Nur Budi
Nur Budi Lainnya

"Dialah yg menjadikan utk kamu bumi yg mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu kembali stlh dibangkitkan" (QS Al-Mulk : 15)

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Kajian Ramadhan: Hati Lebih Sehat dengan Amal Shaleh yang Kuat

19 April 2021   16:01 Diperbarui: 19 April 2021   17:30 1904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kajian Ramadhan: Hati Lebih Sehat dengan Amal Shaleh yang Kuat
Leaflet Kajian Ramadhan Minggu Kedua / dokpri

Ramadhan tahun 1442 H ini merupakan ramadhan ke-2 di tengah masa Pandemi Covid-19. Dan sebagaimana Ramadhan tahun lalu, ngaji ala komunitas  Gembul tetap rutin dilakukan. Bahkan saat ini kajian diselenggarakan mingguan setiap Ahad meski hanya bisa melalui aplikasi zoom meeting.

Kajian Ramadhan tahun 1442 H mengangkat tema besar : “Mendefinisikan kembali makna SEHAT scr KAFFAH (Sehat secara fisik, sehat secara mental, sehat  sosial dan sehat finansial)"

Seri diskusi pertama yang merupakan kajian jelang Ramadhan, sohib saya yang tinggal di Malang, Jawa Timur, Mas Sunardi Siswodiharjo menyampaikan materi “Diet dan Kesalahan Mindset”. Beliau mengulas perilaku diet orang kebanyakan dengan segala kesalahkaprahannya serta memberikan tips tentang diet sehat yang semestinya dilakukan.

Nah, pada seri diskusi yang kedua pada tanggal 18 April 2021 kemarin, giliran saya menjadi moderator dengan Ustadz Mustain, S. Ag, M. Si sebagai pemateri. Ustads Tain, demikian biasa karib saya ini dipanggil, saat ini berdinas sebagai Kepala Kantor Urusan Agama di Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Madura, Jatim. 

Beliau teman kecil saya dari Bantul, Jogjakarta. Rumah kami berdekatan, masih satu desa, kalau saya di kulon Pasar Jodog, Kang Tain ini kidul Pasar Jodog. Masa kecil Kang Tain sebagaimana lazimnya tradisi putera Nahdliyin, banyak dihabiskan dengan menimba ilmu di beberapa pesantren. Saat muda, kami sama-sama aktifis. Kalau saya banyak aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah, kang Tain aktif di organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama.

Sub tema yang diangkat Kang Tain pada seri diskusi ini adalah “Hati lebih sehat dengan amal sholeh yang kuat”.

Beliau memulai paparan dengan mengajak kita untuk mengosongkan hati dari segala bentuk  penyakit hati. Jadi kita harus membuang sifat-sifat buruk kita atau penyakit-penyakit hati kita. Ada beberapa penyakit hati yang menyertai dalam kita beramal.

Yang pertama, takabur atau sombong, merasa dirinya paling baik. Takabur ini merupakan dosa warisan yang tumbuh sejak penciptaan manusia pertama. Pertama kali ajaran iblis adalah takabur ini. Iblis tidak mau sujud dalam arti menghormat kepada Nabi Adam As karena takabur. Takaburnya Iblis adalah saat ia berkata, “Saya ini lebih mulia karena saya tecipta dari api, sedangkan Adam dari tanah. Ini merupakan salah satu arogansi iblis yang kemudian sikap ini diwariskan kepada umat manusia.

Oleh karenanya Allah SWT mengingatkan kita dalam Surah Al Isra : 37

وَلَا تَمۡشِ فِى الۡاَرۡضِ مَرَحًا‌ ۚ اِنَّكَ لَنۡ تَخۡرِقَ الۡاَرۡضَ وَلَنۡ تَبۡلُغَ الۡجِبَالَ طُوۡلًا

Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung”.

Ustad Tain mengatakan  bahwa kita wajib berusaha untuk menjadi yang terbaik, tapi tidak boleh merasa sebagai orang yang paling baik.

Penyakit hati yang kedua adalah riya atau suka pamer. Kita beramal hanya ingin untuk diketahui oleh orang lain. Ini juga bisa membatalkan amalan kita, misalnya kita sodaqoh tetapi jika kita pamerkan-pamerkan, maka akan menjadi riya. Dan itu akan membatalkan pahala sodaqoh

Firman Allah dalam QS Al Baqarah : 264

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُبۡطِلُوۡا صَدَقٰتِكُمۡ بِالۡمَنِّ وَالۡاَذٰىۙ كَالَّذِىۡ يُنۡفِقُ مَالَهٗ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ‌ؕ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلۡدًا ‌ؕ لَا يَقۡدِرُوۡنَ عَلٰى شَىۡءٍ مِّمَّا كَسَبُوۡا ‌ؕ وَاللّٰهُ لَا يَهۡدِى الۡقَوۡمَ الۡـكٰفِرِيۡنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir”.

Dan penyakit hati yang ketiga adalah Ujub atau selalu merasa lebih baik dari yang lain.

Ujub adalah suatu sifat yang suka membangga-banggakan diri atas apa yang ia miliki -meskipun kebanggaan ini tidak diperlihatkan kepada orang lain-, sementara apa yang ia miliki tersebut tidaklah ia sadari merupakan karunia Allah SWT. Ujub ini lebih halus dari pada riya maupu takabur, karena tidak dilisankan dan tidak dinampakkan pada orang lain. Meski hanya kita sendiri yang tahu, sifat ini menyebabkan amal kita menjadi tidak Lillah. Sifat ujub bisa merusak hati dan cenderung membuatnya sombong.

Itulah tiga sifat buruk yang merupakan penyakit hati yang selalu saja dapat menyertai amalan kita.

Kemudian ada sifat buruk lainnya yang tidak menyertai dalam kita beramal, tetapi justru dapat menahan, yaitu bakhil. Sifat ini yang dapat menghambat atau menahan untuk kita menjadi tidak beramal. Bakhil ini merupakan salah satu sifat yang dilarang Allah SWT sebagaimana tersurat dalam Ali Imran : 180

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۗ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلِلّٰهِ مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ࣖ

Dan janganlah sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”.

Nah, sifat sifat buruk yang merupakan penyakit hati ini harus kita buang atau kalau dalam tingkatan tasawuf disebut dengan Takholli, atau pengosongan. Setelah kita buang atau sambil berproses untuk membuang sifat buruk tersebut kemudian kita berhias diri yang dalam ilmu tasawuf namanya Tahalli, yaitu menghias diri dengan amal sholeh.

Sebagaimana hadits Nabi saw :

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ جُنْدُبِ بنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

 (اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ)

 رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ. وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ: حَسَنٌ صَحِيْحٌ

Artinya: Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu 'Abdirrahman Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada; iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Tirmidzi, ia mengatakan haditsnya itu hasan dalam sebagian naskah disebutkan bahwa hadits ini hasan shahih) [HR. Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan].

Artinya apa, jika kita tahu bahwa kita telah melakukan perbuatan dosa, maka bersegeralah disusuli dengan melakukan perbuatan baik. Jangan ditunda-tunda.

Hadits tersebut sejalan dengan firman Allah SWT dalam Quran Surat Hud : 114

وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَىِ النَّهَارِ وَزُلَـفًا مِّنَ الَّيۡلِ‌ ؕ اِنَّ الۡحَسَنٰتِ يُذۡهِبۡنَ السَّيِّاٰتِ ‌ؕ ذٰ لِكَ ذِكۡرٰى لِلذّٰكِرِيۡنَ

Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)”.

Dorongan untuk beramal saleh tertuang dalam quran Surat An Nahl : 97

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.

Kalau kita sudah berhasil menyingkirkan penyakit hati dan secara insting secara mudah bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk, dalam tingkatan tasawuf itu dinamakan Tajalli.

Segala sesuatu yang kita lakukan, berharapnya hanya kepada Allah SWT, mencari mardlatillah; keridlaan Allah.

Semoga kita selalu bisa terjaga untuk tetap dalam menjaga hati, agar sehat juga seluruh tubuh kita...

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika segumpal daging tersebut buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun