Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Penulis

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menguak Sejarah Kota Kembang Sambil Menanti Azan

27 Maret 2024   22:52 Diperbarui: 27 Maret 2024   22:55 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menguak Sejarah Kota Kembang Sambil Menanti Azan
Kota Kembang punya sejarah panjang yang menarik untuk diungkap. Sumber: dokumentasi pribadi.

Kritik dan Keunggulan

Tidak ada gading yang tak retak. Sekeren atau sebagus apa pun buku, jika kita baca sungguh-sungguh dan mendalam, pasti selalu menyisakan ruang kritik bagi pembaca. Tidak terkecuali dengan buku ini.

Usai membaca dengan seksama, ada dua kritik yang bisa disematkan dalam buku yang terbit pada 2020 ini.

Pertama, dari sisi substansi, secuil keping sejarah penting seakan hilang karena ketiadaan pembahasan soal peran Bank Indonesia dalam mengatasi dampak krisis moneter 1997/98.

Saya berpendapat, upaya Bank Indonesia memberdayakan pelaku UMKM, seperti diuraikan pada halaman 188 hingga 197, bisa dikaitkan dengan peristiwa krisis moneter, mengingat UMKM adalah penyelamat ekonomi nasional saat itu, termasuk di Bandung.

Kedua, dari sisi teknik penulisan, masih banyak paragraf yang terlalu panjang. Contohnya di halaman 19, di sub-bab "perkembangan bandung hingga awal abad ke-20". Satu paragraf terdiri hingga 35 baris dan 2 halaman.

Saya berpandangan, supaya pembaca tidak gampang lelah ketika membaca, sebaiknya satu paragraf maksimal 5 hingga 7 baris saja.

Secara umum, buku ini dapat melengkapi koleksi sejarah pembangunan kota. Seperti The City in History karya Lewis Mumford (1961) atau Membangun Peradaban Kota karya Nirwono Joga (2018).

Meski demikian, buku Geliat Kota Bandung: Dari Kota Tradisional Menuju Modern unggul dari sisi kedalaman spektrum ekonomi dan historiografi. Juga sarat ilustrasi, hingga kaya akan acuan karena didukung tidak kurang dari 104 referensi.

Akhir kata, buku ini dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Mulai dari sejarawan, arsitek, peneliti, akademisi, ekonom, hingga pemangku kepentingan.

Kendati fokus buku ini menyoroti sejarah Kota Bandung, tetapi nilai-nilai historis yang terkandung di dalamnya juga dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan arah pembangunan masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun