Muis Sunarya
Muis Sunarya Lainnya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mengasah Skill Berbahasa Arab Selama Bulan Ramadan

15 April 2021   23:59 Diperbarui: 16 April 2021   00:37 2043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengasah Skill Berbahasa Arab Selama Bulan Ramadan
Ilustrasi Kitab-kitab berbahasa Arab/dokpri


Language etches the grooves through which your thoughts must flow.”— Noam Chomsky

Bahasa adalah mahkota kehidupan. Hidup menjadi tidak indah dan tampak sepi tanpa mahkota. Bak rambut adalah mahkota bagi setiap orang. Begitulah kedudukan bahasa dalam kehidupan.

Bahasa juga adalah kunci untuk membuka cakrawala dan khazanah ilmu pengetahuan, pemikiran dan peradaban. Lewat bahasa kita bisa mengenal budaya dan bangsa lain. "Bahasa mensketsa alur, dan lewat (sketsa alur) itu pikiran kita harus mengalir," kata Noam Chomsky.

Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, bahasa yang pertama kita kuasai, berinteraksi, dan berkomunikasi selama ini, maka tidak ada salahnya kita belajar, mengenal, dan menguasai bahasa asing. Apa pun bahasa asing itu. Yang pasti pada gilirannya akan sangat berfaedah.

Bahasa Arab adalah salah satu dari sekian bahasa asing yang juga penting dan menarik kita pelajari dan kuasai. Bukankah Kitab Suci umat Islam, Al-Qur'an pun berbahasa Arab? Terlepas Al-Qur'an itu sendiri sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.

Atau, konon, ada semacam kesan bahwa bahasa Arab seakan-akan kalah gengsi, tidak keren,qq dan kurang ngetop, ketimbang bahasa-bahasa asing lainnya, seperti bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Jepang, Mandarin, atau mungkin Korea yang kini sedang naik pamornya, dan yang lainnya.

Bicara tentang bahasa, apa pun bahasa itu, dan hampir semua bahasa yang ada di dunia, sudah barang tentu memiliki keunikan, kerumitan, dan kekhasan masing-masing. Itu realitas yang tidak bisa kita mungkiri. Begitu adanya.

Jujur, mempelajari bahasa kita sendiri saja, bahasa Indonesia, harus kita akui, betapa rumit dan sulitnya kita untuk menjadi mahir dan trampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, terutama dalam bahasa tulisan. 

Wajar jika banyak cerita tentang nilai bahasa Indonesia itu tidak pernah mendapat nilai A atau 10. Paling banter cuma dapat nilai B atau C, bahkan lebih parah, dapat D, dan tidak jarang pula mahasiswa harus mengulang mata kuliah atau pelajaran bahasa Indonesia itu. Ironis, bukan?

Makanya, apalagi bahasa asing, termasuk bahasa Arab ini. Kalau mau dibilang susah dan rumit, tentu. Tapi itu bukan berarti tidak bisa dipelajari dan dikuasai. Buktinya, banyak orang Indonesia yang mahir dan pandai berbahasa asing, termasuk bahasa Arab.

Nah, bagi yang belum mengenal dan tidak pernah belajar bahasa Arab, kemudian berminat dan tertarik, maka momen bulan Ramadan ini, sebulan penuh bisa diisi hari-harinya untuk belajar bahasa Arab, semacam kursus dengan guru bahasa Arab, tentu saja.

Hanya saja kalau bagi pemula memang harus belajar dari hal-hal yang paling mendasar seperti biasa. Dan, jangan membayangkan dalam rentang waktu sebulan, kita bisa langsung mahir dan casciscus lancar ngomong Arab, dan langsung mampu membaca teks, kitab gundul atau kitab kuning (sebutan untuk kitab berbahasa Arab tanpa tanda baca) dan memahaminya.

Beda halnya bagi yang pernah belajar bahasa Arab, tetapi masih merasa belum menguasainya dan kurang mahir, baik secara lisan maupun tulisan (memahami teks berbahasa Arab), maka momen bulan Ramadan ini, bisa digunakan untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan (skill) berbahasa Arab secara autodidak (mandiri).

Lalu, bagaimana caranya? 

Pertama, jangan jauh-jauh dari kamus bahasa Arab. Harus rajin buka kamus bahasa Arab untuk menambah dan menabung kosakata bahasa Arab.

Kedua, membiasakan secara rutin membaca dan memahami teks bahasa Arab atau kitab-kitab kuning. Jangan pernah malas membaca kitab. Dengan begitu ilmu dan wawasan dapat dan keterampilan bahasa Arabnya juga meningkat. 

Ketiga, gunakan bahasa Arab dalam berinterakasi dan berkomuniksai dengan orang-orang atau handai tolan di sekitar kita yang tentu saja harus bisa berbahasa Arab. Agar bahasa lisan dan percakapan dalam bahasa Arab kita tetap terjaga dan tidak pasif. 

Kuncinya adalah kebisaan berbahasa Arab, atau bahasa apa pun itu, karena kebiasaan.

Demikian hal-hal yang bisa dilakukan bagi yang ingin menambah dan mengasah kemampuan dan keterampilan (skill) dalam berbahasa Arab selama bulan suci Ramadan ini. Tabik. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun