Hati-hati Berburu Takjil Saat (Lagi) Pandemi, Berikut Tipsnya!
Menjelang berbuka, mencari takjil untuk mengganjal perut yang kosong seharian merupakan nikmat yang tiada tara. Takjil manis, segar, dan dingin menjadi urutan teratas untuk segera dibeli.
Tenggorokan yang panas dan bibir yang kering membutuhkan siraman yang dingin-dingin untuk melepas dahaga. Begitu menemukan takjil seperti es sirup, es buah, es kolang-kaling, dan es boba, dunia serasa begitu menyenangkan.
Beduk Maghrib berbunyi keras. Jelas sekali telinga ini mendengar, langsung saja diminum takjil yang baru dibeli tadi. Tapi tunggu!
Yakin takjil yang dibeli higienis? Dan bebas dari virus Covid-19?
Ketahuilah, takjil di bulan Ramadan memang menggoda di lidah dan perut. Tapi faktor kebersihan dan kesehatan juga perlu diperhatikan.
Memang Ramadan kali ini tidak separno Ramadan tahun lalu, di mana tahun ini sepertinya pedagang takjil lumayan banyak ketimbang tahun lalu. Tahun lalu juga susah untuk pergi membeli takjil di luar tapi sekarang, sudah tidak sesusah tahun lalu.
Barangkali karena tahun lalu kita belum begitu adaptasi dengan Covid-19 sehingga masih banyak warga yang takut untuk membeli takjil atau sekadar keluar rumah. Tapi siapa yang mau mengurung di rumah berminggu-minggu sampai berbulan-bulan?
Sebelum membeli takjil di Ramadan kali ini, ada baiknya kita memperhatikan beberapa aspek penting supaya enaknya mampir namun virusnya minggat.
Pertama, lihat si pedagangnya mematuhi protokol kesehatan atau tidak. Ini aspek paling penting. Bisa jadi takjil yang dijual memang enak, tapi andai kalian lihat pedagangnya tidak mengenakan masker mending skip dulu saja.
Bayangkan saja, waktu si pedagang membuat makanan atau minuman kita tiba-tiba bersin atau batuk-batuk. Kita memang sulit membedakan mana flu biasa dan mana yang Covid-19 namun ada baiknya kita jaga-jaga.
Bisa juga, ketika si pedagang mengobrol dengan si pembeli lalu virus Covid-19 menciprat ke barang dagangan yang akan kita beli. Kita tidak ingin masuk bangsal dengan alat bantu pernapasan di rumah sakit, bukan?
Kedua, selalu bawa hand sanitizer begitu akan membeli takjil. Hand sanitizer yang mengandung alkohol bisa kita gunakan begitu menerima kembalian atau plastik dari pedagang.
Apalagi tidak semua pedagang takjil 'dadakan' menyediakan tempat cuci tangan berupa sabun dan air cuci. Mereka juga pasti mikir dua kali karena keuntungan dari dagangan tidak seberapa. Kecuali pedagang takjilnya tajir, hand sanitizer atau sabun cuci untuk pelanggan bukan barang mahal baginya.
Ketiga, bawa kantong belanjaan sendiri. Cara ini selain untuk menghentikan penyebaran Covid-19, juga sebagai upaya untuk go green (upaya menyelamatkan bumi dari sampah-sampah plastik). Sayang bukan, habis beli takjil, plastiknya dibuang begitu saja, sia-sia.
Tak bisa dipungkiri juga, plastik yang disediakan gratis oleh pedagang takjil pun bisa memiliki probabilitas tertempel virus Covid-19. Lebih baik sedia perlengkapan berupa kantong dari rumah ketimbang harus masuk rumah sakit (lagi), bukan?
Keempat, jangan jauh-jauh berburu takjilnya. Ini juga penting, kalau ada pedagang takjil yang lebih dekat dari rumah, kenapa harus memilih yang lebih jauh? Kita tahan saja dulu nafsu jalan-jalannya. Kita berdayakan dan beli takjil sekitar yang paling dekat dengan domisili kita.
Semakin jauh kita pergi dari rumah, semakin banyak tempat yang kita lalui maka semakin besar peluang kita tertular Covid-19. Logika ini harus dipakai meski kita tidak tahu betul persisnya, di mana virus Covid-19 itu berada.
Dari sekian tips di atas, ada baiknya kita sebisa mungkin menahan diri untuk tidak membeli takjil. Kita bisa menyiasatinya dengan membuat takjil sendiri di rumah dengan bahan yang dibeli dari supermarket terdekat.
Membuat takjil sendiri pun akan menghemat pengeluaran kita. Dan kita bisa lebih mengakrabkan diri bersama keluarga tercinta dengan kreasi-kreasi takjil yang baru dan kekinian.
Tapi bukan berati saya mengajak kalian untuk tidak membeli takjil di luar sama sekali, karena bagaimanapun juga dengan membeli takjil di luar, itu sama artinya dengan kita membantu perekonomian mereka. Yah, asalkan jangan tiap hari saja, ingat dompet dan kredit yang belum lunas!