Merza Gamal
Merza Gamal Konsultan

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menjalin Kembali Silahturahim dengan Kerabat dan Sahabat Orangtua yang Telah Tiada

15 April 2024   08:31 Diperbarui: 15 April 2024   08:45 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjalin Kembali Silahturahim dengan Kerabat dan Sahabat Orangtua yang Telah Tiada
Sumber gambar: Album Keluarga Merza Gamal

Menjalin silaturahim dengan kerabat dan sahabat orangtua, terutama bagi yang telah meninggal dunia, merupakan tindakan mulia yang tidak hanya mempererat hubungan keluarga, tetapi juga menjadi bentuk penghormatan dan bakti kepada orangtua yang telah tiada.

Di momen Idul Fitri seperti ini, ketika kerinduan terhadap kedua orangtua begitu mendalam, menyambungkan kembali silaturahim dengan saudara atau sahabat-sahabat mereka bisa menjadi jalan pertemuan kita dengan orangtua di alam kubur.

Dalam salah satu riwayat hadis yang mengisahkan ketekunan dalam menjaga silaturahim, Abu Bardah ra. menceritakan suatu peristiwa yang menarik. Ketika ia tiba di Madinah, tidak berselang lama Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khathab, mendatanginya. Dengan penuh pertimbangan, Abdullah bertanya kepadanya, "Tahukah engkau mengapa aku menemuimu?" Abu Bardah yang penasaran menjawab, "Tidak!"

Abdullah bin Umar kemudian menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Siapa yang ingin menyambung hubungan dengan bapaknya di alam kuburnya, hendaknya dia menyambung hubungan dengan saudara-saudara sang bapak sepeninggalnya.' Dari sini, Abdullah bin Umar merasa bahwa antara bapak Abu Bardah, yaitu Umar, dan bapaknya sendiri, telah terjalin hubungan persaudaraan dan kasih sayang. Dengan keinginan untuk memelihara dan memperkuat hubungan itu, Abdullah bin Umar mengunjungi Abu Bardah.

Selain itu, ada satu kisah lain yang menunjukkan kedermawanan dan kebaikan Ibn Umar. Ketika Ibn Umar melakukan perjalanan ke Mekkah dari Madinah, dia membawa seekor keledai yang sering dikendarainya ketika bosan menunggang unta. Di tengah perjalanan, sambil menunggangi keledai itu dan mengenakan sehelai surban di kepalanya, tiba-tiba dia bertemu dengan seorang Arab Badui. Ibn Umar mengenali orang itu sebagai Fulan bin Fulan dan langsung memberikan keledai yang dia tunggangi dan surban yang dia pakai kepada Badui tersebut.

Tentunya, teman-teman Ibn Umar yang melihat kejadian ini heran dan bertanya mengapa dia memberikan barang-barang berharga tersebut. Ibn Umar menjawab dengan merujuk kepada ajaran Rasulullah SAW bahwa termasuk di antara kebaikan yang paling utama adalah seseorang yang menjaga silaturahim dengan orang yang dicintai oleh mendiang ayahnya. Ternyata, Badui tersebut adalah anak sahabat mendiang Umar bin Khathab.

Kisah Abu Bardah dan Ibn Umar menggambarkan betapa pentingnya menjaga dan memperkuat silaturahim dengan kerabat dan sahabat orangtua, bahkan setelah mereka meninggal dunia. Meskipun fisik mereka telah tiada, hubungan emosional dan spiritual kita dengan mereka tetap berlangsung melalui silaturahim dengan orang-orang yang pernah mereka sayangi.

Menjalin silaturahim dengan kerabat dan sahabat orangtua merupakan cara yang baik untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa mereka selama hidup. Dengan menjaga hubungan baik dengan saudara-saudara dan teman-teman orangtua, kita tidak hanya menghargai warisan emosional yang mereka tinggalkan, tetapi juga melanjutkan jejak kebaikan yang telah mereka tanamkan dalam hidup kita.

Sebagai anak, kita memiliki tanggung jawab moral dan agama untuk terus menjaga silaturahim dengan kerabat dan sahabat orangtua, sekaligus menjaga kenangan dan jasa-jasa mereka tetap hidup dalam doa dan amal kebaikan kita. Dengan demikian, kita dapat merasakan keberkahan dan rahmat dari Allah SWT, serta menciptakan kedamaian dan harmoni dalam hubungan keluarga dan sosial kita.

Namun dalam kenyataannya, seringkali ketika orangtua kita sudah tiada, hubungan persaudaraan, kekerabatan seakan ikut memudar dengan perginya orangtua kita. Pada bulan Syawal yang penuh berkah ini dapat menjadi momentum yang tepat untuk menghidupkan kembali silaturahim dan memperkuat hubungan dengan kerabat orang tua kita serta keturunannya.

Dengan demikian, persaudaraan, kekerabatan, dan persahabatan orangtua kita tidak berakhir dengan berakhirnya usia mereka di dunia ini.

Dalam Islam, menjaga silaturahim dengan kerabat dan keturunan orang tua adalah suatu tindakan yang sangat dianjurkan. Rasulullah Saw dan para sahabat telah memberikan contoh tentang pentingnya menjaga hubungan keluarga, bahkan setelah kematian orang tua.

Sumber gambar: Album Keluarga Merza Gamal
Sumber gambar: Album Keluarga Merza Gamal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun