Pasar Joged dan Kebo Gerem
Sejak saya masih kecil, Pasar Joged sudah terkenal. Letaknya ada di Jalan Raya Jakarta-Merak, 5 km sebelum Merak, masuk wilayah Kelurahan -- dulu Desa -- Gerem, Cilegon.
Hari Senin dan Kamis, Pasar ini di penuhi para Pedagang bukan hanya di sekitaran Gerem, tapi juga ada yang dari Cilegon, orang bilang hari pasar Joged.
Jika bulan puasa (Ramadhon), di pasar Joged ada yang menjual Bonteng alias timun suri asli dari petani Gerem. Bonteng Gerem terbilang bonteng berkwalitas, rasanya manis dan baunya harum.
Ada beberapa varian bonteng yang terkenal yakni varian bonteng petir, varian bonteng klape lirig dan varian bonteng Cidangdang. Varian ini hanya merujuk tempat penanamannya.
Petir, Klape Lirig dan Cidangdang adalah area persawahan yang ada di Gerem. Tapi sekarang area petir sudah jadi kubangan akibat adanya Jalan Tol Tangerang Merak, Klape lirig sudah ditanami pabrik Kimia MCCI/MFI, sedangkan Cidangdang sering kena banjir juga.
Pasar Joged juga menjadi tempat istirahat warga setelah bepergian, ada yang pulang dari Cilegon, dari Merak atau setelah dari sawah termasuk anak anak sekolah, Sambil istirahat biasanya makan ketan atau minum kopi di Warung bi Cup atau bi Mun.
Tidak ada yang tahu kenapa dinamakan pasar Joged, apakah dulu banyak yang joged saya juga tidak tahu, yang jelas hanya nama tempat atau lokasi, sama halnya dengan tanjakan Si Goyang, 500 m dari Pasar Joged, jalan yang menuju Gerem.
Secara spesifik, terkenalnya Pasar Joged lantaran ada sesuatu yang beda dari pasar lain. Apa itu?
Sehari sebelum bulan ramadhon, sehari sebelum pertengahan ramadhon, sehari sebelum Idhul Fithri dan sehari sebelum Idhul Adha, secara kultural, orang menyebutnya "sembelehan kebo". Pasar Joged menjadi tempat penjualan daging kerbau (kebo).
Di pasar joged ini berjubel orang mencari dan membeli daging kebo untuk keperluan menjelang hari hari yang saya sebut diatas.
Sebetulnya pasar joged bukan satu satunya pasar yang menjual daging kebo, namun banyak orang yang lebih memburu daging kebo di pasar joged. Ada yang istimewa menurut penilaian banyak orang, daging kebo pasar joged lebih enak dibanding daging kebo di pasar lain.
Kok bisa? Ya bisa lantaran kebo yang di potong lantas dagingnya dijual di pasar joged adalah Kebo Lokal yakni Kebo Gerem. Nama KEBO GEREM terkenal di Cilegon lantaran dagingnya terkenal empuk, lain dari yang lain.
Lantas apa yang membedakan antara Kebo Gerem dengan Kebo lainnya?
Secara fisik sebetulnya sama saja, yang namanya kebo ya kakinya 4, kepala bertanduk, ekornya di belakang. Yang membedakan hanya soal perawatan, Kebo Gerem adalah Kebo Ingon, kebo yang di pelihara secara seksama oleh si empunya.
Siang hari, biasanya setelah duhur, kebo di "ngon" atau di gembala mencari makan di area persawahan atau tegalan, sore hari sebelum pulang, kebo di mandikan terlebih dahulu di kubangan kali Gerem yang airnya selalu mengalir (sekarang mah kaline asat), badannya di gosok pake rumput hingga kulit kerbau kelihatan bersih dan mengkilap, setelah itu kebo masuk kandang.
Malam hari, kebo yang di kandang di asapin, istilahnya bebleman, maksudnya agar kebo tidak diganggu binatang seperti nyamuk atau binatang lain, kalau perlu di petani hawatir ada kutu yang menempel di kulit kebo, pagi pagi di kasih makan.
Begitu dilakukan rutin tiap hari hingga kebo Gerem terlihat bersih dan sehat dan tidak bau apek, (sekali kali saya juga ikut naik kebo milik orang tua yang di urus mang mamak). Itulah barangkali yang membuat kebo gerem dagingnya berkwalitas baik.
Pasar Joged kini hanya tinggal nama, wujudnya sudah tidak ada, berubah jadi rumah penduduk lantaran dulu hanya numpang di tanah milik orang.
Namun hingga kini, tradisi sembelehan kebo dan penjual daging kebo di pinggir jalan bekas area pasar joged masih berlangsung walaupun kebo yang dipotong bukan lagi kebo Gerem semua. Pedagangnyapun ada yang datang dari luar Gerem dengan membawa daging kebo maupun sapi.
Sungguhpun demikian tetap saja terkenalnya PASAR JOGED dan KEBO GEREM