Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/
Sehat Finansial Tanpa Pinjol Ilegal
Utang terjadi lantaran kondisi "besar pasak daripada tiang". Dengan kata lain, pemasukan atau penghasilan yang kita miliki tidak cukup untuk menutupi pengeluaran atau biaya yang kita keluarkan.
Oleh sebab itu, seseorang yang mempraktikkan prinsip bijak finansial akan selalu menghindari kondisi tersebut. Caranya cuma ada dua: meningkatkan pendapatan, atau menekan pengeluaran. Tidak ada jalan lain.
Di antara kedua cara tadi, berdasarkan pengalaman pribadi yang telah saya bagikan lewat artikel bertajuk "Setahun Bebas Utang, Apa Rasanya?", cara kedua alias menekan pengeluaran akan selalu jauh lebih mudah ditempuh ketimbang cara pertama. Resepnya sederhana: selalu mencatat segala biaya yang kita keluarkan.
Dari catatan tadi, kita akan memperoleh riwayat keuangan pribadi. Sekarang, pilah dengan seksama dan ekstra hati-hati. Di antara pengeluaran tadi, mana yang bersifat kebutuhan, mana yang bersifat keinginan.
Yang perlu kita reduksi besar-besaran adalah pengeluaran yang bersifat keinginan. Pada umumnya, biaya-biaya ini berisi daftar ke-BM-an kita akan sesuatu. Tanpa itu semua, percayalah, kita bisa melanjutkan hidup dan aktivitas sehari-hari.
Mula-mula memang terasa sulit. Tapi yakinkan dalam hati, dengan bersungguh-sungguh dan determinasi tinggi, lambat laun kita akan terbiasa menekan pengeluaran dan terhindar dari jeratan utang.
Ada rumus sederhana yang bisa kita praktikkan saat menekan pengeluaran. Jika tertarik membeli suatu barang, tahan dulu selama tujuh hari. Jika barang masuk ke dalam barisan "keinginan", biasanya hasrat membeli akan surut.
Dengan kata lain, menunda keinginan. Boleh-boleh saja membeli barang yang diinginkan, asalkan dana di tabungan sudah mencukupi. Jangan sebaliknya, beli sekarang bayarnya gimana entar.
Lagipula, Ramadan menjadi ujian bagi kita untuk menahan hawa nafsu. Keinginan membeli barang atau jasa di luar kemampuan adalah salah satu hawa nafsu yang perlu dilawan.
Sebaliknya, jadikan Ramadan sebagai momentum untuk menyehatkan kemampuan finansial. Biaya makan sudah pasti berkurang, dan sisanya bisa ditabung untuk memenuhi kebutuhan masa depan.