Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.
Kedai Bakso Sedia Nasi Goreng
Perut dirundung lapar itu sungguh tak menyenangkan. Iya...! Sangat tak menyenangkan. Lapar dapat membuat keringat dingin, dengkul bergetar, atau kepala bisa pusing dan dunia tempat berpijak seperti sedang berputar pada porosnya.
Suatu siang yang panas di sebuah bulan pada sebuah tahun, saya keliling kota kabupaten untuk sebuah keperluan. Saya terus berpusing sampai akhirnya ada semacam tagihan yang dari organ tubuh di sekitar lambung. Rupanya penampungan makanan saya mulai kosong. Artinya ada permintaan suplai makanan. Tagihan itu diperkuat dengan keringat dingin, lutut bergetar, dan ciri-ciri lapar lainnya.
Karena tidak tahan saya masuk sebuah kedai bakso. Pada dasarnya saya bukanlah penggemar bakso. Maka jangan tanya bakso favorit nusantara pada saya. Bakso apa saja saya makan selama rasanya enak.
Namun patus dicatat, bukan penggemar bakso dan tidak bisa makan bakso tentu dua hal yang berbeda. Bukan penggemar bukan berarti tidak suka dan tidak bisa makan bakso. Kurang lebih demikian menurut saya. Saya suka makanan apa saja. Yang penting halal dan sehat.
Setelah memarkir sepeda motor saya masuk kedai dengan langkah sedikit gontai. Melihat saya masuk pramu layan dengan aksi ramahnya bertanya, "Mau, bakso, soto, nasi goreng, atau, nasi campur?"
"Oo, saya pikir hanya sedia bakso."
"Ya. Kita juga sedia soto, nasi goreng, nasi campur. Ada juga mie ayam," kata anak muda itu dengan keramahan khas pelayan.
"Kalau begitu saya pesan nasi goreng."
"Makan di sini atau bawa pulang?"
"Makan sini."