Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.
Akhirnya, Bulan yang Ditunggu itu Tiba
Alhamdulillah, kita masih diberi umur panjang sehingga bisa kembali dengan bulan Ramadan 1444 H atau bertepatan 2023 M.
Baik Muhammadiyah, NU, maupun pemerintah saat ini kompak memulai ibadah puasa pada Kamis, 23 Maret 2023 meskipun ada potensi Idulfitri berbeda.
Sebenarnya, menurut tradisi Islam, pergantian hari bukan pada pukul 00.00 setempat, melainkan masuk waktu Magrib.
Sehingga, dalam tradisi di Indonesia, penyebutan hari ini, Rabu malam disebut sebagai malam Kamis.
Masjid-masjid yang selalu mengikuti keputusan pemerintah pasti menunggu kapan Salat Tarawih bisa terlaksana sebagai penanda mulai masuk Ramadan.
Sudah menjadi kebiasaan, masjid-masjid di malam pertama Ramadan selalu penuh, bahkan takmir kelabakan mengatur jemaah yang masih belum kebagian saf.
Semua persiapan Ramadan 2023 sudah dilakukan, mulai berburu menu berbuka, bahkan sampai jadwal bukber pun sudah direncanakan.
Bahkan, beberapa di antara umat Islam lainnya sudah berziarah ke makam orang tua atau leluhur seperti tradisi yang sudah ada.
Semua umat Islam bersyukur karena kembali dipertemukan dengan bulan yang sangat mulia di antara semua bulan Hijriah.
Namun, di antara kita pasti ada yang merasakan ada yang kurang pada Ramadan tahun ini.
Tahun lalu, kita masih bersama anggota keluarga yang lengkap atau teman yang masih bersama kita di Ramadan kemarin.
Mereka pada akhirnya tidak diberikan kesempatan untuk berjumpa lagi dengan Ramadan tahun ini karena sudah dipanggil Allah SWT.
Seperti saya, nenek dari keluarga Ayah saya telah berpulang pada 6 Februari 2023, kurang lebih sebulan sebelum Ramadan tahun ini.
Memang, perpisahan menjadi keniscayaan dan hukum alam yang merupakan pasangan dari pertemuan atau kebersamaan.
Maka dari itu, banyak umat Islam yang berdoa agar kembali dipertemukan dengan bulan yang amal ibadahnya dilipatgandakan sangat banyak.
Bahkan, kita juga berharap agar bisa dipertemukan kembali dengan Ramadan tahun depan, 2 tahun lagi, atau hingga sampai kita menua nanti.
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga ikut berpuasa meskipun baru setengah hari, tetapi sangat bagus untuk mendidik generasi muda agar bisa berpuasa.
Ramadan menjadi waktu kita untuk 'reparasi' hati dan pikiran yang selama 11 bulan sebelumnya penuh kerak dosa dan kesalahan.
Bulan ini juga kita tidak hanya menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara teknis, melainkan juga menahan diri dari berbagai hal yang mengikis amal baik.
Kita tidak patut menjalankan ibadah puasa, tetapi masih memprovokasi, menipu, flexing, berkata kasar, atau maksiat lainnya meskipun di bulan-bulan lain juga dilarang.
Ketika tidak bisa menahan hati kita, puasa yang kita jalani hanya mendapatkan lapar dan haus saja tanpa keutamaan berupa ketakwaan.
Sebelum mengakhiri hari, alangkah baiknya kita untuk niat berpuasa untuk besok dan juga sebulan penuh.
Niat puasa sangat penting karena dapat sebagai pengingat kita dari rasa lupa yang kerap terjadi di hari-hari pertama Ramadan.
Sebagai penutup, saya sebagai penulis mengucapkan permintaan maaf dan mendoakan Anda semua semoga kita menjadi orang yang lebih baik lagi setelah Ramadan tahun ini berakhir.