Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/
Sahur Sehat, Agar Stamina Terjaga
Sebagai ibu yang cerewet, biasanya saya mengalah jika ada anggota keluarga yang malas makan sewaktu berbuka puasa, tapi tidak untuk makan sahur. Makan yang dimaksud disini adalah makanan lengkap yang terdiri dari karbohidrat, protein dan sayuran. Seusai berbuka, mereka sering kekenyangan dengan banyaknya ragam makanan yang bermunculan di Ramadan. Seperti kolak, martabak, es buah, gorengan, seolah-olah perut mampu memuat semua kudapan tersebut. Akibatnya mereka enggan makan nasi dan lauk pauknya.
Berbeda dengan makan sahur. Anggota keluarga harus mematuhi menu yang saya siapkan. Karena makan sahur berarti menyiapkan cadangan makanan bagi tubuh selama kurang lebih 14 jam. Saya beruntung tidak mendapat banyak komplain. Termasuk tidak muncul pertanyaan mengenai kudapan yang saya sembunyikan, padahal masih berserakan menjelang mereka tidur. Kudapan yang umumnya terdiri dari karbohidrat sederhana yang akan membuat mudah lapar.
Persiapan makan sahur biasanya sudah sejak malam sebelum tidur. Bahkan sering sore hari, sekalian menyiapkan makanan untuk berbuka puasa. Pemilihan menu umumnya sebagai berikut:
Nasih putih dan nasi merah
Sejak anak-anak masih kecil, saya mengenalkan nasi merah dengan mencampurnya bersama nasi putih. Sesudah anak-anak dewasa, nasi merah dan nasi putih dihidangkan terpisah. Silakan pilih sendiri toh udah mereka sudah besar.
Nasi merah saya pilih karena merupakan karbohidrat kompleks yang kaya akan serat yang dapat mengatur pelepasan energi secara perlahan. Membantu mereka tetap fit dan tidak mudah lapar.
Beras merah juga sumber magnesium, fosfor, tiamin, vitamin B-6, niacin, zat besi dan seng. Sayangnya tidak semua anggota keluarga menyukai. Jadi jalan tengah diambil, keduanya dihidangkan.
Susu/ yoghurt
Sejak balita hingga masuk perguruan tinggi, saya cerewet dalam hal konsumsi susu. Mereka harus minum, jika bosan boleh menggantinya dengan yoghurt. Banyak alasan mengapa saya akan berlari-lari mengejar anak yang belum minum susu. Salah satunya adalah kandungan protein dan kalsium yang tinggi yang mudah dikonsumsi dan diserap tubuh. Mereka tidak harus memotong, mengunyah dan proses mengonsumsi protein lainnya.
Saya berkeyakinan anak-anak akan tumbuh sehat serta tidak mudah sakit jika mengonsumsi makanan/minuman tinggi protein. Terlebih susu juga mengandung vitamin A dan B12 yang berfungsi penting bagi tubuh.
Minum susu/yoghurt di waktu sahur membuat rasa kenyang lebih lama, staminapun terjaga.