Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Guru

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Makna Ramadan Tradisi Ngalap Berkah di Bulan Puasa

1 April 2023   03:30 Diperbarui: 1 April 2023   04:03 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makna Ramadan Tradisi Ngalap Berkah di Bulan Puasa
Ilustrasi berbagi berkah di bulan Ramadan (sumber: pondoktremas.com)

Ngalap berkah dalam istilah Jawa juga dikenal sebagai kegiatan mengharap berkah. Dari berbagai sumber, khususnya pada bulan-bulan yang dianggap penting dalam menjalankan syariat agama. Misal, Ramadan, maka ngalap berkah dapat diidentikan sebagai kegiatan mengharap berkah di bulan Ramadan, yang penuh dengan hikmah.

Baik yang bertujuan mencari kautamaan ibadah, ataupun pahala yang berangkat dari sedekah. Semua dapat dilakukan, dengan berbekal niat ibadah karena Allah SWT. Tidak lain karena pada bulan Ramadan, pahala yang akan didapat berlipat-lipat kali besarannya. Ini sesuai dengan hadist sahih yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi.

Dari Anas r.a dikatakan, "wahai Rasulullah SAW, shodaqoh apa yang nilainya paling utama? Nabi SAW menjawab, shodaqoh di dalam bulan Ramadan". Hal ini tentu saja sangat berkaitan dengan surah Ali Imron ayat 180, yang menyebutkan bahwa sifat bakhil atau pelit sangat dibenci oleh Allah SWT.

Nah, dari latar belakang inilah, sejak proses perkembangan Islam di Indonesia kemudian dijadikan salah satu metode dakwah yang paling baik. Bahkan pada masa awal Muhammadiyah berdiri, metode ini juga dipakai oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam proses dakwah Muhammadiyah terhadap lingkungan sosialnya.

Aspek yang sejatinya dapat diraih oleh setiap umat Islam dengan mudah. Asal ada niat lillahi ta'ala. Pada hakikatnya, kautamaan sedekah menyimpan berbagai rahasia yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. Lantaran ada firman Allah SWT yang menegaskan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

Di Jogjakarta, hal ini kemudian berkembang menjadi sebuah tradisi yang dinamakan dengan istilah Apeman. Dimana masyarakat kerap membuat makanan sajian jelang puasa, berupa kolak, ketan, dan apem. Tujuannya ya dibagi-bagikan kepada tetangga, atau kepada masyarakat sekitar lainnya. Atau ada istilah lainnya, seperti Megengan, dengan maksud yang kiranya sama.

Kebiasaan yang terjadi dalam menyambut bulan Ramadan itu biasanya pun terus dilakukan selama puasa berlangsung. Berbagi hidangan buka puasa dengan tetangga, atau dengan kerabat, bahkan kepada orang yang tidak mampu, sudah menjadi tradisi yang penuh dengan makna positif.

Artinya, bahwa Ngalap Berkah adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam ritus ibadah masyarakat Indonesia khususnya. Pada masyarakat Betawi juga dikenal dengan istilah Nyorog, di Minang ada Malamang, dan di Aceh ada Meugang. Semua tidaklah dapat dipisahkan dari pembiasaan berbagi dengan sesama.

Bahkan sejak masa dakwah Sunan Kudus, sudah ada istilah Dandangan, yang diidentifikasi sebagai kegiatan sosial menjelang puasa. Ragam bentuknya walau berbeda pada setiap daerah, namun memiliki unsur yang sama. Khazanah budaya Indonesia yang kental dengan tradisinya tentu memiliki hikmahnya masing-masing dalam berbagai tujuannya.

Satu hal yang menjadi bentuk kesadaran sosial kolektif yang kiranya dapat saling memberi semangat dalam menjalankan ibadah puasa. Jadi, seolah ada pembiasaan yang hadir secara naluriah, selain dari tujuan beribadah kepada Allah SWT. Berbagi di bulan Ramadan adalah hal utama, yang dianggap sebagai penyempurna layaknya zakat fitrah pada puncaknya (Idul Fitri).

Bukanlah hal yang baru, yang hanya dilakukan pada bulan Ramadan. Tetapi menjadi pembiasaan diri, sebagai manusia yang sudah sejatinya merupakan makhluk sosial. Saling membutuhkan, saling berbagi, saling mengasihi, dan toleran dengan sesamanya. Karena banyak ditemui, bahwa kegiatan positif ini juga kerap melibatkan penganut agama lainnya.

Sebagai kisah pribadi, yang merasakan suasana Ramadan di perantauan. Ibu kos yang kebetulan beda keyakinan, kerap membelikan semangkuk es buah untuk menu berbuka bagi kita yang tengah menjalankan ibadah puasa. Kiranya demikian kisah ini dapat disajikan. Semoga dapat memberi kebaikan untuk kita semua.

Salam damai, terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun