Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Administrasi

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bukan Lagi Iseng-Iseng Berhadiah, Ingin Jadi Juara dari Ramadan Bercerita

12 Maret 2024   11:34 Diperbarui: 12 Maret 2024   11:40 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan Lagi Iseng-Iseng Berhadiah, Ingin Jadi Juara dari Ramadan Bercerita
Aku dan sebagian tulisanku di Kompasiana. Dok. Pri.

Ingat banget tahun 2018 lalu kali pertama ikutan Tantangan Kompasiana Ramadan. Rasanya dulu pernah ingin hampir menyerah. Gak bakal mau ikutan lagi. Tapi ternyata aku berhasil menyelesaikan tantangan menulis sehari satu artikel di bulan puasa itu.

Sekian tahun berlalu, ternyata kangen ikutan lagi. Setelah bertahun-tahun menunda, karena merasa tidak sanggup. Tahun 2024 ini aku kembali mencoba. Ternyata memang menyenangkan sekali menulis itu. 

Iseng-Iseng Berhadiah

Tantangan Kompasiana Ramadan adalah tantangan tahunan di bulan Ramadan bagi para blogger Kompasiana. Kita wajib menulis sehari satu artikel untuk ditayangkan di situs Kompasiana.com.

Tema artikel sudah ditentukan. Semuanya bertema Ramadan. Siapa pun boleh ikut serta. Membuat artikel maksimal 1500 kata. Nanti di akhir, juri akan memberikan penilaian. Akan ada hadiah menarik bagi pemenang yang mendapat nilai tertinggi.

Di sela-sela tantangan menulis tersebut, pada hari-hari tertentu, kita diberikan tantangan membuat artikel dengan topik misterius dan tantangan misteri. Artinya hanya Allah swt dan juri yang tahu sebelum itu diumumkan.

Flyer Tantangan Ramadan Bercerita 2024 dari Kompasiana
Flyer Tantangan Ramadan Bercerita 2024 dari Kompasiana

Para peserta diwajibkan mengecek sosial media Kompasiana secara berkala. Katanya mereka akan mengumumkan topik misterius dan tantangan misteri tersebut pada H-3 di sana. 

Tahun ini Tantangan Kompasiana Ramadan bertema Ramadan Bercerita. Perlombaan sudah dimulai pada 11 Maret. Kabarnya akan berlangsung selama lima minggu. Berani menerima tantangan?

Siapa Takut? Kedengarannya sih Mudah 

Salute! Angkat topi buat para blogger yang sudah berani ikutan. Apalagi yang benar-benar berhasil menyelesaikan tantangan ini nantinya.

Bagi yang terbiasa menulis setiap hari, mungkin terdengar mudah. Tapi sesungguhnya menulis itu suatu proses kreatif. Artinya untuk membuat satu artikel saja tentu tidak mudah. Banyak sekali tantangannya.

Untukku pribadi, hal yang paling penting itu mengumpulkan mood. Biarpun terbiasa menulis, tapi kalau nggak mood, maka tulisan yang dihasilkan akan biasa saja. Nggak punya klik di hati pembaca.

Tantangan berikutnya mencari ide. Ini dia bagian yang paling berat. Mood ada, tapi ide nggak ada. Duh, pengen nangis gak sih? Haha.. Konon suhu blogger berkata ide itu bisa datang dari mana saja. Tapi ketika ditunggu-tunggu, seringnya malah tak muncul-muncul.

Nyebelin banget, gak sih? Akhirnya bikin mood balik nol. Ujung-ujungnya ya itu tadi males nulis. Gak selesai dong tantangan Ramadannya. Gak papa! Saingan jadi makin sedikit .. :p :canda:

Jadi intinya berusahalah untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai. Pelajaran untuk diri sendiri juga. Tentu ke depannya, akan ada banyak hambatan. Terutama untuk misteri topik dan tantangan misterinya itu loh.. Takut banget! Hahaha..

Meredam Hasrat Ingin Menang Lomba

Sebagai orang yang kompetitif, tentu aku ingin sekali menang hadiahnya. Tahun 2018 lalu, gagal menang. Kali ini ya paling nggak bisa juara dua-lah. Mupeng sama hadiah Air Fryernya. Soalnya bakalan bermanfaat untuk si paling diet kayak aku. 

Namun mengingat Kompasiana ini banyak banget suhunya. Langganan juara lomba menulis. Aku mendadak minder. Siapalah aku yang baru menang sekali di lomba menulis Kompasiana. Itu pun sudah berabad-abad lalu.

Kalau sudah begini, timbul deh sisi sok bijak dalam diriku. Berusaha meyakinkan diri tidak ada salahnya mencoba. Toh rezeki nggak ke mana. Yang penting tugas manusia berusaha. Pantang menyerah sambil berdoa.

Komitmen Sampai Akhir dan Tantangannya

Menyelesaikan Ramadan Bercerita itu lebih utama untukku. Sebagai disabilitas, yang paling membuatku khawatir itu tema misteri dan tantangannya itu.

Soalnya berdasarkan pengalaman lalu, tema yang keluar sangat tidak terduga. Diantaranya mengharuskan kita ke luar rumah untuk meliput sesuatu, disuruh bikin video di luar, dan lain sebagainya.

Untukku yang disabilitas daksa, tentu sulit ke mana-mana. Belum lagi kondisi orang tua yang sudah lansia. Tentu nggak mudah meminta bantuan mereka untuk menemaniku meliput ke luar. Perlu persiapan matang dan melihat kondisi kesehatan mereka.

Apalagi di bulan puasa ini, mereka sering kali mengeluh lesu dan ingin di rumah saja. Kalau sudah begini, aku terpaksa putar otak lagi hendak menulis apa.  

Belum lagi kalau ada tugas memasak. Persoalan memasak ini ribet. Soalnya harus menyiapkan bahan, memasak, menghias masakan sampai memfoto-foto. Tentu ini nggak mungkin bisa aku lakukan sendirian tanpa bantuan orang lain. Huhuu..

Jadi aku akan berusaha semampuku. Seperti kata pepatah, di mana ada kemauan di situ ada jalan. Semoga lancar sampai akhir nanti. Aamiin.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun