M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Penulis

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Ramadhan Versus Puasa Dopamine

7 April 2022   20:14 Diperbarui: 7 April 2022   21:30 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Ramadhan Versus Puasa Dopamine
Gambar: The Guardian

Dopamine juga terpicu keluar oleh hal-hal lain seperti sex, memenangkan kompetisi, mendapatkan nilai bagus di sekolah, mendapatkan promosi pekerjaan, mendapatkan kekayaan atau kekuasaan, mendapatkan pengakuan, penghargaan, award, piala, Nobel, bahkan juga bermain game, memenangkan persaingan atau perdebatan di media sosial, atau sekedar mengunyah/mendalami apa pun isi medsos, dan lain-lain.

Mengejar dopamine agar terpicu keluar menjadi bermasalah jika kegiatan itu mengganggu fokus pada pekerjaan, mengganggu hubungan dengan orang-orang dekat atau di tempat kerja, lupa memperhatikan kesehatan, atau melupakan kegiatan penting lainnya.

Saat seperti itu disebut sebagai kecanduan, seperti kecanduan main game, film, sex, berkompetisi, mendapat nilai bagus di sekolah, di tempat kerja, mengumpulkan kekayaan, kekuasaan, media sosial, dll.

Neuroscience menjelaskan kecanduan seperti ini: otak setiap saat secara otomatis mengatur tingkat dopamine (juga hormon lainnya) agar selalu seimbang atau tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. 

Satu kegiatan baru (misalnya bermain game) akan memicu keluarnya dopamine secara lebih banyak daripada biasanya, namun semakin sering kita melakukan kegiatan yang sama, maka level of dopamine yang keluar semakin dikurangi untuk menciptakan balance di otak. 

Lama-lama, bermain game, sex, atau yang lainnya menjadi kurang memicu keluarnya dopamine.

 Padahal kita terlanjur bergantung pada kegiatan itu untuk memicu keluarnya dopamine, sehingga kita terus memaksakan diri secara ekstrim untuk melakukan kegiatan itu, sehingga melupakan hal-hal atau kegiatan-kegiatan lain yang juga penting untuk dilakukan sehari-hari, seperti bersosialisasi, membangun relationships dengan orang-orang dekat atau keluarga, teman, dll.

Jadi jangan lupa kecanduan itu bukan hanya pada nikotin (rokok), narkoba, caffeine, judi, sex, makanan & minuman yang mengandung gula, garam, atau lemak (gula, garam, lemak sekarang disebut addictive substance seperti narkoba), tetapi juga pada Internet, media sosial, perdebatan di medsos, menonton film atau berita (melalui medsos), berbagai award yang bisa dibeli, uang, kekuasaan, dan lain-lain.

Otak telah berevolusi untuk menjamin keberlangsungan hidup dengan cara menyediakan dopamine saat kita melihat peluang untuk keberlangsungan hidup (survival), karena melihat makanan sebagai misal. Saat semua berjalan sukses, maka kita akan merasa senang, karena ada hormon lain yang keluar.

Dopamine berguna untuk membuat neurons di otak terhubung satu sama lain (melalui synapses). Itu mendorong kita untuk melakukan satu kegiatan lagi dan lagi. Sedangkan kegiatan-kegiatan baru (yang belum pernah dilakukan sebelumnya) akan membuat keterhubungan baru antara satu neuron dengan neuron lainnya. 

Jadi yang bertambah di otak bukan jumlah neurons-nya, tetapi jumlah keterhubungan antar neurons. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun