Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Administrasi

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bukber Hemat, No Boncos, No Food Waste

20 April 2023   22:15 Diperbarui: 20 April 2023   22:21 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukber Hemat, No Boncos, No Food Waste
Bukber dengan Sahabat (dok. Bukanbocahbiasa.com)

Heyy, kalian udah memutuskan mau ikut IdulFitri hari dan tanggal berapa? Apapun pilihan yang diambil, kita tetap bersaudaraaaa yah. Jangan sampai sibuk debat, apalagi kalau kita nggak paham ilmunya. Dahlah, ikuti hati nurani aja, mau pilih yang mana, dan nggak perlu komentarin pilihan orang lain, okaaayy?

Alih-alih berkomentar soal metode penetapan IdulFitri, saya justru ingin membahas seputar budaya Bukber alias Buka Bersama. Beughh, setelah "dikerangkeng" pandemic corona selama hampir 3 tahun, sepertinya kita memasuki fase "euphoria" lantaran bisa melakoni berbagai kegiatan massal di bulan Ramadan. 

Lihat saja, jelang jam buka puasa, resto/ kafe/ warung full house yooo! Pernah main ke mall di jam menjelang buka? Bagaimana perasaan Anda menyaksikan "lautan cendol manusia" yang ada di sana?

Nah, ini nih yang bikin acara Bukber jadi kontraproduktif. Semangat Ramadan untuk perbanyak munajat, ibadah dan bermohon pada Allah ta'ala, jadi kalah dengan sensasi buka bersama. 

Selain risiko tak bisa menunaikan sholat Maghrib, ada lagi nih permasalahan yang muncul manakala kita sering bukber. Apakah itu? Dompet sakaratul maut, cuyyy! Bayangin aja, untuk sekali Bukber, paling nggak kita kudu sedia budget minimal 100 ribu. Itu belum termasuk ongkos transport lho yaaaa. 

Apalagi kalau tinggal di kota Surabaya, yang mana transportasi umumnya tuh belum terintegrasi ala ibukota. Saya pernah nih, Bukber di tengah kota, untuk biaya makan sekitar 80 ribu/orang dan ongkos kendaraan online PP 100 ribu. Nah lhooo, hanya untuk kepentingan mengisi lambung aja, aku kudu mengikhlaskan duit 180 ribu!

Selesai? Beluuuumm. Masalah berikutnya hadir: Food Waste, alias menghambur-hamburkan makanan. Yap, ibadah puasa yang HARUSNYA jadi sarana Latihan untuk kendalikan hawa nafsu, termasuk nafsu makan, malah bertransformasi jadi ajang "lapar mata". Akibatnya, banyaaakk di antara kita yang pesan menu buka puasa secara barbar, lalu nggak habis, dan berujung food waste.

Pada 2021, The Economist Intelligence Unit merilis laporan yang menyebut bahwa Indonesia adalah negara penghasil sampah makanan (food loss and waste/FLW) terbesar kedua di dunia. Setiap orang disebut membuang sampah makanan hingga 300 kg setiap tahun! Bujubuneeenggg, 300 kg per tahun per orang! Jumlah yang sangat "spektakuler" ya kan?

Sooo, gimana nih TIPS supaya Bukber tetap bisa berlangsung lancar, membahagiakan, nggak bikin dompet kejang-kejang, juga tidak berujung food waste?

(1). Tentukan Lokasi yang Mudah Dijangkau oleh Semua Peserta Bukber

Coba diidentifikasi, kita ini mau bukber sama siapa aja? Mayoritas berangkat dari rumah atau kantor? Mana lokasi "paling tengah" untuk para peserta bukber? Apakah resto/ kafe yang kita booking ini ada akses kendaraan umum? Hal-hal seperti ini perlu jadi pertimbangan, karena gimanapun juga ongkos transportasi nggak bisa dibilang murah. Apalagi, kita rentan terjebak kemacetan di jam jelang buka puasa kan?

Setelah disepakati lokasi yang OK, ada tips lagi nih, supaya hemat di ongkos. Cari teman yang rutenya searah. Trus janjian deh buat berangkat atau pulang bareng pas bukber. Nanti ongkos BBM atau taxi online-nya bisa patungan kan? Mayaaannn *kekepin dompet* * biar ngirit*

(2). Pilih Menu Secukupnya dan Jangan FOMO

Jangan makan gengsi deh, kalo bukber! Kalau emang kita baru mampu beli menu kisaran 25ribu/orang, ya sudah... stick with the budget. Ga usah memaksakan diri, apalagi FOMO (fear of missing out). Kadang nih yaaa, kita tuh nyadar kalau kapasitas lambung enggak banyak. 

Tapiii, gegara mengikuti konten food influencer, ehhh kita malah pesan segabruk menu. Atau, kita terpengaruh dengan teman yang demen order menu fancy dengan banderol yang nggak murah sama sekali. Hadehhh, ingat ingaaattt, masih banyaaakkk tagihan dalam hidup! Jangan habisin duitmu hanya untuk bukber yah shaaayyy

(3). Bungkus Makanan yang tidak Habis

Udahlah pesannya kalap, ujung-ujungnya bisa ditebak: Makanan nggak habis. Ini hadehhh banget siik. Coba kita pahami yah, jumlah sampah makanan (food waste) yang meningkat selama Ramadhan adalah fakta yang menyedihkan, karena berdampak buruk pada lingkungan dan kesehatan. Fenomena ini juga lekat dengan sikap abai terhadap nilai Islam. Apa itu? Yap, sikap mubadzir, yang mana ini lekat banget dengan syaitonirrojim!

Udah gitu, kalau ditinjau dari sisi kesehatan, food waste ini nggak ada bagus-bagusnya dan justru mengakibatkan dampak super duper negatif.  Pada sampah yang menumpuk dan membusuk terdapat banyak penyakit dari bakteri dan virus, seperti diare, tifus, disentri, jamur, kolera, dan berbagai macam penyakit kulit. Dampak food waste terhadap lingkungan jelas banyak banget. Di antaranya, mendatangkan bau yang tidak sedap dan mencemari lingkungan.

Tips dari saya: BUNGKUS saja sisa makanan yang udah terlanjur dipesan. Kalau pesan ke mbak/mas pelayan, kuatirnya bakal kena charge yaa? Bungkus makanan dari resto biasanya terbuat dari stereofoam, yang mana nggak ramah lingkungan sama sekali. 

Apalagi, mostly kerjaan mbak/mas pelayan juga udah overload banget kan? Kasihan kalau kita request take away, makin rempong dah ntar. Maka... solusinya, bawa dah kotak taperwer alias food container/ kotak bekel dari rumah! So, kita tetap bisa membungkus makanan TANPA ada perasaan bersalah. Sampai rumah, makanan tadi bisa dihangatkan di atas kompor/ microwave oven gitu kan.

No boncos, no mubadzir, no food waste!

(4). Bukber di rumah aja

Kalau masak sendiri untuk acara Bukber tuh jatuhnya lebih hemat, lho. Selain itu, kita juga bisa quality time bareng sahabat, dengan acara masak bareng sebelum adzan berkumandang. Aseliik, ini bakal jadi experience yang berkesan. Karena selama ini, Bukber kan identik dengan nungguin masakan orang lain. Yuk lah, sekarang kita bisa kok berperan jadi "chef dadakan"! 

Siap-siap Bukber masak sendiri (dok.Bukanbocahbiasa.com)
Siap-siap Bukber masak sendiri (dok.Bukanbocahbiasa.com)

(5). Berani Berkata "Tidak" kalau ada ajakan Bukber yang "Nggak Mashook"

Tiap orang punya kondisi yang berbeda. Mungkin ada yang menganggap ongkos 300 ribu untuk sekali Bukber tuh wajar saja. Tapiii ada juga kalangan yang keberatan dengan rentang harga segitu. 

So, kalau ada undangan Bukber berbandrol wadidaw, yaaaa cobalah analisa diri kita sendiri. Apa iya, kita nggak nyesel kalo sudah ngeluarkan ongkos segitu banyak? Mending uangnya dialokasikan buat hal lain kan ya? Begitulah, sebagai kaum mendang mending, saya juga SANGAT SERING menolak undangan Bukber kok. 

See? Kuncinya memang ada pada diri kita sendiri. Bisa apa enggak kita mengendalikan/mengontrol nafsu, supaya nggak main "iya iya aja" manakala diajakin Bukber. Yapp, ga ada salahnya kok kalau kita tetap jalin silaturahmi via Bukber, asalkan kewajiban ibadah dll nya sudah terpenuhi dengan baik, ya. Selalu ingat kredo "There is no free lunch" so, meskipun (misalnya) kita diajakin Bukber dan ada yang traktir, percayalaaaahhh..... ga ada yang Full gratis di dunia yang fana ini. 

Oke gais, Ramadan udah nyaris pamit sebentar lagi, yuk lah kita bertekad untuk jadi orang yang makin baik dan mengalami progress/kemajuan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun