Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Penulis

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menggapai Keseimbangan di Bulan Ramadan

23 Maret 2024   23:05 Diperbarui: 23 Maret 2024   23:12 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggapai Keseimbangan di Bulan Ramadan
Hidup yang seimbang akan membuat hati bahagia. Sumber: dokumentasi pribadi.

Salat tarawih di bulan puasa juga mengajarkan kita untuk menunaikan salat malam. Usai terbiasa sebulan penuh bertarawih, seyogianya salat malam akan terus kita kerjakan di bulan-bulan lainnya. Menjaga keseimbangan hidup dari sisi rohani.

Di bulan Ramadan, esensi beribadah tersaji setiap hari. Tinggal pertanyaannya, apakah kita mau berpikir dan merenung bahwa ibadah berperan sebagai fondasi kehidupan? Fondasi yang akan mengantarkan kita meraih keseimbangan hidup yang hakiki.

Seimbang dalam Bertamasya

Ramadan selalu diikuti dengan Idulfitri. Hari kemenangan yang tidak hanya dirayakan oleh umat muslim, tetapi juga umat beragama di seluruh Nusantara. Buktinya, pemerintah selalu menetapkan tanggal cuti bersama lebaran yang berlaku bagi seluruh lapisan masyarakat.

Idulfitri mengajarkan kita agar tetap memberi ruang untuk bersenang-senang. Saat lebaran, kita rela jauh-jauh mudik ke kampung halaman untuk bertemu keluarga dan handai taulan. Semuanya untuk meraih rasa bahagia dalam jiwa.

Idulfitri juga mengajarkan kita untuk rehat sejenak dari segala perkara yang berkaitan dengan pekerjaan. Setelah sebelas bulan bekerja, boleh jadi pikiran sudah mampat lagi penat.

Libur lebaran memberi kelonggaran waktu untuk bertamasya. Supaya pikiran kembali segar dan badan kian bugar, sebelum kembali melanjutkan aktivitas sehari-hari. Inilah yang namanya seimbang dalam hidup.

Bertamasya juga dibutuhkan untuk menggapai titik keseimbangan dalam hidup. Sumber: dokumentasi pribadi.
Bertamasya juga dibutuhkan untuk menggapai titik keseimbangan dalam hidup. Sumber: dokumentasi pribadi.

Pekerja yang cerdas akan memanfaatkan libur lebaran dengan optimal. Kalau perlu, jauh-jauh hari sudah memesan tiket mudik dan liburan supaya tidak kehabisan. Mereka akan melihat kembali daftar tujuan berlibur dan berupaya mewujudkannya saat lebaran.

Dalam Islam, Idulfitri memang diposisikan sebagai hari raya. Setiap umat muslim dilarang berpuasa, untuk menegaskan bahwa memang inilah hari "pesta pora". Pesta yang dimaksud di sini tentu saja bukan berarti bisa melakukan apa saja seenak udel. Tetap berada dalam koridor syariat agama dan taat terhadap perintah-Nya.

Setelah sebulan penuh berpuasa, Idulfitri menjadi momen untuk bergembira. Bisa makan minum di siang hari rasanya begitu membahagiakan jiwa. Dan lagi-lagi, inilah esensi hidup yang seimbang sesuai ajaran agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun