Mendirikan Kantor Berita Swaranusa (2008) dan menerbitkan Tabloid PAUD (2015). Menulis Novel "Kliwon, Perjalanan Seorang Saya", "Air Mata Terakhir", dan "Prahara Cinta di Pesantren."
Kliwon, Episode Matinya Kucing Hitam
Seminggu setelah pertistiwa matinya Mochi.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam," jawab Wage sambil berlari membukakan pintu. Di depan pintu berdiri seorang bapak dan ibu, lalu di belakangnya seorang anak muda membawa keranjang yang dibungkus kain batik. Bapak itu menyapa Wage, dan bertanya apakah orangtuanya di rumah. Wage memersilakan tiga tamu itu masuk dan duduk di kursi tamu.
"Hati-hati, Pak. Kursinya sudah mau pada patah," kata Wage sambil masuk ke ruang dalam memanggil Romo dan Simbok.
"Maaf, apakah saya sudah pernah bertemu?" Kliwon membuka pembicaraan dengan tiga tamunya yang duduk terlihat kaku.
"Benar. Kita belum pernah bertemu. Kita datang mengantarkan anak saya mau minta maaf kepada keluarga Bapak."
"Memang salah," kata Legi.
"Maaf sekali, anak saya yang minggu lalu menabrak kucing dfi depan rumah ini. Saya mengantarkan anak saya untuk minta maaf."
Si Pon yang duduk di sebelah Kliwon matanya memerah kembali. Ada bulir bening jatuh membasahi kedua pipinya. Ia tak mampu bersuara menahan marah. Tetapi ia sudah berjanji mengikuti tindakan Kanjeng Rosul, sehingga ia tak meluapkan kemarahannya. Seminggu lalu ia sudah memaafkan penbrak kucing itu, dan hari ini ia bertemu dengannya. Pon bertekad untuk tetap memaafkan orang yang telah membuatnya sedih tanpa batas.
"Minta maaf saja dengan Pon ini, ia pemilik kucing itu," kata Kliwon.
"Iya, Kang Pon nggak pernah berhenti menangis, lo," kata Wage menyela.