Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Penulis

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menggapai Keseimbangan di Bulan Ramadan

23 Maret 2024   23:05 Diperbarui: 23 Maret 2024   23:12 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggapai Keseimbangan di Bulan Ramadan
Hidup yang seimbang akan membuat hati bahagia. Sumber: dokumentasi pribadi.

Kita terbiasa mendengar atau membaca bahwa perusahaan atau pemberi kerja seringkali menerapkan aturan jam kerja berbeda saat bulan Ramadan. Pada umumnya, kebijakan itu diberlakukan untuk memberi kesempatan bagi karyawan berbuka bersama keluarga sekaligus beribadah di bulan puasa.

Sebagai amsal, jam kerja seorang abdi negara di bulan puasa bergeser, menjadi pukul 08.00 hingga 15.00 waktu setempat. Aturan itu terangkum dalam Perpres No.21 Tahun 2023 tentang Hari dan Jam Kerja Instansi Pemerintah dan Pegawai Aparatur Sipil Negara.

Gara-gara aturan ini, jarang sekali kita temukan pegawai bekerja lembur selama Ramadan. Begitu masuk pukul tiga, semuanya bergegas pulang ke rumah supaya tidak kelewatan agenda berbuka puasa bersama keluarga atau kolega.

Dari sisi pekerja, aturan ini ibarat durian runtuh. Oleh karenanya, perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena esensi dari aturan ini adalah memberi titik keseimbangan dalam bekerja selama bulan Ramadan.

Bekerja juga perlu seimbang, jangan berlebih-lebihan. Sumber: Pixabay/geralt.
Bekerja juga perlu seimbang, jangan berlebih-lebihan. Sumber: Pixabay/geralt.

Meskipun begitu, tolong jangan disalahartikan. Saatnya bekerja, ya, kita harus fokus bekerja. Kendati harus menahan rasa haus dan lapar, pekerjaan tetap yang paling utama. Bukan malah menghilang dan tidur-tiduran di musala dengan alasan puasa.

Lagipula, jika pekerjaan dilakukan dengan baik dan diniatkan semata-mata untuk mencari nafkah, itu sudah bernilai ibadah. Esensi itulah yang bisa kita temukan saat membaca firman Tuhan pada Surat An-Naba ayat ke-11.

Bahkan, sebuah penelitian dari Texas A&M University menghasilkan kesimpulan yang di luar dugaan. Menurutnya, empat hari kerja dalam seminggu akan lebih efektif bagi para pekerja ketimbang lima hari kerja dalam seminggu.

Menteri BUMN Erick Thohir bahkan mewacanakan empat hari kerja seminggu bagi karyawan pelat merah sebagai bagian dari upaya transformasi yang diusung Kementerian BUMN. Menurutnya, kesehatan mental pekerja muda itu sangat penting.

Yang patut disayangkan adalah mengapa aturan ini hanya berlaku saat bulan puasa? Kalau semisal efeknya dirasa baik dan optimal untuk para pekerja, semestinya beleid ini juga berlaku untuk hari-hari biasa.

Saya membayangkan, dengan perkembangan teknologi digital yang kian pesat, semestinya aturan itu bisa berlaku kapan saja. Selain memberi keluangan waktu dalam bekerja, manfaatnya juga bisa menjaga kesehatan mental para pekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun