Madu Kurma Lebih Sehat, Gantikan Konsumsi yang Banyak Zat Aditifnya
BUNDA, coba deh dilihat lagi ada berapa botol minuman berbagai rasa tersimpan di kulkas, atau berapa mangkuk yang ada di meja makan? Dalam sehari, adakah minuman instan yang dikonsumsi si kecil?
Saat berada di pusat kuliner, kita bisa lihat pemandangan sepanjang koridor tempat berjualan, apa saja yang ditawarkan penjual. Atau, ketika kebetulan mengajak jalan-jalan buah hati dan mampir di salah satu gerai, apa yang paling dominan dan menarik selera mereka?
Jawabannya bisa ditebak, minuman yang lebih banyak mengandung susu cokelat dan cream yang banyak ditemui di rumah. Lapak kuliner yang menjual aneka minuman yang paling pertama menarik dan dijujug si kecil.
Bahkan, kebutuhan mineral setiap hari kini sulit dipenuhi. Bukan karena ketidaktersedian-nya, melainkan cenderung disepelekan. Air putih dalam dalam galon yang ada di dapur sendiri atau rumah makan, kerap tidak diminati masyarakat kita, terlebih usia anak-anak dan remaja.
Sadar atau tidak, kecenderungan ini sudah jamak terjadi dan menggejala dalam keseharian kita. Diakui maupun tidak, pilihan kuliner instan dengan aneka minuman kurang menyehatkan, justru menjadi pilihan yang lebih banyak diminati.
Bahkan, sejak dua dasawarsa terakhir mengkonsumsi jenis minuman kelompok ini sudah menjadi trend dan gaya hidup. Terlebih di kalangan milenial, bisa menikmatinya bukan sekadar terpenuhi pilihan kesukaan dan favorit, melainkan juga menjadi bagian dari citra diri mereka.
Lihat saja, kegandrungan muda-mudi milenial yang suka kongkow dan memamerkan apa yang sedang dinikmatinya. Minuman di atas meja, atau dalam kemasan cup yang ditenteng, kerap menjadi unggahan foto yang banyak membanjiri akun media sosial siapapun kini.
Karena itu pula, tak salah sekiranya berbagai produk minuman kemasan ini terus menjamur. Produk minuman baru yang awalnya tidak dikenal dan dipromosikan khusus sekalipun, bisa cepat dan dengan sendirinya terkenal, lalu dicari untuk sekadar dicoba.
Selama pandemi, jenis minuman ini juga tak lantas sepi. Keberadaan jasa layanan pesan-antar (delivery order) yang didukung aplikasi digital yang juga menjadikan penjualan minuman ini eksis dan stabil. Asal klik saja, jenis makanan-minuman yang kita inginkan bisa sampai di tempat kita berada.
Produk minuman kemasan yang bisa kita temui di pasaran jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Tetapi, jika dikelompokkan maka yang laris dan diminati adalah minuman rasa kopi, teh, bahan susu segar, yoghurt, dan sari kelapa. Minuman favorit lain yang bisa didapat dalam kemasan, seperti jus buah, sari buah dan biji-bijian, serta jamu alami (herbal).
Waspada Minuman dengan Zat Aditif
Kesukaan pada berbagai minuman instan dalam kemasan ini bukan tanpa alasan. Bermacam rasa, warna, dan bentuk kemasannya yang menggoda, menjadi daya tarik tersendiri. Terlebih, minuman kemasan ini bisa dinikmati dalam suasana dan momen khusus.
Suka pada aneka rasa dan kesegaran minuman kemasan juga bisa jadi alasan tersendiri, dan itu sah-sah saja. Akan tetapi, adanya zat aditif atau bahan tambahan pangan (BTP) yang digunakan dalam olahan dan sajiannya, itulah yang tidak baik dan berisiko. Apalagi, jika dikonsumsi berlebihan di atas ambang kadar normalnya, maka akan justru bisa membahayakan bagi kesehatan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan Internasional (FAO) mengklasifikasi zat aditif menjadi zat perasa, zat pengawet, zat pewarna, dan zat pemanis. Zat aditif yang umum digunakan diantaranya untuk memperlambat proses pembusukan, meningkatkan atau menjaga nilai gizi, atau memperkaya rasa, warna, dan penampilan makanan.
Di masyarakat kita, zat aditif banyak digunakan pada makanan camilan, minuman ringan, sereal dan yoghurt. Untuk pemanis buatan misalnya, banyak digunakan gula, sorbitol, dan sirop jagung.
Penggunaan zat aditif tidak boleh sembarangan, ada beberapa yang tidak direkomendasikan. Jika dikonsumsi luas, makanan-minuman dengan tambahan zat aditif harus punya Izin Edar terlebih dahulu dari BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan).
Nah, selama ramadan kini berbagai makanan dan minuman ringan dalam kemasan lebih mudah kita dapati. Sepanjang jalan protokol bisa menjadi pasar takjil dadakan, dengan berbagai jajanan dan minuman yang menggoda selera. Maka, berhati-hatilah dengan kemungkinan adanya zat aditif yang dikandungnya.
Jika digunakan secara berlebihan dan terus-menerus, pewarna sintetis dalam makanan yang kita makan dan minum, akan menumpuk dalam tubuh, hingga akhirnya merusak fungsi organ tubuh, terutama hati dan ginjal. Hati terpaksa bekerja keras untuk merombak zat tersebut untuk dikeluarkan dari hati.
Dari hati, pewarna sintetis ini akan masuk dalam sistem peredaran darah, lalu dibawa ke ginjal. Sama seperti hati, ginjal juga harus bekerja keras untuk mengeluarkan zat berbahaya ini dari dalam tubuh. Jika gagal dikeluarkan, zat pewarna makanan ini bisa menyebabkan penyakit kanker.
Sementara itu, dilansir dari Medical Daily, pemanis buatan dapat menyebabkan obesitas jika dikonsumsi secara terus-menerus oleh tubuh. Bahkan kenaikan berat badan ini akan terjadi dalam jangka panjang, yang berarti terus menetap pada tubuh manusia. Pemanis buatan juga dapat menyebabkan hipertensi, penyakit kardiovaskular, hingga diabetes tipe 2. Penyakit diabetes tipe ini bahkan bisa terjadi pada siapa saja, tak peduli jenis kelamin dan usia.
Air Kurma Lebih Aman, Jaga Imun dengan KOJIMA
Lebih amannya, pilihlah satu jenis saja untuk minuman buka puasa anggota keluarga. Untuk menghilangkan dehidrasi, air putih sebisa mungkin banyak diminum. Jika ingin yang manis-manis, ganti dengan air kurma atau sari buah seperlunya.
Lebih menyehatkan lagi, kita buat sendiri minuman di rumah. Air rendaman kurma (nabeez) juga sangat bagus, dan ini sudah dianjurkan sejak zaman Rasulullah SAW. Agar lebih menarik selera, bisa dicampurkan madu atau susu manis. Air nabeez ini bisa dibuat menjelang buka, dan tetap tahan untuk sahur.
Dibanding minuman dengan tambahan zat pemanis dan pengawet, air kurma dicampur madu ini lebih terjaga kebersihannya. Kerumunan semut tidak akan mengotori meja makan atau masuk mangkuk wadah minuman alami ini. Kita juga tidak perlu repot-repot menyimpan dalam kulkas, ketika tidak bisa langsung menghabiskannya.
Pentingnya kurma dan keistimewaannya bagi kesehatan tubuh manusia ini bahkan disebut dalam ayat al qur'an setidaknya 19 kali dalam 16 surah. Salah satunya dalam surah An Nahl dan Al An'am.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (2004: 356) menyebutkan, kurma dapat menguatkan lever, melunakkan buang air besar, dan menambah stamina. Kurma termasuk buah yang paling banyak mengandung gizi yang mengenyangkan dan dibutuhkan tubuh (ditulis Karyanto dalam buku berjudul Tumbuhan Obat dalam Al qur'an, Perspektif Sains Islam Bidang Farmakognosi).
Selanjutnya, siapa yang tidak tahu manfaat madu? Semua orang tidak akan meragukannya. Selain manisnya alami, madu asli juga sangat penting bagi kesehatan tubuh. Agar tidak bosan, madu alami juga banyak macamnya dengan pilihan rasa berbeda sesuai jenisnya.
Berdasarkan penelitian ilmiah, madu memiliki spesifikasi anti proses peradangan (anti-inflammatory) serta memiliki daya aktif tinggi yang mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap tekanan oksidasi (oxidative stress). Madu juga mengandung banyak nutrisi, mampu menurunkan glukosa darah, mengobati infeksi lambung, dan sebagainya.
Seseorang dengan sistem pertahanan tubuh yang prima akan memiliki respon imun yang baik, dimana tubuhnya dapat segera memproduksi antibodi ketika antigen terdeteksi. Jika tubuh selalu bugar dan tidak gampang terserang penyakit, dengan sendiri akan meningkatkan aktivitas. Tentunya, orang yang sehat memiliki tingkat risiko kematian lebih rendah dibanding yang sakit berat atau sakit-sakitan.
Rasulullah menganjurkan beberapa obat dan jaminan kesembuhannya. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, "Kesembuhan itu ada dalam tiga hal, minum madu, bekam, dan kay (sundutan api). Aku melarang umatku berobat dengan kay." (HR Al-Bukhari).
Mengkonsumsi kurma, habbatussauda (jinten hitam) dan madu sangat dianjurkan karena terbukti dapat membantu memperkuat sistem imun tubuh. Khasiat dan manfaat madu ini juga banyak disinggung dalam ayat al qur'an.
Manfaat jinten hitam setidaknya pernah diteliti ahli khasiat herbal dan juga ustaz Febri Sugianto (dilansir cnnindonesia.com tanggal 21/11/2019). Ia menyebutkan, Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan, hendaklah kalian mengkonsumsi habbatussauda karena merupakan obat dari segala macam penyakit kecuali maut.
Terlebih masa pandemi kini, imun atau pertahanan tubuh tengah dihadapkan ujian berat. Kasus penyakit akibat Covid-19 yang banyak berujung kematian, rentan terjadi pada kelompok usia dengan sistem imun tubuh rendah, terlebih yang sudah punya komorbid (penyakit penyerta) saat terserang penyakit ini.
Beberapa bulan terakhir, penulis dan keluarga sudah membiasakan diri membuat air kurma atau sari jeruk lemon atau nanas, dicampur madu. Ini sengaja dilakukan, karena tingginya kasus positif Covid-19 di daerah kami. Bahkan, beberapa kerabat penulis sempat terpapar penyakit pandemik ini, namun akhirnya bisa sehat kembali.
Formula minuman kesehatan seperti Madu KOJIMA, sangat penting dikonsumsi, karena kandungan obat yang ada dalam komposisi bahannya. KOJIMA adalah madu dengan 3 kebaikan yang terkandung didalamnya, yaitu Korma, Jinten (Habbatussauda), dan Madu. Terlebih, bagi kita yang sangat sibuk dan tidak cukup waktu membuat minuman kesehatan ini, maka Madu Kojima bisa jadi alternatif karena sudah dalam bentuk kemasan siap konsumsi.
Sekali lagi, sudah saatnya kita lebih perhatian pada kesehatan dan imun tubuh dalam situasi darurat kesehatan yang sulit diantisipasi ini. Mengkonsumsi madu dan kurma harus jadi gaya hidup baru untuk hidup lebih sehat, menggantikan kebiasaan konsumsi kuliner yang mengandung zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan kita. Jangan sampai terlambat, terlebih bagi generasi anak cucu kita! (*)