Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Penulis

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Dua Pengalaman agar Sehat dan Fit Selama Ramadan

6 April 2023   22:57 Diperbarui: 6 April 2023   22:59 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Pengalaman agar Sehat dan Fit Selama Ramadan
Pengalaman pentingnya hidup sehat agar puasa Ramadan kian lancar (sumber: Pixabay/Ahmedsaborty).

Setiap Ramadan saya selalu teringat kembali dengan cerita saat berkuliah dulu. Teman satu kos saya tidak pernah sanggup puasa sebulan penuh. Katanya, sistem pencernaannya bermasalah. Saya tidak bertanya apa persisnya.

Yang saya tahu, jika kawan saya tetap ingin berpuasa, dokter menyarankan agar berpuasa ala Nabi Daud. Hari ini berpuasa, keesokan harinya tidak. Selang-seling tiap satu hari. Begitu seterusnya.

Kalau sampai kawan saya tetap bersikeras berpuasa, siang harinya pasti muntah-muntah. Kepala pusing, badan panas dingin. Alhasil, ia pun terpaksa membatalkan puasa lebih awal dari semestinya dengan alasan kesehatan.

Karena kondisi tubuh yang tidak memungkinkan, dalam sebulan, kawan saya hanya sanggup berpuasa selama sepuluh hari. Lima hari di awal Ramadan, lima hari berikutnya saat menjelang Idulfitri.

Hingga kini cerita itu selalu membuat saya bersyukur. Karena ternyata, tidak semua orang merasakan nikmat berpuasa. Ada orang-orang yang, betapa pun ingin berpuasa, tetap tidak bisa karena kondisi kesehatan yang tidak mendukung.

Cerita itu membawa saya pada satu kesimpulan. Jika tubuhmu sehat dan fit, maka berpuasalah. Jangan bolong-bolong.

Lagi pula, berpuasa itu nikmat, kok. Terutama saat berbuka puasa. Setelah sehari penuh menahan lapar dan dahaga, ada perasaan syukur yang tidak terlukis oleh kata ketika bedug Magrib berkumandang.

Percayalah, perasaan lapar dan haus akut paling-paling terasa pada tiga hingga lima hari awal. Selebihnya sudah terbiasa.

Sejak pekan kedua berpuasa, daya tampung perut seakan menyusut. Rasa lapar dan haus jadi jarang terasa, bahkan kadang-kadang terlupa. Jumlah makanan yang masuk saat berbuka juga tidak sebanyak pekan-pekan pertama.

Secuil Pengalaman

Saya bilang puasa itu nikmat karena, selain cerita kawan saya tadi, sebenarnya saya juga pernah merasakan halangan berpuasa.

Jadi begini ceritanya. Menyoal kesehatan, tahun 2016 s.d. 2017 adalah masa-masa sulit bagi saya. Pada masa itu saya menderita vertigo. Tanpa ada penyebab yang jelas, rasa pusing tujuh keliling seringkali menyerang secara tiba-tiba.

Karena datang tanpa aba-aba, saya bisa terserang vertigo di mana dan kapan saja. Sedang bekerja, pernah. Sedang presentasi di hadapan orang banyak, pernah. Sedang berkendara, pernah. Sedang bepergian naik pesawat, juga pernah.

Yang paling ngeselin kalau Si Vertigo menyerang saat saya sedang berpuasa.

Saya harus segera mencari pegangan atau rebahan. Supaya tubuh tidak roboh, supaya badan tidak ambruk. Aktivitas apa pun yang tengah saya lakukan, harus saya hentikan. Jika kebetulan tengah beraktivitas dengan orang lain, biasanya saya meminta izin keluar ruangan untuk menenangkan diri.

Memang, sih, saya tidak pernah sampai membatalkan puasa gara-gara terserang vertigo. Karena biasanya, setelah saya merebahkan diri barang 30 menit, rasa pusing tujuh keliling jadi jauh berkurang. Saya pun bisa kembali melanjutkan aktivitas seperti biasa, kendati harus tetap waspada kalau-kalau Si Vertigo datang lagi.

Tapi tetap saja tidak enak, kawan!

Saya harus membatasi aktivitas. Misalnya, saya tidak pernah menyetir mobil seorang diri. Minimal harus ada kawan atau istri di sebelah. Khawatir kalau sendirian, tiba-tiba vertigo menyerang dan saya gagal mengendalikan diri, risiko kecelakaan bukan tidak mungkin menjadi kenyataan.

Ketika terserang vertigo, dunia serasa berputar-putar (sumber: Pixabay/Felix_Hu).
Ketika terserang vertigo, dunia serasa berputar-putar (sumber: Pixabay/Felix_Hu).

Hingga akhirnya, setelah menemui tiga dokter spesialis yang berbeda, barulah saya tahu apa yang menyebabkan saya terserang vertigo. Kata dokter ketiga, ada dua.

Pertama, telat menangani rabun jauh. Sebelumnya saya tidak berkacamata. Mata saya tidak minus, apalagi plus. Gara-gara faktor usia, minus saya muncul dan terus bertambah.

Celakanya, saya telat sadar. Saya baru menyadari mata saya minus setelah enam bulan berlalu. Selama enam bulan itu, saya tidak pernah memakai kacamata karena tidak menyadari bahwa mata saya sudah dihinggapi rabun jauh. Tidak banyak, sih. Paling tinggi minus dua.

Lantaran telat sadar, tubuh saya meronta dengan caranya. Kebetulan tubuh saya memilih jalan vertigo untuk menyadarkan saya, sudah saatnya memakai kacamata.

Sayangnya, vertigo itu tidak begitu saja hilang meskipun saya sudah memakai kacamata. Karena telat sadar, tubuh saya butuh penyesuaian selama kurang lebih setahun sebelum vertigo benar-benar angkat kaki. Apes!

Kedua, malas berolahraga. Ini kebiasaan buruk yang banyak dialami pegawai kantoran seperti saya. Gara-gara kerjaan menumpuk, terbiasa duduk di depan laptop, lama-lama jadi malas berolahraga.

Aliran darah orang yang terlalu banyak duduk, seperti saya, tidak selancar orang yang rutin berolahraga atau beraktivitas fisik. Itulah alasan kedua mengapa saya terserang vertigo.

Sudah telat sadar rabun jauh, eh, jarang olahraga pula. Kata penyuka Mobile Legends: double kill!

Sejak saat itu saya rajin berolahraga. Minimal jalan kaki atau naik-turun tangga selama 30 menit. Itu sudah cukup membuat saya ngos-ngosan dan keringetan. Kata dokter, enggak perlu olahraga mahal, yang penting rutin dilakukan.

Sejak 2018, saya tidak pernah lagi terserang vertigo. Saya tidak lagi khawatir vertigo menyerang tiba-tiba, karena sudah memakai kacamata dan rajin berolahraga. Alhamdulillah, sampai saat ini saya tidak pernah lagi terserang vertigo.

Dua Pesan Sehat Selama Ramadan

Dua pengalaman yang saya ceritakan lewat 700 kata pertama artikel ini membawa kita sampai pada satu kesimpulan. Jika ingin tetap sehat dan fit selama berpuasan Ramadan, jagalah kesehatan.

Kendati banyak penelitian yang mengatakan berpuasa punya banyak dampak positif bagi kesehatan, tapi kita juga menaruh perhatian pada persiapan sebelum berpuasa.

Kalau rajin menjaga kesehatan tubuh sebelum masuk bulan Ramadan, maka saat berpuasa akan terasa lebih mudah dan ringan. Itulah yang ingin saya ungkapkan kepada Anda sekalian.

Dari pengalaman saya, ada dua pesan yang saya ingin sampaikan supaya Anda tetap sehat dan fit selama Ramadan.

Pertama, rajin berolahraga. Banyak pakar kesehatan yang menyarankan agar aktivitas olahraga sebaiknya tetap dilakukan selama berpuasa. Hanya saja, waktunya diatur, intensitasnya dikurangi. Jangan yang berat-berat, karena tubuh sedang kekurangan cairan. Yang ringan-ringan saja.

Soal waktu, sebaiknya olahraga ringan dilakukan jelang berbuka. Katakanlah 30 menit jelang bedug Magrib. Jadi, asupan nutrisi yang dibutuhkan bisa segera terpenuhi saat berbuka. Jangan siang bolong, apalagi selepas Subuh. Bisa-bisa keteteran.

Olahraga saat berpuasa punya banyak manfaat. Mulai dari menjaga kesehatan otak, saraf, hingga serat otot. Lagi pula, ketika kita berolahraga saat berpuasa, proses pembakaran lemak akan lebih laju karena ketiadaan karbohidrat dalam tubuh. Ujung-ujungnya berat badan kian ideal.

Tapi jangan lupa. Kita juga harus memperhatikan asupan nutrisi saat berbuka. Terutama perbanyak minum air putih dan makan makanan bergizi saat sahur dan berbuka. Supaya olahraga yang kita lakukan bisa melahirkan manfaat, alih-alih mudarat.

Yang kedua, rajin memeriksa kondisi tubuh. Sebab kita tidak akan pernah tahu risiko penyakit apa yang bakal menyerang tubuh ketika berpuasa. Jangan seperti saya yang karena jarang memeriksa kondisi mata, hingga telat sadar rabun jauh, ujung-ujungnya malah tertimpa vertigo.

Rutin memeriksa kondisi tubuh juga akan membentengimu dari penyakit-penyakit berat. Hasil pemeriksaan tubuh akan menjadi acuan bagi Anda untuk menerapkan pola-pola hidup tertentu, sehingga terhindar dari risiko serangan penyakit.

Jika dua pesan itu Anda praktikkan, besar peluang puasa Ramadan Anda bakal lebih mulus dan lancar. Kenikmatan dan kekhusyukan berpuasa juga akan kita rasakan. Dan semoga Ramadan tahun ini membawa berkah yang berlimpah bagi Anda sekalian. [Adhi]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun