Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com
Kiai yang Melarang Orang Khusuk Menjadi Sok Suci Sendiri
Santai, sederhana, dan mudah diterima. Detil, logis, dan mudah diingat. Senantiasa mengingatkan muhibbin atau pecintanya agar tidak merasa benar sendiri, khusuk sendiri sehingga merasa suci sendiri lalu mudah menyalahkan orang lain.
Demikianlah kesan yang bisa ditangkap dan diterima dari KH. Bahaudin Nursalim. Sosok kiai yang lebih dikenal sebagai Gus dan akrab disapa Gus Baha. Kiai yang begitu terkenal di jagat internet melalui pengajian Al-Qur'an dan kitab-kitab lainnya yang bertebaran di semua media sosial.
Dalam berbagai kajian Al-Qur'an maupun kitab-kitab karangan ulama besar, Gus Baha seantiasa menjelaskan, mengingatkan, bahkan menyindir dan mewanti-wanti agar seorang muslim tidak merasa suci sendiri. "Jangan sok suci. Meskipun banyak ilmunya, jangan sok suci. Biasa saja," tegasnya.
Santri kesayangan mendiang KH. Maimun Zubair itu kerap menyampaikan bahwa orang-orang sok suci yang paling berbahaya di dalam Islam. Dalam sejarah, orang sok suci lah yang justru merusak agama karena merasa benar sendiri dan selalu menyalahkan orang lain.
Gus Baha khususnya memperingatkan pada orang atau santri yang terlalu khusuk dalam menjalankan agama. Karena mereka bisa terjerumus menjadi orang yang sok suci, tidak mau bersosialisasi, merasa selain dirinya adalah salah, sehingga akhirnya menjadi kelompok khawarij.
"Khawarij itu menganggap semua dosa besar itu murtad, karena saking khusuknya. Tidak ada dosa kecil, semua dianggap dosa besar karena dianggap pelanggaran pada perintah Allah. Tidak ada dalam sejarah yang mengalahkan khusuknya orang khawarij," jelas Gus Baha.
Saking khusuknya, sambungnya, orang-orang khawarij itu kemudian menganggap Ali bin Abi Thalib salah dan menghalalkan darahnya. Hal yang sama juga dilakukan pada Muawiyah (baca sejarah perpecahan Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah). Khawarij tidak mau pada kedua sosok sahabat Rasulullah Muhammad itu, lalu membunuh keduanya.
Kelompok khawarij itulah pihak yang paling tidak konsisten dan merusak agama Islam. Di satu sisi mereka mengharamkan dosa besar lalu kemudian disebut murtad, namun di sisi lain mereka menghalalkan pembunuhan pada para sahabat Rasulullah.
Khawarij kemudian tumbuh dan menjalar sampai ke kehidupan sekarang. Di mana orang-orang karena memiliki ilmu agama kemudian merasa berhak menilai orang lain salah dan menyalahkan. Kemudian dengan ringan mengkafirkan orang lain yang tidak sependapat dengan pemikirannya.
Menurut Gus Baha, pelaku-pelaku pembunuhan atas nama agama, pemboman, atau gerakan membahayakan lain dengan misi religius pada dasarnya disebabkan oleh sifat khawarij itu. Di mana sifat-sifat itu kerap muncul pada seseorang karena terlalu khusuk sendiri dan sok suci dalam menjalankan aktivitas religiusnya.
Orang sok khusuk dan sok suci itu biasanya selalu menyalah-nyalahkan orang lain. Sementara orang berjuang demi agama dengan membangun pesantren, mengajari masyarakat mengaji dan memahami Al-Qur'an, orang sok khusuk dan sok suci hanya menyendiri. Dia merasa asyik dengan Tuhannya saja tanpa berbuat lebih untuk agama dan masyarakat.