Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mahasiswa

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Pentingnya Istiqomah dalam Menjalankan Shalat Tarawih Sebulan Penuh

21 April 2022   07:37 Diperbarui: 21 April 2022   07:45 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya Istiqomah dalam Menjalankan Shalat Tarawih Sebulan Penuh
Shalat Tarawih/Foto: Suaracom

(21/04/2022)- Bulan Ramadan sudah memasuki hari ke- 19 pada saat tulisan ini dibuat puasa tahun ini sangat cepat berlalu dan terburu-buru untuk meninggalkan kita semua. 

Kita ada di Minggu rawan saat ini, maksudnya jelang menuju gema takbir Idul Fitri justru kebanyakan dari kita justru mulai malas melakukan berbagai aktivitas yang seharusnya ditingkatkan justru menurun drastis kualitasnya.

Di awal bulan suci ini, banyak dari kita yang mendadak gemar dan rajin ke masjid, tadarus, berbagi dan lain sebagainya. Namun, itu semua bagian sebagian orang hanya dilakukan di awal semata dan justru di Minggu-minggu akhir sudah mulai dihentikan perilaku baik tersebut.

Salah satunya yang paling sering terlihat yaitu semakin kurangnya jumlah jamaah dalam Shalat Tarawih yang mau datang untuk Shalat berjamaah di masjid. 

Ada yang beralasan cape bekerja, sakit,haid dan lain sebagainya hal itu masih bisa dikatakan wajar namun jika melakukan sesuatu yang bisa ditunda dan melewatkan Shalat Tarawih seperti kegiatan Buka Bersama yang justru kebanyakan mengabaikan shalat, agaknya sangat disayangkan.

Shalat Tarawih/Foto: Inews
Shalat Tarawih/Foto: Inews

Memang benar Shalat Tarawih, bukan merupakan salah satu hal wajib alias sunah meskipun demikian, lebih baik dilakukan dengan penuh semangat dan keikhlasan agar timbul kesadaran diri atau tidak merasa terbebani. 

Sebab jika dijalankan dengan penuh beban dan tanpa adanya keikhlasan lebih baik tetap dijalankan agar menjadi suatu kebiasaan nantinya supaya bisa menjalankan dengan penuh keikhlasan, keimanan dan ketaqwaan.

Agaknya wajar jika seorang Perempuan tidak berjamaah karena sedang haid dan menyusui anaknya. Namun aneh jika seorang Laki-laki,  yang sehat wal Al fiat justru enggan hadir sekalipun memiliki banyak waktu senggang yang sebenarnya cukup. 

Banyak dari anak remaja yang dibiarkan begitu saja oleh orangtuanya berkerumun tidak karuan, dan tidak diajarkan atau minimal diajak ke Masjid, padahal hal ini merupakan pertanda semakin merosotnya nilai-nilai Ramadan, sebagai efek domino dari masifnya globalisasi yang digaungkan Barat sejak tahun 1980-an tersebut.

Shalat Tarawih sudah kita rindukan selama dua tahun untuk digelar secara normal sebelum adanya pandemi, ketika masjid-masjid ditutup pada saat lonjakan angka Covid-19, banyak masyarakat yang mengeluh masjid ditutup, terpaksa memakai masker dan hand sanitizer, hari ini ketika hampir semua lini kehidupan sehari-hari lancar kembali orang-orang yang bereaksi keras tersebut justru tidak ada di Masjid hal ini tentunya menjadi semacam senjata makan tuan yang tidak berkesudahan sepanjang tahunnya.

Seperti di lansir dari NU Online
  "

Adapun shalat tarawih, tidak diragukan lagi di dalam kesunnahannya. Kesepakatan ulama telah menjadi kukuh di dalam kesunnahannya, yang demikian dikatakan tidak hanya satu orang. Tidak dianggap pendapat-pendapat yang menyimpang" (Syekh Taqiyuddin al-Hishni, Kifayah al-Akhyar, hal. 89).

*Artikel ini tidak bermaksud menyinggung seseorang ataupun masyarakat tertentu,tulisan ini murni saya ambil dari perspektif saya sendiri sekaligus semacam ibroh atau hikmah yang dapat dijumpai di dalam masyarakat di daerah saya*.

Shalat Tarawih, dijalankan dengan penuh ke keikhlasan dan keimanan tentunya bisa dijalankan sepenuhnya secara berjamaah jika ingin namun dilakukan secara munfarid atau sendirian juga tidak masalah, mau menjalankan atau tidak semua tergantung kepada diri masing-masing. 

Semoga di Ramadan 1444 Hijriah satu tahun yang akan datang, kita diberikan kesehatan, umur yang panjang dan tentunya kegembiraan menyambut bulan Ramadan.

Shalat Tarawih/Foto: Bangkit Media
Shalat Tarawih/Foto: Bangkit Media

Tidak terasa sudah memasuki Minggu ketiga bulan suci Ramadan tahun ini Ramadan akan segera pergi menghampiri kita yang sangat menantikannya. 

Seandainya saja Ramadan berlangsung lama niscaya sepertinya hampir semua kesehatan dan keimanan dari umat Islam di manapun berada akan bagus dan  terbiasa karena terus menerus dilatih guna memperbaiki diri kita terutama dari sistem pencernaan untuk memperbaiki  dirinya masing-masing karena ban Ramadan bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus namun lebih dari itu, kehadiran bulan penuh ampunan ini sangat banyak hikmah yang terkandung didalamnya dan dibisa dipetik sebagai bahan pelajaran yang sangat penting untuk semakin meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun