Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Penulis

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sehat Finansial Tanpa Pinjol Ilegal

19 Maret 2024   22:53 Diperbarui: 19 Maret 2024   22:56 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sehat Finansial Tanpa Pinjol Ilegal
Finansial jauh lebih sehat tanpa jeratan pinjol ilegal. Sumber: Pixabay/Pexels

Utang terjadi lantaran kondisi "besar pasak daripada tiang". Dengan kata lain, pemasukan atau penghasilan yang kita miliki tidak cukup untuk menutupi pengeluaran atau biaya yang kita keluarkan.

Oleh sebab itu, seseorang yang mempraktikkan prinsip bijak finansial akan selalu menghindari kondisi tersebut. Caranya cuma ada dua: meningkatkan pendapatan, atau menekan pengeluaran. Tidak ada jalan lain.

Di antara kedua cara tadi, berdasarkan pengalaman pribadi yang telah saya bagikan lewat artikel bertajuk "Setahun Bebas Utang, Apa Rasanya?", cara kedua alias menekan pengeluaran akan selalu jauh lebih mudah ditempuh ketimbang cara pertama. Resepnya sederhana: selalu mencatat segala biaya yang kita keluarkan.

Dari catatan tadi, kita akan memperoleh riwayat keuangan pribadi. Sekarang, pilah dengan seksama dan ekstra hati-hati. Di antara pengeluaran tadi, mana yang bersifat kebutuhan, mana yang bersifat keinginan.

Mencatat pengeluaran bagian dari prinsip bijak finansial. Sumber: Pixabay/TheDigitalWay
Mencatat pengeluaran bagian dari prinsip bijak finansial. Sumber: Pixabay/TheDigitalWay

Yang perlu kita reduksi besar-besaran adalah pengeluaran yang bersifat keinginan. Pada umumnya, biaya-biaya ini berisi daftar ke-BM-an kita akan sesuatu. Tanpa itu semua, percayalah, kita bisa melanjutkan hidup dan aktivitas sehari-hari.

Mula-mula memang terasa sulit. Tapi yakinkan dalam hati, dengan bersungguh-sungguh dan determinasi tinggi, lambat laun kita akan terbiasa menekan pengeluaran dan terhindar dari jeratan utang.

Ada rumus sederhana yang bisa kita praktikkan saat menekan pengeluaran. Jika tertarik membeli suatu barang, tahan dulu selama tujuh hari. Jika barang masuk ke dalam barisan "keinginan", biasanya hasrat membeli akan surut.

Dengan kata lain, menunda keinginan. Boleh-boleh saja membeli barang yang diinginkan, asalkan dana di tabungan sudah mencukupi. Jangan sebaliknya, beli sekarang bayarnya gimana entar.

Lagipula, Ramadan menjadi ujian bagi kita untuk menahan hawa nafsu. Keinginan membeli barang atau jasa di luar kemampuan adalah salah satu hawa nafsu yang perlu dilawan.

Sebaliknya, jadikan Ramadan sebagai momentum untuk menyehatkan kemampuan finansial. Biaya makan sudah pasti berkurang, dan sisanya bisa ditabung untuk memenuhi kebutuhan masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun