www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club
Goban Sehari untuk Kulit Segar dan Sehat Selama Ramadan
Yang aktif di sosmed, tentu sekelabat membaca juga satu konten yang cukup viral. Dimana seorang foodblogger, meski tampak lezat menikmati porsi steak yang ia pesan, namun justru menyebutkan kesan tak nyaman di spot tersebut sebagai latar suara video.
Bagian yang saya simak, justru khusus di steaknya saja. Di samping cara menikmatinya yang tampak lezat, rasanya sulit memungkiri, potongan daging sapi segar yang dipanggang sampai tingkat kematangan tertentu, tentu memang lezat. Semakin menggiurkan, ketika di satu piring lebar terpisah, disajikan pula enam jenis saus dalam mangkuk kecil. Surga dunia.
Di masa sekolah, daging sapi semacam menu wajib di keseharian warga Lombok. Tapi, penyajiannya antara jadi Reraon (rawon khas Lombok) atau Rarit (daging sapi yang dikeringkan dengan dijemur alami, bumbunya hanya garam dan asam).
Jika berbuka dengan Reraon, menu sayur 'pengimbang'nya adalah Beberok atau Pelecing kangkung, tauge dan atau kacang panjang. Kalau berganti Rarit, sayur-sayur berkuah seperti bening kelor di foto, kacang lebui, atau Cengeh (seperti lodeh di Jawa, namun sayurnya khas Lombok). Saya baru mengenal dan makan mi instan, saat baru mulai kuliah. Setelah berumur sekitar 18 tahun.
Kini, dengan uang belanja 50 ribu rupiah (goban atau gocap), sulit melanjutkan kebiasaan mewah di masa lalu. Kalau pun memaksakan diri, bisa hadirkan daging sapi. Tapi, sebagai campuran untuk lauk lainnya. Tak bisa lagi jadi menu protein utama seperti masa kecil dulu.
Lantas, apa hubungannya segala daging sapi viral yang mahal, tak terbeli lago, dengan kulit sehat dan segar selama berpuasa?
Jani begidi..
Setelah semakin banyak membaca, saya jadi tahu, walau penting sebagai asupan nutrisi lengkap bagi tubuh, terlalu banyak protein hewani tidak baik. Dinikmati dengan tekstur terlembut sekalipun, proses pengolahan protein di dalam lambung, jauh lebih lama dibandingkan sayur atau buah.
Makanya, mulai banyak yang membantah anjuran, makanlah buah setelah habiskan sepiring nasi serta lauk pauk. Alih-alih melancarkan pencernaan, urutan 'tumpukan' makanan yang diproses jadi terbalik. Yang tadinya bisa lebih cepat, ampas makanan tertahan oleh tumpukan protein di bagian terbawah.
Referensi terkait berapa lama makanan tertentu di proses tubuh, bisa ke sini.
Sekarang, saya fokus ke bagaimana goban membantu Anda menjaga kulit tetap sehat dan segar.
Di Lombok Timur, sayur-sayuran segar, kacang-kacangan, sebagian bumbu dapur, mudah ditanam di halaman. Praktis, yang harus dibeli di bakul sayur, telur ayam 5 butir seharga 10 ribu rupiah. Bawang putih, bawang merah, penyedap rasa, ekstra cabe dan tomat, bisa si harga 15 ribu rupiah. Tempe sepapan, seukuran telapak tangan dewasa, dapat 5 untuk 10 ribu rupiah. Sisa 15 ribu rupiah, bisa untuk 6 kotak tahu lokal, sesachet lada dan ketumbar, serta 1/4 kilo tepung terigu.
Dengan bahan-bahan di atas, Anda bisa menyulapnya menjadi menu berikut:
- Semangkuk sayur bening kelor yang sietik di halaman.
- Seporsi sambal tempe pedas. Cukup untuk berbuka, bahkan sampai sahur.
- Seporsi perkedel tahu, sebagai pengalih godaan berbuka dengan gorengan-gorengan.
- Ekstra sambal tomat segar.
Bagaimana dengan hari-hari lainnya? Sekarang, sudah tahu mengapa seorang ibu disebut juga ahli keuangan, sekaligus chef handal? Bahkan dengan 50 ribu rupiah sehari, komposisi 4 sehat 5 sempurna yang kini berubah menjadi jargon Isi Piringku, sangat diusahakan untuk tetap bisa memberikan asupan gizi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan keluarga.
Ah iya, tenang. Angka di atas, untuk menu berdua saja lho. Tapi, percayalah, ibu sungguh sangat bisa menyulap goban, meski misal harus menyajikan pula menu takjil.
Begitulah, justru karena keterbatasan bahan-bahan, modal goban di belanja harian 'memaksa' untuk lebih sering mengolah bahan makanan segar. Lebih banyak sayur, meminimalisir protein hewani serta bahan-bahan makanan yang diawetkan.
Tentu juga tetap konsisten untuk minum 2 liter air putih. Kalau pun minuman (takjil) serba manis, usahakan untuk menikmatinya di luar makanan padat utama. Alias, berjarak sekitar minimal satu sampai dua jam.
Ibarat kata, kita muslim di Lombok, sejatinya sudah menerapkan Raw Food serta intermittent fasting, hampir seumur hidup kita. Kangen Reraon atau Rarit, sudah, sabar. Ntar pas lebaran pasti puas menikmati Reraon atau Rarit. Bagaimana dengan semangkuk bakso pedas dan panas? Di Lombok Timur, belum populer dan tidak mudah kita menemukan warung yang menjual steak, apalagi memyajokam tingkat kematangan berbeda -- seerti di awal tulisan ini.
*Selong, 11 April 2023