Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Foto/Videografer

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

War Tiket Mudik

10 April 2023   16:46 Diperbarui: 10 April 2023   16:48 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
War Tiket Mudik
Mudik menjadi tradisi Indonesia menjalang Idul Fitri. (Foto: Unsplash.com/Fachry Hadid)

Idul Fitri di Indonesia atau sering disebut dengan lebaran ini tidak lepas dari tradisi mudik atau pulang kampung.

Mudik saat lebaran ini sangat berbeda dengan mudik di hari libur panjang biasa apalagi long weekend.

Mudik lebaran sangat spesial karena menjadi momen kembali bersilaturahim dengan orang tua atau keluarga.

Sering kali mereka yang pulang kampung dalam rangka hari raya lebaran ini dimanfaatkan sebagai momen bermaaf-maafan.

Mengapa budaya ini bisa tumbuh? Ini ada kekelliruan penafsiran 'Fitri' dalam hari raya tanggal pertama pada bulan Syawal ini.

Sebenarnya, penggunaan yang tepat adalah Id Al Fithr ( ) yang diartikan sebagai 'kembali berbuka' atau 'kembali makan siang', bukan 'kembali suci' (bedakan dengan bentuk Fithrah ).

Kita lupakan sejenak perbedaan penggunaan kata dalam bahasa Arab tersebut, tetapi kenyataannya sudah terlanjur diartikan 'kembali suci'.

Banyak orang yang memutuskan untuk mudik lebaran untuk bertemu keluarga besar di kota asal.

Ada yang mudik dengan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor (khusus motor, ini tidak disarankan) dengan alasan kepraktisan dan barang bawaannya banyak (bukan untuk pamer).

Namun, ada juga yang harus menggunakan transportasi umum, seperti kereta api yang menjadi primadona atau pesawat jika kota asalnya beda pulau.

Pasti sudah menjadi kebiasaan tahunan, Kementerian Perhubungan RI sibuk memfasilitasi kendaraan umum termasuk regulasi libur lebaran, sarana dan prasarana, dan regulasi penjualan tiket.

Tentang penjualan tiket, semua pasti berebut, atau dalam istilah kekinian disebut 'war tiket'.

Konsep 'war tiket' sebenarnya berasal dari tradisi beli tiket transportasi umum dalam rangka mudik lebaran, meskipun istilah tersebut pertama kali populer di lingkup konser musik.

Tidak sedikit yang rela melewatkan waktu lainnya hanya untuk tiket perjalanan pulang ke kampung halaman, begitu pula untuk perjalanan kembali ke perantauan.

Kekecewaan muncul jika mereka kalah 'war tiket', tetapi ini bukan masalah karena Kementerian Perhubungan RI atau perusahaan tertentu mengadakan mudik gratis.

Mungkin yang besar dan hidupnya di kota yang sama, ini menjadi keuntungan tersendiri karena tidak pusing 'war tiket'.

Begitu dahsyatnya efek lebaran sampai banyak yang mengorbankan segalanya asal bisa berkunjung ke orang tua atau keluarga di kota asal.

Memang, menyambung silaturahim sangat penting dan banyak yang beranggapan harus bertemu langsung meskipun teknologi komunikasi sudah mengalami kemajuan.

Meksipun teknologi sudah maju, bertemu secara empat mata tetaplah menjadi bentuk komunikasi yang sempurna meskipun terkesan kuno.

Jadi, tahun ini apakah Anda pulang ke kampung halaman atau tidak bisa karena kalah 'war tiket' atau ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun