Ini Alasan Berbelanja Lebaran Langsung di Pasar Lebih Menyenangkan Ketimbang Daring Meski Sedang Pandemi
Menjelang lebaran, pusat perbelanjaan selalu saja dipadati orang. Katanya sih ekonomi merosot, tapi pasar tidak pernah sepi menjelang kumandang takbir Idul Fitri. Artinya, berbelanja kebutuhan lebaran sudah seperti kewajiban, mau ada uangnya atau utang sekalian.
Saya masih ingat betul, beberapa hari yang lalu, Pasar Tanah Abang dipenuhi warga yang ingin berbelanja. Mereka berdesak-desakkan, meski menggunakan masker mereka tidak mengindahkan protokol kesehatan berupa jaga jarak aman. Akibatnya, petugas harus turun tangan untuk menertibkan.
Imbasnya, KRL sempat tidak berhenti di Stasiun Tanah Abang pada pukul 15.00-19.00 WIB di mana waktu-waktu ini berpapasan dengan pulangnya pembeli atau penjual. Padahal Stasiun Tanah Abang ini bukan tempat milik pembeli atau penjual di sekitar Tanah Abang saja, ada banyak pekerja di sektor lain yang tentu saja menggunakan moda transportasi ini. Mereka pun harus naik dari stasiun terdekat seperti Karet atau Palmerah. Kalau tidak, mereka harus menggunakan moda transportasi lain.
Tapi apakah kebijakan ini dapat secara langsung menurunkan angka pengunjung di Tanah Abang? Saya rasa tidak, karena kereta bukan muara masalahnya. Masalahnya adalah nafsu berbelanja yang memuncak menjelang lebaran. Kalau begini kenapa tidak menggandeng e-commerce di Indonesia supaya pengunjung tidak perlu datang jauh-jauh atau berdesakan di Tanah Abang?
Beberapa hari ini, e-commerce warna-warni di Indonesia memang sedang mengadakan promo gila-gilaan, mulai dari yang bebas ongkir sampai diskon lebih dari 50 persen. Tapi entah kenapa masih banyak yang ingin berbelanja secara langsung?
Pertama, bisa jadi banyak yang merasa kecewa ketika harus berbelanja daring karena barang yang difoto tidak sesuai ekspektasi. Saya sendiri pun sering mengalaminya, terutama yang berkaitan dengan pakaian.
Meski detail produk ditulis dengan lengkap, kadang ada saja penjual yang tidak jujur. Alhasil, pembeli merasa tertipu. Ada yang ukurannya tidak sesuai, bahan yang kurang bagus, atau ada kecacatan lain yang sengaja disembunyikan oleh penjual.
Hal ini bisa diminimalkan dengan review produk dari pembeli lainnya. Lagi-lagi kita sebagai pembeli harus lebih jeli dan pintar membaca situasi. Semakin tinggi rating bintang dari produk yang diulas, maka semakin sesuai produk tersebut dengan apa yang dideskripsikan si penjual.
Kedua, berbelanja secara langsung sama dengan berwisata cuci mata. Hal inilah yang tidak bisa didapatkan ketika berbelanja daring. Kita tidak bisa melihat produk-produk lainnya atau mampir di toko sebelah untuk sekadar cuci mata.
Kebiasaan berbelanja secara langsung menjelang lebaran memiliki vibes-nya tersendiri. Kita bisa berkumpul bareng keluarga dan jalan-jalan bersama. Padahal pandemi belum berakhir, kenapa nafsunya tidak bisa ditahan dulu? Problem ini sebenarnya bisa diatasi, misal e-commerce menggandeng artis-artis kenamaan untuk mengadakan konser virtual sambil berbelanja daring.