Merza Gamal
Merza Gamal Konsultan

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Tangisan di Masjidil Haram Ketika Shalat Lail yang Menggetarkan Hati

20 Maret 2025   20:26 Diperbarui: 21 Maret 2025   16:02 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangisan di Masjidil Haram Ketika Shalat Lail yang Menggetarkan Hati
Masjidil Haram (Pixabay/Ramiar Dilshad)

Malam-malam di Masjidil Haram bukan sekadar malam biasa. Ia adalah malam-malam penuh keberkahan, di mana ribuan manusia menangis dalam doa, memohon ampunan, dan berharap kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat.

Betapa beruntungnya mereka yang diberi kesempatan merasakan ini, dan betapa ruginya mereka yang melewatkan kesempatan untuk merasakan kedekatan sejati dengan Allah.

Menghabiskan waktu dalam sujud, membaca Al-Qur'an, dan berdoa di tengah keheningan malam memberikan pengalaman yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Seolah-olah dunia luar menghilang, menyisakan hanya diri sendiri dan Allah. Setiap tarikan napas terasa lebih ringan, setiap bisikan doa terasa lebih dekat dengan langit.

Tangisan di Masjidil Haram bukanlah tangisan kesedihan, tetapi tangisan harapan. Harapan bahwa setiap air mata yang jatuh adalah bentuk penyucian jiwa, bahwa setiap doa yang terucap adalah langkah menuju rahmat-Nya.

Bagi siapa pun yang pernah merasakan shalat lail di Masjidil Haram, mereka pasti memahami betapa besarnya keberkahan yang diberikan Allah dalam momen tersebut. Tidak ada tempat lain yang mampu memberikan ketenangan dan kebahagiaan yang serupa.

Dan di dalam hati, ada satu doa yang selalu terpatri ketika berada di Masjidil Haram, yaitu: semoga Allah memberikan kesempatan untuk kembali lagi, untuk merasakan kembali getaran hati yang tak tergantikan ini dalam ikhtiar menjadi Mukmin Sejati sepanjang masa.


Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

22 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

Fiksi Cerpen
Ramadan dan Keluarga

blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 20 
23 Mar 2025

MYSTERY TOPIC

Mystery Topic 5

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 21
24 Mar 2025

MYSTERY TOPIC

Mystery Topic 6

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 22
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun