Mang Pram
Mang Pram Freelancer

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Hikmah Puasa: Tubuh Sehat, Lemak Hilang, Ibadah Lancar

17 Mei 2020   21:58 Diperbarui: 17 Mei 2020   22:11 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hikmah Puasa: Tubuh Sehat, Lemak Hilang, Ibadah Lancar
Ilustrasi Pexels.com/Benyamin Mellies

Puasa tidak hanya menyehatkan badan, juga bisa membentuk badan ideal. Lemak tubuh yang membandel pun bisa dipangkas habis.

Memasuki minggu ketiga ramadan, berat badan turun drastis dan melihat perut rata begitu menyenangkan.

Memiliki berat badan ideal tentu saja idaman banyak orang. Sayangnya banyak orang yang merasa berat badannya naik setelah menjalankan sebulan puasa. Berbanding terbalik dengan keseharian yang menahan lapar dan haus dari subuh hingga magrib, kemudian saat malam semua makanan masuk tanpa ada kontrol.

Puasa adalah menahan lapar dan haus adalah bagian dari pembelajaran. Di dalam makanan dan minuman saat berbuka dan sahur, disitu terkadang kita lupa bahwa ada syahwat yang belum dilepaskan.

Saya sangat bersyukur, dampak Pandemi Covid-19 telah mengubah gaya hidup selama puasa ini. Bekerja di rumah mendapatkan kesempatan berbuka puasa dengan keluarga di rumah. Berbeda dengan tahun sebelumnya, buka puasa keseringan di tempat kerja, akhirnya lebih banyak jajan untuk berbuka. Makanan berminyak, kandungan gula dan karbohidrat tinggi jadi tidak terkontrol masuk ke dalam tubuh.

Begitu juga rutinitas buka puasa bersama yang diagendakan dari teman alumni sekolah sampai rekan bisnis. Berbagai resto dan rumah makan jadi tempat mewah membatalkan puasa. Aneka ragam makanan dan minuman enak bebas disantap.

Saat ramadan usai, berat badan kemudian melonjak naik tak terkira. Akibat dari menyantap makanan enak setiap malam.

Kini kondisi terbalik, di rumah aja dan menghindari keramaian akibat Covid-19. Berbuka dan sahur di rumah saja dengan menu makanan sederhana dan sehat ala rumahan.

Sejak akhir Maret, pekarangan rumah sudah disulap menjadi kebun sayur. Saat Ramadan kita tinggal panen dan memetik aneka sayur segar.

Sayur seperti kacang-kacangan, sawi, kangkung, bayam, pok coy, terong, cabai, cengek, pare, dan lainnya tumbuh subur karena diurus dengan benar. Bisa berbagi dengan tetangga. Bahkan sampai ada yang dibeli tukang sayur untuk dijajakan kembali.

Menjadikan hasil kebun menu makanan sehari-hari, bisa dijadikan lalapan dengan sambal terasi, dibuat urab, sayur bening, ditumis atau apa pun.

Makanan di rumah, kesegaran dan kesehatan sudah terjamin. Berhubung sayur melimpah, porsi makan setiap hari sudah akrab dengan daun-daunan.

Ditambah lagi timun suri,singkong, ubi jalar, jambu kristal dan pepaya di belakang rumah juga banyak buahnya.

Bahan makanan lain yang bisa dibeli dari mamang sayur adalah pisang, labu, dan kolang kaling untuk menu berbuka. Pemenuhan gizi protein bisa membeli daging ayam, telur ayam, ikan, tempe, dan tahu.

Kebutuhan nutrisi dalam makanan tetap tercukupi meski pun dalam masa sulit. Tidak ada yang berbeda penyajikan makanan saat sebelum dan selama puasa.

Menghidangkan makanan sederhana pun cukup menghemat pengeluaran. Berbanding terbalik dengan aktifitas buka puasa bersama diluar yang menghabiskan banyak uang. Kondisi sulit seperti ini, bisa makan enak saja sudah bersyukur, apalagi bisa menekan pengeluaran.

Tetap syukur dengan segala yang diberikan Allah, di rumah saja membuat hobi berkebun bisa disalurkan. Lebih banyak bersama keluarga untuk melaksanakan ibadah bersama. Salat berjamaah hingga tadarus menjadi warna dalam rumah saat ramadan ini.

Kembali pada pembahasan puasa yang membuat tubuh lebih sehat dan segar, bahkan dapat bonus menurunkan berat badan.

Semua yang saya lakukan tentu saja sesuai dengan cara berpuasa yang benar. Tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan hawa nafsu.

Perlu diketahui, puasa memiliki tiga tingkatan.  

Pertama adah puasa orang awam dengan menahan perut dan syahwat saja.

Kedua adalah puasa orang khusus dengan menahan pendengaran, pengelihatan, lisan, dan anggota badan dari dosa.

Ketiga adalah puasa orang paling husus yaitu puasa hati dari berbagai ambisi dari segala sesuatu selain Allah secara total. Golongan istimewah dari para nabi, rasul, dan wali.

Dilihat dari tingakatanya, jika kita hanya menahan lapar dan haus saja hanyalah golongan orang awam. Berbeda dengan orang khusus, tidak hanya menahan lapar dan syahwat, tapi juga masih bisa mengontrol segala perbuatannya.

Seperti halnya ketika kita sedang makan. Orang awan hanya memikirkan akan mengenyangkan perut dengan berbagai makanan dan minuman lezat ketika berbuka. Tidak heran jika kemudian acara buka puasa disibukan dengan menyiapkan berbagai hidangan yang paling enak dan tidak biasa.

Padahal tidak ada tempat yang paling dibenci Allah selain perut penuh dengan makanan halal. Tujuan puasa sendiri adalah mengosongkan dan menundukan hawa nafsu demi mencapai jiwa yang takwa.

Kita ternyata salah kaprah, ketika seharian perut kosong, kemudian saat berbuka diisi hingga kenyang, maka kekuatan akan melonjak lebih kuat dan berontaklah syahwat-syahwat lainnya.

Ruh dan rahasai puasa sendiri adalah memperlemah berbagai kekuatan yang merupakan sarana setan untuk kembali kepada kejahatan. Akan tetapi itu tidak akan tercapai jika mengurangi makanan, yaitu dengan makan apa adanya seperti malam-malam sebelum puasa.

Kesederhanaan dalam menyantap makanan secukupnya di malam hari pun akan membuat aktifitas ibadah lebih ringan, yaitu salat malam dan witirnya. Semoga setan tidak mengitari hatinya dan dapat melihat tanda-tanda turunya lailatul qodar.

Selama di rumah aja banyak hikmah yang kita dapatkan. Tidak terpengaruh dengan Pasar Ramadan yang membuat mata kalap membeli apa pun makanan yang enak-enak.

Acara buka puasa bersama yang begitu meriah dengan aneka makanan lezat. Sedangkan setelah perut kenyang tidak membuat kita lebih rajin beribadah di malam hari.

Rasululullah bersabda, "Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan dari puasanya itu, kecuali lapar dan dahaga. (Hadis Riwayat An-nasai dan Ibnu Maajah).

Sangat disayangkan, berapa banyak orang berpuasa, tetapi sebenarnya ia tidak berpuasa.

Saat berpuasa, badan seperti sedang melakukan pembenahan pada sistem kesehatan tubuh. Racun dalam tubuh dikeluarkan dan membentuk anti body. Inilah waktu terbaik, ketika berbuka harus dengan asupan makanan yang baik dan tidak berlebihan.

Pembakaran kalori di siang hari juga sangat ampuh untuk membabat habis lemak di dalam tubuh dari berbagai aktifitas yang kita lakukan. Untuk itu jika ingin tubuh ideal, kontrol asupan makanan dari minyak, gula, dan karbohidrat berlebih.

Makanan yang baik dan diimbangi dengan olahraga, maka tidak ada kata lemas lagi. Tubuh jadi lebih bugar dan aktifitas ibadah terasa ringan untuk dikerjakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun