M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Penulis

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Ramadhan Versus Puasa Dopamine

7 April 2022   20:14 Diperbarui: 7 April 2022   21:30 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Ramadhan Versus Puasa Dopamine
Gambar: The Guardian

Menurut riset, itu sesuatu yang positif dan harus dilakukan sepanjang hidup. Artinya sepanjang hidup kita dituntut untuk belajar hal-hal baru atau melakukan berbagai aktivitas yang berbeda-beda, berdasar riset yang dilakukan salah satunya oleh Loretta Breuning dari Inner Mammal Institute, California State University.

Namun demikian ada yang membuat kita menjadi malas untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru. Itu disebabkan karena kita hidup di zaman baru dalam periode 300 ribu tahun sejarah homo sapiens yang hampir semua kesenangan mudah diperoleh, seperti makanan, minuman, mengumpulkan uang atau makanan, bermain game, menonton film, berinteraksi di media sosial, surfing di Internet, dll.

Semua kemudahan itu seperti sudah disebut di atas, membuat kita mudah sekali mengalami kecanduan yang merugikan. Beberapa dekade terakhir sudah banyak riset yang menyatakan, bahwa kecanduan pada media sosial adalah kecanduan yang sama berbahaya dengan kecanduan lain, misalnya narkoba, karena sama-sama merusak otak. 

Sebagaimana sudah disebutkan di atas, kecanduan menghalangi munculnya keterhubungan baru antar neuros di otak kita. Lama-lama volume otak menyusut lebih cepat daripada usia biologis. Itu artinya fungsi otak semakin menurun.

APA ITU PUASA DOPAMINE?

Puasa dopamine sebenarnya masih diperdebatkan, atau peer to peer reviewnya masih terus berlangsung hingga kini. Puasa dopamine disebut sebagai pengembangan lebih jauh dari CBT (Cognitive Behavioral Therapy) untuk mereka yang mengalami kecanduan. Namun puasa dopamine ini ditentang oleh para neuroscientists, karena tidak sejalan dengan apa yang sudah ditemukan para neuroscientists selama 3 dekade terakhir.

Puasa dopamine jauh lebih berat daripada puasa Ramadhan. Puasa dopamine meniadakan semua aktivitas yang bisa memicu keluarnya dopamine, kecuali minum air putih saja. Membaca, menonton film, mendengar musik, dan lain-lain dari dunia modern itu terlarang. Bahkan ngobrol juga dilarang, termasuk juga beradu pandang (eye contact).

Meski demikian ada beberapa aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan, seperti meditasi, berdoa, beribadah, melakukan kebajikan, menulis jurnal positif, melakukan olahraga ringan, dll.

 Perancang puasa dopamine mungkin lupa, bahwa dalam beberapa kegiatan yang dianjurkan untuk dilakukan ada yang bisa memicu keluarnya dopamine, seperti melakukan kebajikan, menulis jurnal positif, dll.

Jika puasa dopamine diklaim memberikan keberhasilan (misalnya karena ditunjukkan dari kondisi mental yang membaik atau perilaku yang membaik), namun itu bukan disebabkan oleh puasa dopamine, tetapi karena beberapa kegiatan positif yang dilakukan saat melakukan puasa dopamine yang memang dianjurkan oleh riset neuroscience, seperti meditasi, melakukan kebajikan, menulis jurnal positif, olahraga ringan, membangun relationships, dll.

Jadi jika kita mencari informasi tentang puasa dopamine di berbagai sumber sains, maka kita akan menemukan banyak tulisan yang menyatakan puasa dopamine tidak diperlukan.

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan!

M. Jojo Rahardjo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun