Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...
Lisan, Tangan, dan Hijrah
Ramadan hari kedua belas. Mari kita lanjutkan pembahasan Kitab Shahih Bukhari. Kita masih membahas bab tentang iman. Berikut teks haditsnya:
Dari Abdullah bin 'Amru dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda: "Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah (HR. Bukhari).
Sahabat yang meriwayatkan hadits ini bernama Abdullah bin Amr bin Ash. Beliau sahanat yang menjadi gubernur pertama Mesir. Beliau juga merawikan hadits yang sangat banyak.
Hadits ini mengatakan bahwa seorang muslim tidak sempurna keislamannya, jika kemudian muslim yang lain tidak selamat dari lisan dan tangannya.
Artinya, seorang muslim ketika berinteraksi dengan muslim yang lain harus menjaga ucapan dan perbuatannya dari menyakiti saudaranya.
Dalam hadits, lisan didahului. Mengapa? karena lisan memang sangat penting. Lisan terlihat sepele, tetapi lisan bisa menentukan nasib seseorang, selamat atau tidaknya seseorang.
Maka ada pepatah dalam bahasa Arab berbunyi, "Selamatnya seseorang tergantung dari lisannya yang terjaga."
Dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya, "Mulutmu, harimaumu." Di era medsos, ungkapan tersebut berubah menjadi, "Statusmu, harimaumu."
Banyak kasus sekarang ini, dimana status seseorang di media sosial bisa membawanya ke penjara.
Terkait hal ini, Al-Quran telah memberi petunjuk jauh hari sebelumnya. Dalam daftar isi perjanjian Allah SWT dengan Bani Israil, salah satunya Allah SWT menyatakan bertutur katalah yang baik kepada manusia (QS Al-Baqarah:83).