Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Administrasi

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kurangi Insecure, Perbanyak Bersyukur

11 Maret 2024   09:27 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:47 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurangi Insecure, Perbanyak Bersyukur
Gosah insecure ya gaes! (sumber foto: bukanbocahbiasa.com) 

Kenapa yaaa... kok anakku ngga bisa sepinter anak gebetanku jaman SMA?

Kenapa yaaa....kok karirku stuck, tidak semoncer karir cewek yang sekarang jadi istri mantanku?

Kenapa kok gini? Kenapa kok gitu? Kenapa hjgduigciocjecnnknk? Arrghhhh!

Hoihoiii, banguuunn! Ya gini ini resiko menjadi netizen zaman now. Terlalu banyak teknologi yang bisa memfasilitasi Hasrat kepo (knowing every particular order) tiap manusia. Tadinya install Instagram, Facebook, Twitter Cuma biar "terhubung secara digital" aja. Ehhh, ada teman SMA-ku, follow ahh... eh, ada gebetanku jaman kuliah, add as friend ahhh..... Awalnya gitu doang. Kemudian, manakala si A, si B, si C pada sibuk posting "hal-hal baik dan inspiring", kita jadi panas kelojotan! Kalo istilah anak jaman now, kita jadi insecure!

Itulaaah, penyakit psikis yang rentan mendera tiap manusia modern. Kita cenderung gemar "mengamati dan menguliti" hidup orang lain, lalu membandingkannya dengan hidup kita. Tentu saja, manusiawi banget manakala kita "mendongak", yaaa resikonya leher bisa sakit Selain leher, hati juga terjedot-jedot ya Bund, rasanya. 

Mantan kita (yang dulu kayaknya tampang madesu alias masa depan suram) lah kok sekarang berkarir di firma multinasional, dan hamper setiap hari posting lagi business traveling di berbagai negara Eropa! Sementara kita, meringkuk di dapur, gaul sama bawang terasi, dengan aroma yang sedaaaappp sekali. Lalu anak kita datang, sepaket lengkap dengan ingus serta air mata yang berleleran, berpadu dengan ompol yang pesingnya ga ada obat. SEMPURNA!

Yappp, insecure itu bakal menjangkiti manusia yang rentang melakoni komparasi. Padahal, Farell udah ngingetin di lagunya kaan.... "wong ko ngene kok dibanding-bandingke.... Saing-saingke.... Yo mesthi kalaaahh....." wis ta laaahh, segimana bagusnya hidupmua, kalo hobi banding-bandingkan dengan anyone in socmed, dah dipastikan bakal KALAH!!

Kok bisa?

Ya bisa dong. Orang-orang tuh (mayoritas) menjadikan socmed sebagai etalase pencapaiannya, kan? Lulus cumlaude, di-post. Traveling naik business class, di-upload. Dine in di fine dining resto, auto jadi reels. Mereka enggak posting ketika lagi nyusruk, berjuang berdarah-darah, mengalami penolakan dari klien/pasangan/atasan, atau hal-hal nggak asyik dan nggak instagrammable. Intinya, postingan di socmed itu udah di-kurasi, hanya aroma keberhasilan yang boleh bertengger di sana.

Bersyukur bisa meet up dengan fellow bloggers  (sumber: bukanbocahbiasa.com)
Bersyukur bisa meet up dengan fellow bloggers  (sumber: bukanbocahbiasa.com)

Karena itulah, yuk KURANGI INSECURE. Gantilah dengan lebih rajin BERSYUKUR.

Kalau teman-teman sering Simak ceramah ustadz, pasti pernah dengar tafsir al-Qur'an QS. Ibrahim: 7,

"Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." 

Bisa disimpulkan kalau manusia itu pilihannya antara Syukur vs Kufur. Sebagai hamba-NYA, udah barang tentu kita kudu mengamini semua firman-NYA yang termaktub di kitab suci. So, mana ada sih, yang ogah hidup bergelimang nikmat? Ini Allah udah ngasih clue, loh, buat kita semua. Jika kamu bersyukur, maka ALLAH akan menambah nikmat-NYA kepadamu. Ya udah... yuk kita sama-sama berkontemplasi, apaaaa yang kira-kira bikin kalbu ini ogah mensyukuri semua takdir yang Allah limpahkan?

Oke, sekarang coba jujur pada diri sendiri. Kita punya semua hal yang dibutuhkan untuk survive mengarungi hidup. Ada otak, mata, telinga, kulit, ginjal, jantung, kaki, tangan, rambut, dan seterusnya, yang Alhamdulillah semua berfungsi dengan normal. 

Gaesss, percayalah, organ tubuh ini adalah HARTA KEKAYAAN kita yang priceless banget. Terkadang kita baru nyadar tuh kalo udah mengalami hal-hal buruk, misalnya orang jadi nyadar kalo kakinya tuh super-penting banget setelah cantengen atau mungkin kakinya habis keplindes ban bajaj. Betul apa betul?

Kita dianugerahi rezeki yang memang Allah takarkan cukup untuk kita. Yang tahu takaran terbaik tuh siapa? Ya Tuhan ar-Rahmaan ar-Rahiim tho? Frankly speaking, dulu aku juga pernah kok berada pada fase ambis ambis mom. Intinya, aku ngerasa "Anakku tuh kudu jadi penggondol emas olimpiade, hafal Qur'an, singa podium, langganan jawara lomba essay, bahkan calon penyabet Nobel Internasional. Intinya HE'S  A STAR!!" Gilaaakk dah  

Trus aku jadi uring-uringan dewe, manakala ambisi itu belum menampakkan hilalnya. Sempat nge-down gitu, lah kalo anakku belum pernah meraih kemenangan apapun, APA BAHAN BAKAR PAMERKU di Instagram?

Gubraaakkk. Boleh jadi, ini nih yang menjadi penghambat rezeki. Pastinya Allah tahu banget dong, "niat busuk" yang bercokol di kalbu hamba-NYA yang haus validasi ini. Bayangin aja, kalo semua ambisiku tuh tercapai, yang ada aku bakal jadi sosok manusia yang minta di-slepet karena sombong dan angkuhnya nggak ada obat, ye kan?

Soooo... inilah takaran yang tepat buat diriku dan keluarga. Anak sehat, sholih, organ tubuh bekerja dengan semestinya, bisa bergaul dengan Masyarakat, tetap punya etika yang baik, sesekali mewakili sekolah dalam lomba, kadang menang kadang kalah, it's okay. Yang penting, saya BERSYUKUR dengan semua yang Allah berikan dalam hidup.

Saya berhenti membanding-bandingkan kehidupan orang lain yang tampak lebih glowing di aneka platform socmed. I should be happy for them, bukannya overthinking, apalagi terjerat sirik, dengki. Toh perasaan negatif itu nggak membawa aku ke manapun. Malah bikin tambahan penyakit, loh. Riset kesehatan udah menjelaskan soal itu, bahwa ada PSIKOSOMATIS alias penyakit-penyakit fisik yang bermula dari kondisi psikis yang tidak stabil. 

Yaapp, mulai Ramadan ini, aku makin menggelorakan semangat itu. No more Insecure, Terus Perbanyak Bersyukur! 

Gasss? Gasss dong ah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun