Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com
Wanita Karir dan Rumah Mewah
Di sudut kota nan megah, hiduplah dua orang yang saling bertetangga. Sebut saja nama mereka Mawar dan Melati. Mawar adalah seorang wanita karir, sedangkan Melati hanya ibu rumah tangga.
Rumah mawar terlihat lebih mewah dilengkapi dengan furnitur ala Eropa. Sebagai manajer di sebuah perusahaan asing, Mawar dapat membeli apa saja yang diinginkannya.
Nasib berbeda dialami Melati, ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga dan meninggalkan posisi pada perusahaan tempat Mawar bekerja.
Sejatinya, posisi Melati satu tingkat diatas Mawar sebelum ia memutuskan untuk berhenti. Sayangnya, keputusan Melati sudah bulat. Ia sudah bukan lagi wanita dengan ambisi karir yang berapi-api layaknya Mawar.
Suami Melati hanya seorang guru dengan gaji yang cukup membiayai dua orang anak mereka. Walaupun demikian, hidup mereka selalu terlihat bahagia dan rajin membagi masakan ke tetangga.
Mawar kerap menertawakan pilihan hidup Melati yang dianggapnya aneh. Lucunya lagi, Mawar kerap bergosip pada rekan kerjanya mengenai keputusan Melati yang berhenti kerja saat menikah.
Walau hidup bertetangga, Mawar enggan menyapa Melati dan lebih memilih untuk menikmati hidup glamor. Bukan hanya itu, ke tetangga yang lainnya juga ia jarang berbaur.
Selain sibuk bekerja, Mawar juga rajin mengunjungi klub malam untuk menghibur kesendiriannya. Di umur yang sudah mapan untuk menikah, ia sama sekali tidak berkeinginan untuk membangun rumah tangga.
Katanya, karir lebih penting bagi seorang wanita agar hidupnya terjamin. Setidaknya, begitulah prinsip hidup yang dipegang Mawar sejak pertama kali bekerja di perusahaan asing.
Apalagi dengan posisi seorang manajer, ia semakin terobsesi untuk mencapai level jabatan diatasnya. Bulan berlanjut dan tahun berganti, Mawar tetap kukuh pada pendiriannya.
Suatu hari, Mawar melihat Melati sedang menyirami tanaman sambil menggendong anak yang paling kecil.
"sudah kukatakan dulu jangan berhenti bekerja, kamu sih keras kepala" ujar Mawar pada Melati dengan suara keras.
Melati hanya tersenyum dan tidak membalas.
"hidupmu gak akan berubah kalau cuma di rumah jagain anak" lanjut Melati sambil menuju ke mobil dengan wajah mencemoohkan kehidupan mawar.
Tetap saja, Melati tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia bahkan tersenyum lebar ke arah Mawar yang sudah masuk ke mobil mewahnya.
Ya, begitulah sikap Mawar pada Melati. Di pikiran Mawar, hidup Melati sangat tidak menyenangkan. Tidak pernah terpikirkan oleh Mawar untuk menikah dan merawat anak menggunakan daster.
Setiap malam Mawar menghabiskan waktu paling kurang 2 jam di klub malam dengan laki-laki yang ia jumpai disana. Beberapa kali ia terlihat berpelukan dengan laki-laki berbeda.
Lahir dengan identitas islam tidak membuatnya taat beragama. Gaya pakaiannya kebarat-baratan, mengikuti tren yang ia gemari. Ia tidak perduli jika tetangga mengadakan doa bersama sebulan sekali.
Agar terlihat cantik dan modis, Mawar sengaja tidak berjilbab. Nasehat demi nasehat yang disampaikan Melati juga hanya dianggapnya lelucon dari seorang perempuan yang dianggapnya gagal berkarir.
Mawar terlelap dalam gaya hidup barat yang diimpikannya. Bahkan, pernah tersebar isu bahwa Mawar melakukan aborsi secara diam-diam dari hasil hubungan gelap di klub malam.
Tetap saja, Mawar tak perduli dan terkesan acuh pada beberapa teman muslim yang mengingatkannya untuk tidak terlalu hidup bebas. Gaji puluhan juta membuatnya bebas untuk hidup sesuai keinginannya.
Pada suatu malam sepulang dari pesta ulang tahun seorang teman, Mawar tertidur pulas sampai pagi. Biasanya, setiap pagi Mawar sudah berangkat kerja. Namun, tetangga tidak memperhatikan ada pergerakan dari dalam rumah.
Rekan kantor pun bertanya-tanya, kenapa Mawar belum juga sampai ke perusahaan. Puluhan panggilan dari rekan kantor tidak terjawab, pesan WA juga hanya terconteng satu.
Akhirnya, satpam perusahaan diutus untuk mengecek ke rumah Mawar. Setibanya di depan rumah, Rendi membunyikan bel yang tertempel di pagar dekat gerbang.
Tidak ada jawaban sama sekali. Langsung saja Rendi menghampiri Melati yang sedang membersihkan rumah. Rendi sudah lama mengenal Melati saat ia pertama bertugas di perusahaan.
"maaf buk, saya mau bertemu buk Mawar tapi rumahnya terkunci dan tidak ada jawaban dari dalam. Apa orangnya ada di dalam ya?" tanya Rendi ke Melati.
"saya juga tidak melihatnya pagi ini, bukannya sudah berangkat" balas Melati menanyakan Rendi.
Tidak menunggu lama, Rendi mengambil inisiatif untuk memanjat pagar rumah Mawar yang lumayan tinggi. Sesampainya di dalam, ia langsung mengetuk pintu rumah berulang kali tapi tetap tak ada yang membuka.
Beberapa tetangga mulai berdatangan mengecek apa yang sedang terjadi. Firasat buruk mulai masuk ke pikiran Rendi, mungkin saja sesuatu yang buruk sedang terjadi di dalam.
Lalu, ia memanggil satu tetangga lain untuk mendobrak pintu depan rumah. Hanya butuh 5 menit, pintu depan berhasil dibuka.
Mereka mulai mengecek satu persatu ruangan dalam rumah. Ada tiga ruangan yang terkunci dan satu lagi ada di dekat ruang tamu. Saat pintu dibuka, kepala mawar sudah berada ke arah bawah ranjang dengan mulut terbuka mengeluarkan busa.
Rendi kaget dan tidak berani mendekati Mawar. Bau busuk tercium dari pintu kamar. Ardi, tetangga di depan rumah pun terkejut menyaksikan keadaan Mawar.
Secepatnya Ardi memanggil warga lain untuk ikut membantu. Melati mempercepat langkah ke dalam rumah dan tak percaya dengan apa yang ia saksikan.
Mawar terbujur kaku dengan mata melotot. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang ketakutan. Kuku kaki membiru seakan-akan baru terjepit pintu.
Warga yang berkumpul dalam kamar semuanya terdiam dan merasa takut. Bau busuk sangat menyengat. Mulut Mawar yang dulu sering menertawakan nasib Melati kini membisu tanpa kata.
Lidahnya menjulur ke luar hitam seakan terbakar. Kalimat menyakitkan yang kerap keluar dari mulutnya tak lagi terdengar. Mawar seakan terbungkam terbujur kaku dengan raut wajah ketakutan.