Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Editor

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Beretika di Tempat Wisata

17 April 2023   15:12 Diperbarui: 17 April 2023   15:14 1404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beretika di Tempat Wisata
Kawasan Gunung Bromo (dok. pribadi)

Travelling adalah hobi yang banyak digemari oleh sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi Indonesia terdiri dari jajaran kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau dengan berbagai macam bentang alam dan keindahan menakjubkan, seperti keindahan gunung api, hamparan pantai, danau, dan kesegaran air terjun. Seolah-olah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan budayanya yang unik, pemandangan yang sangat menakjubkan mata, bahkan memiliki jumlah tak terhingga.

Setelah pemerintah menghapus PPKM pascapandemi Covid-19, jumlah traveller cenderung meningkat baik itu dari wisatawan lokal, maupun wisatawan mancanegara. Mungkin, setelah dua tahun tidak keluar rumah, masyarakat seolah balas dendam atas nama healing untuk melakukan perjalanan mengunjungi wisata alam.

Wisata di kawasan Gunung Bromo adalah salah satu dari sekian banyak tempat wisata yang memiliki keindahan pemandangan alam yang luar biasa.

Gunung yang berdampingan dengan Gunung Batok dan Gunung Widodaren tersebut terletak di Provinsi Jawa Timur dan merupakan gunung berapi aktif yang banyak dikunjungi wisatawan. Keindahan alamnya terkenal hingga mancanegara, seperti pemandangan matahari terbit dari Bukti Penanjakan, lautan pasir, Air Terjun Madakaripura, padang rumput yang hijau di Savana Teletubbies, dan kawah yang aktif.

Sayangnya hobi travelling yang digemari masyarakat Indonesia tidak diimbangi dengan kesadaran yang baik tentang bagaimana menjaga lingkungan. Hal ini karena beberapa faktor, seperti:

1. Kurangnya informasi tentang dampak buruk perjalanan yang tidak bertanggung jawab
2. Tidak memiliki pengetahuan tentang cara melakukan perjalanan berkelanjutan
3. Wawasan yang minim akan pentingnya menjaga lingkungan dan budaya setempat.

Bagaimana cara menyadarkan mereka?

Artikel dengan tema-tema seperti ini yang sebaiknya sering diangkat di berbagai media online untuk memberikan contoh dan mendorong perubahan  paradigma sustainable and responsible travel

Sadar itu tidak bisa sendirian. Harus ada pihak yang membantu meningkatkan kesadaran tentang perjalanan yang bertanggung jawab dengan memperbanyak informasi seputar wawasan tersebut. Bagi yang sudah paham, bisa mempraktikkannya dan memberi contoh, kemudian menuliskan laporan reportase kecil-kecilan untuk berbagi manfaat dengan orang lain sehingga semakin banyak orang paham tentang etika perjalanan yang bertanggung jawab.

Lalu, apakah sustainable dan responsible travel itu?

Adalah suatu konsep perjalanan wisata yang memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi komunitas di kawasan tersebut. Bukan hanya memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat, melainkan juga menjaga kesejahteraan hewan dan lingkungan di sekitar tempat wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun