Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.
Hari Pertama Sekolah: THR Saya Dirazia Emak, Bu!
Selasa, 2 Mei 2023, merupakan hari pertama masuk sekolah, setelah libur Lebaran. Semangat!
Saat kumasuk pelataran, pukul 06.35, kulihat beberapa anak laki-laki sedang bermain bola. Wajah mereka terlihat ceria. Mereka menghampiriku, dan mengajak bersalaman.
"Minal aizin, Bu!" ucap mereka.
"Maafkan Ibu, ya!"
Mereka tersenyum.
"Iya, Bu, sama-sama,"
"Eh, Nak, pagi-pagi jangan main bola dulu, ya! Takut ada yang kena tendangan, loh!"
"Iya, Bu!"
Riskan sekali kalau main bola pagi-pagi, anak-anak pada berdatangan. Untunglah, mereka menurut, dan menyimpan kembali bola.
Kulihat di ruang guru masih lengang, segera kusimpan labu dari kampung oleh-oleh buat rekan.
Satu persatu teman-teman datang. Saat pukul tujuh, kami segera berbaris di halaman. Hari ini hari pertama upacara memperingati Hari Pendidikan, sekaligus halal bihalal dengan semua warga sekolah.
"Selamat datang anak-anak, Hari ini kita memperingati hari Pendidikan Indonesia. Harapannya, mudah-mudahan anak-anakku semua semangat dalam menuntut ilmu, dan selalu mengedepankan rasa persatuan dan kesatuan dalam segala hal. Hindari perbuatan tercela, agar kalian memiliki karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Masih dalam suasana Idul Fitri, Bapak ucapkan taqabbalallahu minna wa minkum, semoga saum kita diterima, dan kita dipertemukan kembali dengan Ramadan berikutnya. Mohon maaf lahir dan batin," demikian amanat yang disampaikan oleh Pak Sani, selaku pembina upacara.
"Anak-anak mau memaafkan Bapak dan Ibu Guru?"
"Mau, Pak!" anak-anak serempak menjawab.
"Bapak dan Ibu Guru pun tanpa diminta telah memaafkan kalian. Mudah-mudahan, kita kembali kepada fitrah!" pungkas Pak Sani.
Selesai kegiatan upacara, dilanjutkan dengan musafahah. Anak-anak dari kelas satu mulai bersalaman dengan guru-guru, diambung dengan kelas 2, hingga kelas 6. Selesai musafahah, anak-anak segera masuk kelas, untuk belajar.
"Bagaimana liburannya, Nak? Senang?" kutanya anak-anak setelah kegiatan berdoa selesai.
"Senang, Bu!" jawab mereka serempak.
"Dapat uang THR, Bu!" celetuk Aldi.
"Wah, mantap. Dapat banyak, Nak?"
"Sedikit, Bu, Hanya seratus ribu!" Aldi tertawa.
"Wah, rezeki yang patut disyukuri, Aldi!"
"Iya, Bu, alhamdulillah. Ini, Agus dapet empat ratus ribu, Bu!" Aldi menunjuk teman sebangkunya. Yang ditunjuk, mengerutkan kening.
"Wah, alhamdulillah, banyak amat, Nak!"
Agus menunduk sambil tersipu malu.
"Yusi dapet sejuta lebih, Bu!" Nita menunjuk Yusi.
"Wah, banyak benar!" aku berdecak kagum.
Kulihat Yusi tersenyum kecut.
"Kenapa, Yus? Kok, kayak gak seneng gitu?" tanyaku kepo.
"Uangku dirazia Emak, Bu!" ujarnya polos.
Mendengar celetukan Yusi, kontan semua terbahak-bahak.
"Iya, saya juga, Bu!" celetuk Ani.
"Saya juga!"
"Saya juga, Buuu!"
Akhirnya beberapa anak mengaku, uangnya dirazia ibunya.
Mendengar celetukan mereka, aku ikut tertawa.
"Baguslah, Nak. Mending disimpan Ibumu di rumah, bisa ditabung atau digunakan untuk keperluan yang lebih penting."
"Tara digentosan, Bu!"
Aku tertawa.
"Ya, gak apa-apa, ya, Nak. Mungkin Ibumu tak punya uang untuk mengganti. Uangnya tentu untuk keperluan kita juga!"
Kuedarkan pandangan, kutatap mereka satu persatu.
"Kalian harus belajar ikhlas, ya, Nak! Pahalanya besar, loh, membantu orang tua!" ujarku.
" Kalau tidak diberikan kepada mereka, kalian belum tentu bisa mengelola uang sebesar itu, Bisa-bisa, habis, deh, buat jajan!"
"Iya, Bu!" mereka mengangguk-angguk.
Kutatap anak-anak yang kemudian saling berbisik dengan teman sebangkunya. Mungkin mereka bercerita tentang uang THR-nya yang dirazia jua.
Kubiarkan mereka sejenak untuk ngerumpi! Hihihi
Mereka juga pasti kangen dengan temannya.
Hari pertama sekolah, sangat mengesankan. Ternyata, banyak anak yang menyerahkan uang THR kepada orang tuanya.
Di tangan orang tua, uang itu mungkin lebih bermanfaat untuk kepentingan keluarga.
Bagaimana dengan THR sahabat?
Kalau saya, sih, kayaknya masih menunggu dari Kompasiana!
Hihihi