Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Guru

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Berbagi Berkah Ramadan, Menjadikan Filosofi Berbagi sebagai Gaya Hidup

17 Maret 2025   17:00 Diperbarui: 24 Maret 2025   10:06 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi Berkah Ramadan, Menjadikan Filosofi Berbagi sebagai Gaya Hidup
Ilustrasi Berbagi (Sumber: freepik.com)

Cahaya Berbagi di Bulan Penuh Berkah, Dari Hati ke Hati, Berkah ke Berkah

Ramadan datang seperti cahaya yang menyinari kegelapan, membawa keberkahan bagi setiap hati yang mau berbagi. Bukan hanya tentang memberi dalam bentuk materi, tetapi juga tentang menyampaikan cinta, kepedulian, dan keikhlasan.

Di dalam Islam, berbagi bukan sekadar kewajiban, tetapi sebuah filosofi hidup yang mengakar kuat. Rasulullah SAW bersabda:

"Orang yang memberi makan kepada seorang mukmin yang sedang berpuasa, maka ia akan memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun." (HR. Tirmidzi)

Kisah tentang berbagi selalu memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan. Di setiap sudut Ramadan, ada tangan-tangan yang saling menggenggam, ada hati yang saling terhubung, dan ada berkah yang terus mengalir dari satu insan ke insan lainnya.

Kisah Sepotong Roti yang Mengubah Hidup

Di sebuah kampung kecil, seorang ibu tua hidup dalam kesederhanaan. Setiap hari, ia menyiapkan sepanci bubur untuk dibagikan kepada siapa pun yang lewat di depan rumahnya. Ramadan menjadi momen yang paling dinantikan, karena ia bisa berbagi lebih banyak dengan tetangga dan anak-anak yatim.

Suatu hari, seorang pemuda miskin datang dengan perut kosong. Dengan senyum hangat, si ibu menyerahkan sepotong roti terakhir yang ia miliki. "Makanlah, Nak. Semoga Allah memberimu rezeki yang lebih luas."

Bertahun-tahun kemudian, pemuda itu kembali sebagai seorang saudagar sukses. Ia membangun rumah makan gratis untuk fakir miskin di kampungnya, terinspirasi oleh kebaikan sang ibu. "Sepotong roti itu telah menyelamatkan saya, dan sekarang saya ingin meneruskan berkah itu," katanya.

Kisah ini mengajarkan bahwa berbagi tidak pernah berakhir di satu titik. Dari satu hati ke hati yang lain, dari satu berkah ke berkah yang lebih besar, filosofi berbagi terus mengalir dan menyebarkan kebaikan.

Filosofi Berbagi: Bukan Sekadar Memberi, Tapi Menyebarkan Cinta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

26 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

MYSTERY CHALLENGE

Instagram Reels
Reportase Kondisi Pasar Jelang Lebaran

blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 24 
27 Mar 2025

Cerita Mudik

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 25
28 Mar 2025

Suka Duka Menyiapkan Sajian Idul Fitri

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 26
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun