Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Penulis

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sekotak Nasi untuk Para Pewujud Mimpi

20 April 2023   21:30 Diperbarui: 20 April 2023   21:34 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekotak Nasi untuk Para Pewujud Mimpi
Berbuka bersama dengan anak-anak yatim. Hemat tapi tetap nikmat. (sumber: dokumentasi pribadi)

Sorot mata tak berdosa itu jatuh tepat di hadapanku. Ia tersenyum, tersipu malu. Aku tersenyum balik seraya membetulkan posisi kacamata.

Sesekali ia melirik ke arah jam dinding. Menanti kumandang azan Magrib dari masjid sebelah. Jari-jarinya sibuk membuka-tutup kotak nasi yang ada di hadapannya. Seakan tak sabar untuk segera berbuka.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara azan.

AllahuakbarAllahuakbar ….

Sorak gembira kontan memenuhi isi ruangan. Dengan terburu-buru ia buka tutup botol air mineral, kemudian meneguk isinya. Parasnya mengisyaratkan rasa lega.

Usai berdoa bersama, kami pun berbuka puasa. Menunya nasi kotak sederhana. Harganya tidak seberapa, tetapi sarat akan makna. Sebab dari sekotak nasi itu, kami bisa berbagi sukacita dengan anak-anak yatim yang penuh sahaja.

Dalam kurun waktu lima menit saja, kotak nasi itu ludes tak bersisa. Sambil mengucap syukur, dalam hati, aku tersenyum bahagia.

***

Hari ini aku memang sengaja berbuka dengan anak-anak yatim. Setelah niat itu tertunda selama tiga tahun terakhir gara-gara pandemi Covid-19, akhirnya hari ini kesampaian juga.

Bukan apa-apa. Ada perasaan bahagia yang tak terlukis dengan kata-kata saban kali berbuka bersama mereka. Ada sensasi yang tak tergambarkan dengan aksara tiap kali berbagi kebahagiaan bersama mereka.

Bagiku pribadi, agenda berbuka puasa bersama punya prioritas tertentu. Setelah pekan-pekan pertama wajib berbuka bersama istri, selanjutnya giliran rekan sekantor dan kawan sejawat.

Kelar dari sana, barulah berbuka bersama anak yatim. Bersama mereka yang membutuhkan uluran tangan dan bantuan kita.

Beruntung, Banjarmasin punya banyak yayasan dan lembaga yang menaungi anak yatim. Saya tinggal memilih salah satu di antaranya. Hari ini, aku memilih Yayasan Rumah Yatim sebagai lokasi berbagi tali kasih.

Organisasi yang bernama lengkap Yayasan Rumah Arroman Indonesia itu punya puluhan anak asuh di Banjarmasin. Jenjang pendidikannya mulai dari SD hingga SMA. Di sekolahnya, banyak di antara mereka yang berprestasi.

Teteh, pengasuh anak yatim, tengah bercerita. (sumber: dokumentasi pribadi)
Teteh, pengasuh anak yatim, tengah bercerita. (sumber: dokumentasi pribadi)

Teteh, pengasuh anak yatim yang menemani kami, memulai cerita. Katanya, warga Banjarmasin tergolong murah hati. Tidak sulit mencari dan menghimpun donasi untuk menyekolahkan anak-anak yatim. Sehingga yayasan tinggal berfokus memastikan kualitas pendidikannya saja.

Mendengar pernyataan itu, hati kecil saya mengucap syukur. Alhamdulillah.

Hari ini, Teteh mengajak 15 orang anak asuhnya untuk berbuka puasa bersama kami. Sebagian lagi sudah ada janji buka bersama dengan sebuah perusahaan. Jadilah tinggal kami di kantor yayasan yang juga difungsikan sebagai rumah tinggal bagi sebagian anak asuh.

Menunya sederhana. Nasi ayam tahu tempe goreng plus lalapan, dibungkus pakai kotak. Harga per porsinya hanya dua puluh enam ribu perak. Kami beli 25 kotak untuk berjaga-jaga. Ditambah sekarton air mineral seharga Rp25.000. Jadi, total biaya Rp675.000 saja.

Dengan biaya tak seberapa, kami bisa berbuka puasa bersama anak-anak yatim. (sumber: dokumentasi pribadi)
Dengan biaya tak seberapa, kami bisa berbuka puasa bersama anak-anak yatim. (sumber: dokumentasi pribadi)

Dengan biaya segitu kita sudah bisa berbagi kebahagiaan bersama belasan anak yatim yang membutuhkan uluran tangan. Biaya makan untuk kami sendiri selaku donatur sudah termasuk di dalamnya.

Sekarang, kita bandingkan dengan biaya buka puasa bersama teman-teman. Katakanlah di kafe atau restoran. Paling banter cukup untuk lima sampai enam orang. Kadang-kadang kurang, malah.

Pewujud Mimpi

Pertanyaan berikutnya. Apakah menu nasi kotak itu enak?

Tentu saja, iya. Buat kami yang berpuasa sehari penuh, menu apa saja terlihat enak dan lezat. Jangankan ayam goreng, kalau buka puasa, gorengan tahu saja terasa sangat menggugah selera dan menggiurkan.

Namun demikian, rasa nikmat itu sejatinya bukan terletak pada rasa. Melainkan perasaan bahagia. Benar kata orang bijak, orang yang berbagi pasti tidak akan pernah merugi. Dengan berbagi, sebenarnya kita tengah berupaya melahirkan kebahagiaan untuk diri sendiri.

Lagipula, Islam mengajarkan kita untuk berbagi. Karena dengan berbagi, apalagi dilandasi dengan niat yang ikhlas, itu akan meringankan kita ketika mengikuti sidang hisab di akhirat kelak.

Selain itu, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Turmudzi, Nabi mengatakan ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak. Mereka adalah imam yang adil, orang yang berpuasa ketika berbuka, dan doa orang yang dizalimi.

Dari hadis itu kita bisa mengambil peluang. Dengan berbuka bersama anak yatim, kita bisa meminta didoakan. Titip doa, istilahnya. Apalagi mereka baru saja berbuka puasa. Dengan hati yang suci, atas izin Sang Maha Pengabul Doa, tentu munajat kita akan terkabul.

Dengan berbagi, kita bisa berharap mustajab doa dari anak-anak yatim. (sumber: dokumentasi pribadi)
Dengan berbagi, kita bisa berharap mustajab doa dari anak-anak yatim. (sumber: dokumentasi pribadi)

Teteh melanjutkan bercerita, selama bulan Ramadan, selepas tarawih, anak-anak yatim memang diwajibkan untuk melaksanakan doa bersama. Pada momen itulah doa-doa dari para donatur akan dipanjatkan.

Teteh kemudian menyodorkan saya secarik kertas. Katanya, siapa tahu ada doa yang ingin dititipkan. Supaya dibacakan oleh anak-anak asuh selepas tarawih nanti.

Saya pun tersenyum malu. Niat saya setelah berbagi memang minta didoakan. Siapa tahu dari bibir suci anak yatim-lah doa saya dikabulkan Tuhan. Tidak ada salahnya, kan?

Sejurus kemudian, saya menulis secara rinci beberapa munajat yang selama ini hanya bisa dipendam dalam hati. Sebab kata orang, doa itu harus rinci. Apa persisnya, tentu tidak akan saya ceritakan di sini.

Yang jelas, saya sangat percaya bahwa anak yatim memang pewujud mimpi. Saya pribadi pernah merasakannya. Ketika saya bertugas di Jakarta, saya titip doa kepada anak yatim supaya pindah tugas ke daerah. Benar saja, setahun berselang, saya dimutasi ke Medan.

Bukber Hemat, Tetap Nikmat

Dari artikel ini Anda sudah bisa menduga. Jika Anda bertanya kepada saya, bagaimana cara saya bukber hemat tapi tetap nikmat? Jawabannya adalah berbuka puasa bersama anak-anak yatim.

Hemat karena biaya yang dikeluarkan terjangkau. Nikmat karena bisa berbagi kebahagiaan kepada mereka yang membutuhkan. Ada bonus didoakan, pula! Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?

Di tengah asyik bercengkerama, tiba-tiba terdengar kumandang azan Isya. Saatnya pulang ke rumah untuk menunaikan ibadah malam Ramadan.

Memberikan salam tempel kepada anak-anak yatim. (sumber: dokumentasi pribadi)
Memberikan salam tempel kepada anak-anak yatim. (sumber: dokumentasi pribadi)

Tapi sebelum angkat kaki, kami sempatkan diri memberikan salam tempel. Supaya anak-anak punya uang saku untuk jajan atau ditabung. Siapa tahu ada yang butuh baju baru untuk dikenakan saat Lebaran nanti.

Sambil bersalam-salaman, saya sempatkan mengusap kepala mereka satu per satu. Seraya memberi pesan, “Jangan lupa, uangnya ditabung untuk membeli kebutuhan, ya!”

Tanpa bersuara, mereka tersenyum. Bagi kami pribadi, tiada kata yang sanggup menggambarkan senyum mereka. Dengan berbagi sekotak nasi kepada para pewujud mimpi, kami merasa bahagia. [Adhi]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun