Moh Solikin
Moh Solikin Guru

Visoner, Tegas, berani, Santun

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Bersyukur dengan Nyata

21 April 2023   23:22 Diperbarui: 21 April 2023   23:24 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersyukur dengan Nyata
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pendahuluan

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah swt, bahwa shalat ‘Idul Fitri hari ini dapat kita laksanakan dengan lebih baik lagi dibanding dengan tahun lalu, yaitu dapat kembali shalat berjama’ah secara normal, shaf barisan shalat kembali rapat tanpa harus berjarak, dan tidak diharuskan memakai masker. Terlebih pada awal Januari Pemerintah telah resmi mencabut status pandemi. Barangkali kita kurang menyadari bahwa manusia yang hidup hingga hari ini termasuk manusia pilihan. Dihajar oleh korona dari berbagai penjuru selama 2 tahun, karena rahmat-Nya kita  kuat, tabah, dan sabar, juga selamat. Alhamdulillah.

Fokus Tema  

Tema pada khutbah shalat ‘Idul Fitri hari ini adalah “Bersyukur“. Kita sering membaca buku dan mendengar dari ceramah/pengajian dari para ulama’ dan ustadz mengenai syukur. Pertanyaannya adalah sudahkah kita bersyukur secara nyata?

Sangat perlu diajukan pertanyaan tersebut, karena barangkali kita rajin bersyukur baru sebatas di lisan saja, belum direalsasikan dalam perbuatan dan keikhlasan hati.  Sekaligus menemukan penjelasan secara kontekstual, agar masing-masing kita memahami maksud syukur dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembahasan 

Lafal syukur (dengan huruf Syin) berbeda dengan sukur (dengan huruf sin). Kata syukur asli dari Bahasa Arab dengan Fi’il Madli    - يَشْكُرُ- شٌكْرًا-وَمَشْكَرًا- فَهُوَ شَاكِرٌ  شَكَرَ-  artinya berterima kasih. Maksudnya berterima kasih kepada Allah swt atas nikmat-nikmat-Nya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan syukur sebanyak 75 kali, berbanding lurus dengan kata bala’ sebanyak 75 kali juga. Bila kata syukur dengan lidah Arab maka berarti berterima kasih atas nikmat Allah. Tetapi bila kata sukur dengan lidah (bahasa) Jawa, maka sokur berarti disoraki oleh orang lain. Itu pertanda diri kita sedang tertimpa musibah/bala’ tetapi orang lain senang. Apalagi mengucapkan sokur dengan tasydid ro’-nya “sokurr” itu tanda dia sungguh terlalu sangat gembira dengan musibah yang menimpa kita. Itu karena mungkin kita yang kurang sopan, kurang tata krama, tidak memiliki unggah-ungguh, tidak amit-amit tatkala lewat di dekat orang yang lebih tua, atau anak muda yang ngebut trek-trekan knalpotnya sengaja dibuat sperti knalpot helikopter tanpa peredam,   atau kita terlalu bakhil alias medit, pelit tidak mau bersodaqoh, terlebih pamer kekayaan di medsos, baik anak atau isterinya bergaya hidup hedonis yang membuat geram orang banyak para netizen, ternyata hartanya dipertanyakan kehalalannya, dan berujung dikrangkeng oleh KPK. Maka kegirangan orang-orang diungkapkan dengan kata sokurr ro’ tasydid itu. Oleh karena itu, sebagai manusia yang dibekali akal pikiran yang waras dan hati nurani yang sehat, bahwa kaya itu tidak dilarang, tapi diperoleh dengan halal. Tiwas pamer ternyata itu harta tidak halal, maka ya tinggal menunggu waktu saja keadilan dari Allah swt. Ketetapan Allah ini berlaku terhadap siapa pun, baik Islam maupun bukan Islam semua sama. Dan ini sudah terbukti, silahkan dicek datanya di Dirjen PAS Kemenkumham RI.

Umat Islam menajdi kaya itu malah bagus, asal bersyukur: diperoleh dengan  حَلَالٌ فِى ذَاتِهِ وَحَلَالٌ فِى حُكْمِهِ  (halal materinya/wujud barangnya, dan halal sah dari cara memperolehnya, bukan korupsi/gratifikasi), juga hartanya dizakati sesuai nishabnya, dan dipakai untuk beramal sholeh seperti sodaqoh, infaq, jariyah, menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Maka dengan begitu umat Islam akan  dapat membuktikan ajaran Islam itu benar, baik, dan berguna bagi masyarakat, makmur bersama, sejahtera bersama.

لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7).

Begitu banyak jumlah nikmat yang Allah berikan kepada kita sejak kita lahir hingga hari ini.

وَاِ نْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَـظَلُوْمٌ كَفَّا رٌ

Artinya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)". (QS. Ibrahim: 34).

Kita sering lupa nikmat, atau pura-pura tidak mengerti pada nikmat,apalgi enggan bersyukur bila diingatkan untuk selalu bersyukur, terlebih disertai dengan ngeyel. Sikap seperti itu disinggung di dalam firman Allah swt:

أَوَلَمْ يَرَ ٱلْإِنسَٰنُ أَنَّا خَلَقْنَٰهُ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ

Artinya: “Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata”. (QS. Yasin: 77).

Tugas muballigh adalah mengajak untuk kembali mengingat bahwa kita lahir dulu tidak punya apa-apa, dan sekarang kita mempunyai apa-apa. Dengan begitu kita akan mensyukuri akan nikmat karunia dari Allah swt berupa: (1) usia; (2) Rezeki, harta, pangkat, jabatan; (3) Iman dan Islam; dan (4) Pasangan hidup.

Mari kita rawat dengan dieman-eman, dimesakke, dan disayang pasangan hidup kita masing-masing. Jangan disia-siakan, disiksa, atau dihina. Bila bersalah lebih baik dimaafkan, bila kita yang bersalah maka jangan malu untuk meminta maaf. Mumpung lebaran mari kita saling memaafkan. Pertanyaannya: Siapa yang harus meminta maaf? Apakah suami dulu atau isteri dulu? Jawabnya singkat: Siapa yang meminta maaf entah dia benar atau salah, suami atau istri, yang lebih dulu meminta maaf itulah yang lebih baik

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran:  133).

Itu artinya kita bersyukur dengan karunia keluarga: suami, istri, anak-anak, putu-putu, buyut-buyut. Mana lagi yang kita inginkan selain kerukunan, keguyuban, dan kebahagiaan. Dan itu semua bisa kita nikmati dengan cara bersyukur.

  • وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ

Artinya: “Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."(QS. Luqman: 12).

Semoga dengan sedikit penjelasan ini kita tahu untuk menjadi pribadi muslim yang cerdas, bijak, dan pandai bersyukur.

Kesimpulan

Dari pembahasan singkat tersebut di atas, dapat disimpulkan secara ringkas bahwa bersyukur merupakan perilku luhur cara kita tahu diri, siapa diri kita, lalu menyadari dan menghaturkan beribu terima kasih atas semua nikmat karunia-Nya untuk beribadah dan berbuat baik kepada sesama. Bila setiap kita bersyukur, maka terwujudlah keadilan, ketentraman, dan kebahagiaan. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun