Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.
Tangisan di Masjidil Haram Ketika Shalat Lail yang Menggetarkan Hati
Setiap ayat yang mereka lantunkan seolah langsung menyentuh sanubari, menggugah perasaan, dan membawa jamaah pada perenungan mendalam tentang kehidupan dan akhirat.
Tidak jarang, lantunan ayat-ayat tentang ampunan Allah, keagungan-Nya, atau peringatan tentang hari kiamat membuat banyak jamaah larut dalam tangis.
Air mata mengalir tanpa bisa dibendung, bukan karena kesedihan, tetapi karena rasa haru yang mendalam---sebuah perasaan kecilnya diri dihadapan kebesaran Allah.
Dalam momen-momen seperti ini, setiap rakaat menjadi sangat berarti. Doa-doa dipanjatkan dengan sepenuh hati, harapan disematkan dalam setiap sujud, dan rasa syukur melimpah dalam setiap lafaz dzikir.
Bagaimana Bacaan Imam Bisa Menyentuh Hati hingga Air Mata Mengalir
Di antara banyak imam yang memimpin shalat, ada beberapa yang memiliki bacaan yang begitu menyentuh hingga membuat air mata mengalir deras. Setiap kata dalam Al-Qur'an yang mereka lantunkan bukan sekadar bacaan, tetapi seolah menjadi percakapan langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya.
Salah satu momen paling mengharukan adalah saat imam membaca ayat-ayat tentang akhirat, pengampunan Allah, dan kasih sayang-Nya yang tiada batas.
Saat itu, isakan tangis terdengar di berbagai penjuru masjid. Para jamaah yang sebelumnya berdiri tegap, kini tertunduk dalam keharuan, menyadari betapa kecilnya diri mereka di hadapan Sang Khalik.
Tak jarang, saya sendiri merasakan dada yang sesak, mata yang mulai berkaca-kaca, dan perasaan yang sulit dijelaskan. Tiba-tiba saja, segala dosa yang pernah dilakukan terlintas di benak. Betapa sering kita lalai, betapa sering kita mendahulukan dunia dibandingkan ibadah. Di momen seperti inilah, hati terasa begitu dekat dengan Allah, dan tangisan yang pecah menjadi bentuk ketundukan yang tulus.
Spiritualitas Ramadan yang Sulit Diungkapkan dengan Kata-Kata
Bagi banyak orang, termasuk saya sendiri, Ramadhan adalah waktu di mana spiritualitas mencapai puncaknya. Beribadah di Masjidil Haram pada bulan suci ini bukan hanya tentang melaksanakan kewajiban, tetapi juga menemukan kembali jati diri sebagai seorang hamba. Setiap sujud terasa lebih bermakna, setiap doa terasa lebih dekat dengan pengabulannya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!Content Competition Selengkapnya
22 Mar 2025SEDANG BERLANGSUNGFiksi Cerpen
Ramadan dan Keluargablog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 2023 Mar 2025MYSTERY TOPIC
Mystery Topic 5
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 2124 Mar 2025MYSTERY TOPIC
Mystery Topic 6
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 22
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025