Harta Harus Dimiliki namun Tak Tergantung Olehnya
HARTA HARUS DIMILIKI NAMUN TAK TERGANTUNG OLEHNYA
Muslim Kaya Apakah Itu Istidraj.
Apapun yang akan diraih tidak bisa lepas dari yang namanya semangat. Begitu juga ketika akan meraih harta benda, keinginan dan pekerjaan serta cita-cita harus dengan semangat, agar dapat dimiliki.
Islam mengajarkan hati dan pikiran tidak harus terpaut pada harta kekayaan yang diraih. Namun yang namanya harta tetap dicari dan setelah mendapatkannya, segala usaha dan hidupnya tidaklah berkonsentrasi penuh pada harta yang dimilikinya.
Janganlah harta benda menjadi tolak ukur segala sesuatu, sehingga membuat lupa akan nilai-nilai ibadah kepada Allah Swt. Harta yang dimikili tidak untuk dirinya semata. Namun dapat dibagikan kepada orang lain yang membutuhkan dan menjadi penerima bagian dari harta yang dimilikinya. Baik lewat sedekah, infak dan wakaf.
Berperilaku zuhud tidak hanya slogan semata, namun benar-benar diterapkan dalam dunia nyata. Zuhud bukan berati tidak boleh kaya dan menjadi penguasa. Lihat Nabi Sulaiman beliau adalah manusia kaya dan penguasa. Beliau adalah sezuhud-zuhudnya manusia. Kakayaan dan kekuasaan tidak membuat hati dan pikirannya hanya terfokus pada keduanya. Namun berjuang untuk da'wah, mengajak manusia untuk mengenal dan ibadah kepada Allah Swt.
Tak ketinggalan pula, bahwa Nabi Muhammad Saw juga Nabi yang zuhud. Terbukti ketika Allah menawarkan Gunung Uhud mau dijadikan Mas, Nabi menolaknya.
Sebagai pertimbangan dalam tema kali ini. Bahwa jangan mudah mengatakan kekayaan yang dimiliki karena kemudahan dan kasih sayang dari Allah Swt atau bisa dikatakan sebagai Istidroj.
Seorang muslim kaya, segala apa yang diminta kepada Allah Swt terkabul, tidaklah dihukumi istidraj (ujian atau cobaan berupa kenikmatan bagi mereka yang lalai). Saat seorang muslim selalu beribadah dan membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw, insyaAllah terjaga dari istidroj.
Istidroj hanya diberikan pada orang yang banyak melakukan maksiat dan jarang beribadah. Ia terjebak dalam kenikmatan hidup dan lalai menunaikan ibadah serta kewajiban lainnya.
Istidroj dimiliki oleh seseorang yang merasa tenang dan tentram, merasa baik-baik saja dan tidak bersalah atas kenikmatan yang Allah Swt berikan, sehingga tidak mengerjakan ibadah kepada Nya.