Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.
Selamat Berpuasa Para Lansia
Usai shalat Isya saya bersandar ke dinding ruang tengah. Beralaskan kasur tipis saya dalan posisi setengah berbaring sambil memangku laptop. Rencananya mau nulis artikel yang idenya masih di langit lapisan ke tujuh. Tetiba saja smartphone di samping saya bergetar hebat,
Dengan cekatan saya mengangkatnya. Nomor baru tampaknya. Saya menyentuh ikon telepon warna hijau untuk menerima panggilan. Sejenak tidak ada suara.
"Assalamu'alaikum," saya memulai obrolan
"Halo,"
Sebuah suara bernada lemah terdengar. Saya kenal betul suara itu. Suara seseorang yang masih kerabat dekat. Rumahnya di kampung senelah. Dia sepupu dari Ayah. Bapak Kake Atah, saya menyebutnya.
Usia Bapak Kake Atah lumayan sepuh. Jauh lebih sepuh dari Ayah. Usianya terpaut sekitar tujuh tahun dengan Ayah. Mungkin usianya sudah lebih dari 90 tahun.
"Muhammadiyah mulai puasa besok," sambungnya sebelum saya menjawab sapaannya.
"Iya. Tidak apa-apa Pak. Kita ikut pemerintah saja. Atau mau ikut versi Muhammadiyah?" saya menimpali.
"Kita ikut pemerintah saja", katanya dengan pasti.
"Kalau ikut pemerintah berarti puasanya Selasa. Tapi masih kuat puasa kan?" saya bertanya sambil tersenyum seolah saya sedang bicara berhadap-hadapan.
"Ya, puasa. Apapun yang terjadi saya harus puasa," katanya dengan suara mantap.
"Mungkin ini Ramadhan terakhir saya," lanjutnya.
Suaranya sedikit lemah saat mengucapkan kata terakhir itu. Nada suaranya seakan tidak akan menemukan lagi Ramadhan pada tahu-tahun berikutnya. Saya hampir menitikkan air mata mendengarnya.
"Mudah-mudahan Bapak dan kita semua panjang umur," saya menghiburnya dengan do'a.
Demikianlah para lansia di kampung. Dengan kondisi fisik yang terus menurun, mereka selalu merasa kuat untuk menjalankan ibadah puasa sebulan penuh. Saya ingat mendiang kakek, nenek, dan para lansia di kampung. Mereka rata-rata begitu kuat menjalankan ibadah puasa.
Bapak Kake Atah dan Ayah merupakan generasi Pre-boomer yang lahir sebelum 1945 atau 1946. Mereka telah menjalani kehidupan dalam berbagai zaman. Dimulai dengan zaman kolonial. Zaman ini mereka ditempa dengan berbagai pengalaman pahit.
Setelah merdeka mereka harus menjalani masa revolusi kemerdekaan. Dalam periode ini mungkin kondisi perekonomian tidak jauh berbeda dengan sebelum kemerdekaan. Sampai berakhirnya pemerintahan orde lama, mereka masih mengalami masa-masa sulit.
Dinamika kehidupan masa orde baru dan era reformasi menjadi pengalaman lain yang mereka lewati.
Pengalaman mereka dalam berbagai periode sejarah membuat mereka menjadi generasi sangat tangguh. Maka pantas kalau generasi ini menjadi generasi yang sanggup beradaptasi dalam kondisi apapun, kecuali dengan teknologi digital.
Pola makannya tidak berubah. Bapak Kake Atah merupakan kelompok lansia yang tidak mengerti tentang gizi makanan berserat atau tentang makanan yang mempengaruhi gula darah. Mereka tidak memiliki pertimbangan tentang porsi makan. Mereka juga buta huruf tentang menjaga kadar gula darah agar tetap stabil.
Mereka melihat semua makanan sama saja, dari kue kering, cokelat, donat, es krim, sampai fast food.
Mereka sepertinya tidak punya urusan dengan asam lambung. Bagi mereka makanan adalah soal rasa. Mereka tidak berpikir tentang kandungan nutrisi.
Generasi pre-Boomer memang generasi bandel. Tempaan pengalaman dari masa ke masa membentuk mereka menjadi pribadi yang kuat.
Ketangguhan itu rupanya yang membuat mereka mampu melaksanakan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh.
Selamat berpuasa Para Lansia. Semoga kalian tetap sehat wal'afiat sampai akhir Ramadhan.
Lombok Timur, 11 Maret 2024