Saya adalah seorang penulis lepas yang senang berbagi cerita, pengalaman, dan pemikiran melalui tulisan. Dengan latar belakang pendidikan dalam bidang jurnalistik, saya telah mengeksplorasi berbagai topik mulai dari kisah inspiratif, opini tentang isu sosial dan politik, hingga ulasan tentang film dan buku. Minat: Saya tertarik pada beragam topik, namun terutama dalam hal kehidupan sehari-hari, kisah perjalanan, seni budaya, bahasa, pendidikan, teknologi Dll. Saya juga gemar menulis tentang pengembangan diri dan hal-hal yang dapat memberi inspirasi kepada pembaca. Pengalaman: Selain menulis untuk Kompasiana, saya juga telah berkontribusi dalam beberapa tulisan seperti penulisan essay dan artikel ilmiah di berbagai konferensi. Saya percaya bahwa tulisan-tulisan saya dapat memberikan sudut pandang yang berbeda dan memicu diskusi yang berarti di kalangan pembaca. Tujuan: Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat menginspirasi dan memberikan wawasan baru kepada pembaca. Saya ingin menjadi bagian dari komunitas penulis yang aktif berdiskusi dan saling mendukung di Kompasiana. Kontak: Jika Anda tertarik untuk berkolaborasi atau berdiskusi lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email mzaki011102@gmail.com atau melalui pesan pribadi di Kompasiana. Terima kasih telah mengunjungi profil saya!
Mokel: Diam-Diam Membatalkan Puasa dan Risiko di Baliknya
Artinya: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta serta jahil, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya."
Dari dalil-dalil tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang mokel akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah SWT. Hukuman bagi mereka tergantung pada kesadaran dan ketakwaan individu dalam menjalankan perintah Allah SWT.
Dengan demikian, fenomena mokel tidak hanya menjadi perhatian di kalangan anak muda, tetapi juga memunculkan refleksi mendalam tentang pentingnya kejujuran, ketakwaan, dan kesadaran dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan. Dalam menanggapi fenomena ini, pendekatan yang bijak adalah dengan meningkatkan kesadaran spiritual, edukasi agama, serta pembinaan karakter yang kokoh dalam menjalankan ibadah dengan tulus dan ikhlas.