau. Karena kalau salaman yang terakhir biasanya antrinya nyampai 15 menit. Sesampainya didepan beliau, saya salaman dan menanyakan kabar beliau. KH. Subhan menjawab, "Alhamdulillah, tidak apa-apa, hanya perlu istirahat saja." Saya bertambah semakin yakin beliau hanya perlu istirahat saja.
Setelah salaman, sayapun menuju motor yang di parkirkan dijalan menuju areal pondok. Motor saya diparkirkan berjejer dengan motor para jamaah lain. Alhamdulillah parkiran motor jamaah ngaji pasaran tertata dengan rapi, karena dibantu oleh teman-teman Banser setiap harinya. "Makasih kang Banser," ucap saya setelah membantu dan mengeluarkan motor saya. Sehingga saya pulang bisa cepat.
Antrian motor pulang menuju kerumah masih-masih menjadi pemandangan tersendiri setelah selesai ngaji di pondok pesantren As-salafiyah Luwungragi. Maklumlah karena jumlah motor yang diparkir berjumlah nyampai ratusan. Diparkiran motor dalam setiap hari, ada juga peristiwa yang membuat saya kadang senyum-senyum sendiri. Seperti ada bapak-bapak yang bolak-balik mencari motornya, mungkin ia lupa saat memparkirkan motor. Ibu-ibu yang sudah tua naik mobil bak terbuka dengan sangat lincah lewat samping bukan lewat belakang. dan ada juga rombangan orang tua yang duduk di bak terbuka mengahadap kebelakang. Pemandangan ini kadang masih membuat saya senyum-senyum sendiri menamani perjalan pulang ngaji.
Antrian panjang dua lagi terlihat, ketika saat ada kereta lewat dan terkena lampu merah dijalan pantura. "Terasa seperti Jakarta saja yang sering terkna macet." Celotek saya dalam hati.