IG: @armandasthenia | penabuh drum tingkat pemula | cityzen di Manchester City FC | just talk and write about music and football
Orang Tua Kolot Versus Bocil Kematian di Masjid
RAMADHAN ADALAH KEGEMBIRAAN.
Ramadhan telah tiba, bulan suci yang selalu dinantikan kehadirannya oleh setiap Muslim dari berbagai sudut dunia. Bulan dimana selama sebulan penuh Tuhan menempa umat-Nya dengan puasa disiang hari, dari mulai Subuh hingga adzan Magrib berkumandang.
Ya, bulan Ramadhan taun ini memasuki hari ke-6, dimana shaf sholat Tarawih di Masjid-masjid kita masih penuh dan meluber hingga serambi. Tarawih terkadang menjadi momen silaturahmi, dimana warga yang dekat tempat tinggalnya dari Masjid bersua dengan warga yang tinggal terbilang jauh dari Masjid.
Tarawih mempertemukan kita disela kesibukan dan aktivitas sehari-hari yang tak memberikan jeda hanya tuk sekadar bertemu, Tarawih memaksa kita untuk pergi berangkat ke rumah Tuhan disela kesibukan, dan kitapun bertemu.
Tarawih adalah momen dimana Tua-Muda, anak-anak hingga dewasa dan para orang tua berbondong mendatangi masjid untuk beribadah mendekatkan diri kepada Illahi. Ada yang memilih untuk menggelar Tarawih dalam 11 rakaat, dan ada pula yang memilih mendirikan rakaat Tarawih dalam bilangan 23.
Tarawih adalah ke-khusyuk-an diri, walau terkadang momen itu sedikit terganggu dengan ulah dan tingkah para bocil kematian. Yakni para anak-anak yang usil, gaduh, serdadu perang slepet sarung dan sebagainya.
APA MASALAHNYA?
Anak-anak balita dan sekolah dasar, apun itu bermain adalah dunia mereka. Dunia yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, pun pula ketika mereka mengikuti orang tua mereka ber-Tarawih di masjid
Tak sedikit dari kita para orang tua yang kesal, melarang, bahkan memarahi para bocil kematian tersebut. Seolah Tuhan murka atas kegaduhan yang tercipta, seolah rumah Tuhan harus steril dari jerit dan gelak-tawa dan canda riang para anak-anak.
Adalah sesuatu yang kurang tepat memarahi anak-anak yang belum akil baliqh ketika mereka bercanda dengan sebaya di Masjid, tak jarang karena ke-egoisan kita para orang tua, dimana kita memarahi bahkan menghardik anak-anak kita yang berakibat mereka enggan dan takut untuk ke Masjid.
Wahai para orang tua, adalah bencana jika Masjid-masjid kalian sepi dari riang gembira dan gelak tawa anak-anak, karena mereka adalah penerus kita yang akan menjadi pewaris agama ini, menjadi imam atas solat jammah kita nanti, menyuarakan adzan, mengambil zakat dirumah kita dan membagikannya.
Wahai para orangtua sadarlah! Jika kenyamanan dan ke-khusyuk-an kalian ketika beribadah di Masjid tanpa terganggu oleh jerit tawa anak-anak itu adalah tanda bahaya.
Dan hendaklah kita ingat ketika Muhammad SAW mengimami sholat dan kedua cucunya Hasan dan Husain bermain-main menaiki punggung Sang Nabi?. Nabi memilih memanjangkan sujudnya agar kedua cucunya puas bermain, dan tak ada satu kalimatpun dari beliau yang melarang atas tindakan cucunya tersebut.
Wahai para orang tua ketahuilah, sesungguhnya para anak-anak adalah Mukallaf, insan yang terlepas dari dosa. biarkan mereka bermain di Masjid selama dalam batas wajar.
Dear parents, jagalah anak kita dengan baik. Kenakan popok (pamper) yang baru acap kali mengajak serta anak-anak kita ke Masjid agar masjid kita terjaga dari najis sekalipun air pipis itu najis yang ringan.
SOLUSI
Wahai takmir, sisihkan sedikit dana infak jamaah, untuk membuat seperangkat mainan anak-anak ala TK dan PAUD, jadikan rumah ibadah kita tempat yang ramah anak, biarkan mereka gaduh dan bermain disana tanpa menggangu ruku dan sujud-sujud kalian.
Jika hal tersebut masih membuat kalian terganggu, pisahkan area sholat Tarawih. Dan biarlah Masjid itu hak kalian agar kalian dapat beribadah dalam hening dan khusyuk. Ajukan surat permohonan kepada pejabat setingkat RT/RW untuk meminjam aula atau balai desa agar dapat digunakkan oleh remaja masjid dan anak-anak beribadah Tarawih, dengan demikian ibadah kalian tenanglah sudah.
Yogyakarta, Hari ke-6 Ramadhan 1445H