Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Penulis

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Berekspresi Lewat Video, Hobi Anyarku pada Ramadan Kali Ini

13 April 2023   22:49 Diperbarui: 13 April 2023   22:53 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berekspresi Lewat Video, Hobi Anyarku pada Ramadan Kali Ini
Mengulik hobi baru sambil mengasah kemampuan baru (sumber: dokumentasi pribadi).

Ketika menarasumberi pelatihan menulis, saya sering mengumbar hobi. Kepada peserta pelatihan, saya pasti berkata itu tiap memulai sesi. Saya bilang, hobi saya ada dua. Menulis dan mengajar menulis.

Alasan utama saya mengumbar ihwal tersebut ada dua. Pertama, meyakinkan peserta pelatihan bahwa pengajarnya punya visi yang sama. Sama-sama cinta menulis. Kedua, mengekspos bahwa apa yang akan saya lakukan, yakni mengajar menulis, sepenuhnya berasal dari hati.

Alasan kedua punya daya gigit yang lebih kuat daripada alasan pertama. Siapa pun percaya, apa-apa yang dilakukan dengan hati, pasti membuat pelakonnya happy. Begitu pula dengan mengajar menulis. Ketika materi yang saya paparkan berasal dari hati, mudah-mudahan ilmu dan manfaatnya mampu menembus hati.

Tapi Ramadan kali ini berbeda. Rasa-rasanya saya punya hobi baru. Hobi yang bermula dari keisengan saya mengulik dan menguliti logaritma Instagram. Kata Instragram, seperti dikutip Hootsuite, konten dalam format video lebih disukai warganet ketimbang foto.

Itulah mengapa, sejak 2020 Instagram memperkenalkan fitur Reels untuk penggunanya. Niatnya menyaingi TikTok, media sosial yang lebih dulu mempopulerkan video singkat berformat potret (portrait).

Katanya, pesan yang disampaikan dalam video singkat akan lebih mengena di mata pemirsa. Lebih mudah dicerna, dan punya efek lekat yang lebih kuat. Itulah mengapa, short video kian populer dewasa ini.

Sampai-sampai platform media sosial video terbesar di jagat raya bernama YouTube, sejak 13 Juli 2023, juga membuat kanal khusus video singkat berupa YouTube Shorts. Pada Januari 2022, jumlah penonton agregat YouTube Shorts mencapai 5 triliun!

Dampak dari virus video singkat ini mudah ditebak. Lihat saja ke sekeliling Anda. Sekarang, apa-apa pakai video. Sedikit-sedikit pakai video.

Kompasiana, platform blog kebanggaan kita bersama, tidak luput dihinggapi virus itu. Buktinya, beberapa tantangan Mystery Challenge pada Program Samber THR tahun ini mewajibkan peserta untuk bikin video singkat dalam bentuk Instagram Reels.

Padahal, angkatan Kompasianer Mula-mula pasti paham, tujuan pertama kali Kompasiana dibentuk adalah mewadahi bloger untuk mengekspresikan pemikiran dan pendapatnya melalui tulisan. Melalui karya tulis. Melalui platform blog bebas akses.

Tapi jangan keki atau berkecil hati. Sejak dulu, dunia yang kita tinggali memang begitu adanya. Dinamis dan cepat berubah. Disrupsi berkali-kali terjadi bersamaan dengan kelahiran teknologi baru.

Jika teknologi bernama internet pada akhirnya membawa perubahan pada bentuk mengekspresikan pemikiran, dari semula karya tulis menjadi video, ya, sah-sah saja. Tidak ada yang salah, tiada pula yang keliru.

Tinggal kitanya saja yang pandai-pandai menyesuaikan diri.

Jika boleh jujur, cara orang menulis juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, kok. Dulu, menulis, ya, menulis. Ambil secarik kertas dan segenggam pena, lalu menulis.

Cara menulis seperti itu kemudian berangsur-angsur berubah sejak September 1867, tatkala mesin tik pertama kali ditemukan. Kata “menulis” juga mengalami perluasan makna. Kata “mengetik” lambat laun lesap ke dalam kata “menulis”. Dengan kata lain, mengetik sama dengan menulis.

Dewasa ini, kita menulis di depan layar. Baik layar laptop ataupun ponsel. Baik menggunakan kibor ataupun layar sentuh. Artikel ini “ditulis” dari laptop. Bisa jadi pula, Anda membaca “tulisan” ini lewat layar ponsel.

Jadi, perubahan itu adalah sebuah keniscayaan. Sebab tiada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Begitu pula dengan cara kita mengekspresikan diri. Saat ini, video singkat, bisa jadi lebih populer ketimbang cerita pendek.

Karena alasan itulah hobi baru saya muncul. Tapi jangan khawatir, saya tetap hobi menulis dan mengajar menulis, kok. Hanya saja, di dalam hati saya, lambat laun rasa cinta mengekspresikan diri lewat video semakin hari semakin tumbuh. Itu saja.

Saling Melengkapi

Saya, orangnya memang suka mencari tantangan baru. Termasuk dalam urusan membuat video. Bukan apa-apa. Kata orang bijak, kita mesti menuntut ilmu hingga tiba saatnya masuk ke dalam liang lahat.

Bagi saya, meracik video tidak ubahnya menuntut ilmu dan mengasah kemampuan. Dari membuat video, sedikit demi sedikit kemampuan saya mengambil, merekam, dan mengedit video kian terasah.

Lagipula, yang diuntungkan, kan, saya sendiri. Semakin jago edit video, semakin jago pula mengekspresikan karya dalam bentuk video. Jujur saja, kemampuan ini tidak banyak dimiliki oleh pekerja kantoran seperti saya. Kata bos saya dulu, sedikit berbeda akan lebih baik daripada sedikit lebih baik.

Bukan berarti saya jago, loh, ya. Cuma hobi saja. Saya masih cupu, kok.

Tapi ingat, perasaan masih cupu tadi membuat saya terus mendalami teknik membuat video yang keren. Perasaan tidak merasa jago itu pula yang membuat saya tetap haus akan ilmu mengedit video.

Lagipula, membuat video tidak akan menghilangkan kemampuan menulis yang telah saya pupuk, kok. Justru, menurut pandangan saya, itu saling melengkapi.

Saya beri satu contoh, ya. Puisi, misalnya. Ekspresi saya berpuisi tidak lagi terbatas pada tulisan. Saya bisa membuat video puisi, sehingga puisi itu bisa lebih diresapi dan dimaknai ketimbang hanya berbentuk tulisan.

Karya saya berjudul Telaga Cinta di Mata Nabi adalah contohnya. Setelah ditulis, puisi ini saya buat dalam bentuk video juga. Silakan tonton videonya di bawah ini.


Contoh lainnya ada pada anggitan saya berjudul Pelangi di Sudut Kala. Lagi-lagi, setelah rampung saya tulis, puisi ini juga saya buat dalam bentuk video singkat.

Supaya penonton tidak hanya bisa menikmati karya saya dalam bentuk kata-kata, melainkan pula dalam bentuk sinema. Silakan tonton videonya di bawah ini.


Nah, kalau kebetulan tengah dirundung bosan membuat puisi, saya juga kerap membuat video bertema iseng-iseng. Seperti misalnya video singkat perjalanan saya ke Balikpapan tempo hari.

Daripada hanya memenuhi kapasitas memori ponsel, lebih baik saya rajut menjadi video singkat. Supaya abadi dalam galeri Instagram. Kalau kebetulan rindu, jadi bisa buka-buka lagi di kemudian hari.

Ini videonya.


Video singkat juga menunjang saya dalam urusan mengajar menulis. Selesai mengajar, akhir-akhir ini saya juga rajin membuat video singkat. Isinya penggalan video saat saya mengajar. Siapa tahu ilmunya dibutuhkan oleh orang yang kebetulan tidak mengikuti pelatihan. Iya, kan?

Ini contohnya.


Tidak hanya sekali-dua kali, video mengajar yang saya unggah di akun Instagram ada berbagai rupa. Contoh lainnya bisa Anda putar dengan cara mengeklik tombol Play yang ada di bawah ini.

Bagaimana? Keren, kan?

Tirai Penutup

Dari pengalaman yang telah saya uraikan di atas, saya mengambil satu kesimpulan. Ternyata menulis dan membuat video itu bisa saling mendukung dan saling melengkapi. Tidak ada yang bertentangan di antara dua kemampuan tersebut.

Ketika kemampuan menulis dibarengi dengan keahlian meracik video, sudah barang tentu spektrum berekspresi dan berkarya akan jauh lebih luas. Minimal, orang yang jago menulis akan lebih teliti ketika membuat subtitle dalam video. Iya, kan?

Begitu pula sebaliknya. Seseorang yang jago membuat video dan menulis akan punya wawasan yang lebih luas ketimbang orang yang hanya jago membuat tulisan. Keluasan wawasan itulah yang bisa meningkatkan kualitas karya tulis seseorang.

Sekarang, pilihannya ada pada Anda. Apakah sudi bersusah-payah belajar membuat video? Kalau pertanyaan itu diajukan kepada saya, maka dengan sangat yakin akan saya jawab, “Iya.” [Adhi]

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun