Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)
Hari Raya Idul Fitri: Dari Habluminallah menuju Habluminannas
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamdu.
Gema takbir berkumandang bersahut-sahutan menandai berakhirnya bulan penuh berkah yaitu Ramadan.
Selama satu bulan penuh tepatnya di bulan Ramadan, kita digembleng dengan berbagai pendidikan yang meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Saat bulan Ramadan kita dianjurkan untuk menahan lapar dan haus, mengekang hawa nafsu, dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
Hal itu terlihat dari antusias umat muslim untuk melaksanakan shalat berjama'ah, melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran, bersedekah, dan meningkatkan amalan ibadah sunnah.
Aktifitas ibadah selama bulan Ramadan itu dilakukan tidak lain untuk meningkatkan ketaqwaan seorang hamba sehingga memiliki hubungan yang baik kepada Allah SWT.
Dalam arti lain, bulan Ramadan adalah perwujudan dari implementasi habluminallah (hubungan vertikal manusia dengan Allah SWT) untuk meraih ketaqwaan.
Sebaliknya, setalah bulan Ramadan berakhir dan ditandai dengan datangnya hari Raya Idul Fitri (1 syawal), maka ada perubahan konsep dari habluminallah ke habluminannas.
Kenapa?, karena ketika datang Hari Raya Idul Fitri (1 syawal). Orang-orang akan bersilaturahmi kepada sanak saudara, teman atau kerabat untuk saling bermaaf-maafan.
Implememntasi silaturahmi dan bermaaf-maafan itulah yang kemudian memunculkan konsep habluminannas (hubungan horizontal antar sesama manusia).
Lalu apa manfaat dari adanya konsep habluminannas ketika hari Raya Idul Fitri (1 syawal)?.