Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Freelancer

Menghargai perbedaan dan tertarik akan keanekaragaman dunia

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Masjid di Stuttgart dengan Minaret Simbol Toleransi

5 April 2024   00:32 Diperbarui: 5 April 2024   11:28 3274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid di Stuttgart dengan Minaret Simbol Toleransi
Masjid Wangen, Stuttgart (www.neckarufer.info)

Area halaman masjid yang dihiasi Paviliun Wudhu (Shadrivan) dan taman, nampak sepi. Sebelum sampai di tempat ini, aku sudah tahu dari sahabat-sahabat muslimku di desa tempatku tinggal yang berkewarganegaran Bosnia, Albania, Kosovo, dan Algeria bahwa sebagian besar umat muslim di Jerman melaksanakan Iftar di rumah masing-masing karena jarak tinggal yang jauh dari masjid apalagi jam itu adalah masih termasuk jam pulang kerja. Kecuali pada hari Jumat banyak jamaah yang khusus datang untuk melakukan Shalat Jumat bersama.

Di kedua sisi pintu masuk terdapat tulisan "Ramadhan". 

(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)

Di ruang koridor sebelum memasuki ruang sholat yang terletak di sebelah kanan, terdapat rak-rak buku agama dan meja kecil yang di atasnya disediakan air dan kurma untuk berbuka. Juga terdapat monitor yang menunjukan jam-jam sholat setiap hari.

Kurma dan air untuk Iftar (Dokumentasi Pribadi)
Kurma dan air untuk Iftar (Dokumentasi Pribadi)

Koridor dengan rak buku dan monitor jam sholat (Dokumentasi Pribadi)
Koridor dengan rak buku dan monitor jam sholat (Dokumentasi Pribadi)

Aku memasuki ruang sholat berharap ada seseorang yang bisa kutemui untuk bercakap-cakap, tapi sayang sekali, aku masih tetap seorang diri. Di dalam ruang sholat terlihat Mihrab dan Mimbar Ceramah dari kayu. 

Halaman masjid dengan Shadrivan atau paviliun wudhu, pintu masuk ruang shalat, ruang shalat (dokumen pribadi)
Halaman masjid dengan Shadrivan atau paviliun wudhu, pintu masuk ruang shalat, ruang shalat (dokumen pribadi)

Aku menggunakan waktu untuk beristirahat sebentar dan duduk sebentar di karpet. Ingatanku melayang pada kenangan masa kecil, meskipun aku dan keluargaku sendiri tidak ber-Ramadan, tapi kenangan akan bulan ini di kota Gorontalo di tempat aku dibesarkan selalu memberi ruang rindu.

Waktu aku kecil, bersama kakakku, kami ikut dalam Malam Tumbilotohe atau Malam Pasang Lampu Minyak yang dilakukan di hari-hari terakhir bulan Ramadan sebelum memasuki Hari Idul Fitri. 

Saat itu, halaman rumah kami pun dipenuhi dengan lampu minyak. Ibuku selalu bertanya, "Kalian kan cuma bikin tadi beberapa, kenapa sekarang sudah jadi banyak?". Kemudian aku dan kakakku akan menjawab serempak ,"Dikasih teman-teman tetangga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun